Baixar aplicativo
1.3% DIAM-DIAM CINTA / Chapter 3: Insiden Di Sekolah

Capítulo 3: Insiden Di Sekolah

Di sebuah desa Glantangan di daerah Jember, terdapat sekolah menengah atas satu-satunya di daerah tersebut. 

Sekolah negeri terakreditasi A terbaik itu, memiliki lingkungan asri dengan beberapa pohon trimbesi atau dikenal juga sebagai pohon hujan tumbuh mengelilingi sekitar area sekolah. Beberapa diantaranya bahkan dijadikan tempat berteduh bagi siswa-siswi ketika tiba jam pulang.

Plakat bertuliskan SMA Negeri Cempaka 01 dengan tulisan usang tertempel di depan pintu masuk sekolah.

Bangunan dengan luas tanah 5000m2 itu memiliki beberapa fasilitas lengkap. 

Mushola kecil terletak di sebelah kiri dekat tempat parkir dan gedung yang bertuliskan ruang BK adalah satu-satunya bangunan yang bersebelahan dengan mushola.

Di samping di depan gedung BK tersebut merupakan kantor guru dan ruang kepala sekolah. 

Sekolah itu memiliki bangunan berbentuk kotak dan bertingkat, sayap kiri bangunan dari depan pintu masuk di lantai bawah adalah ruangan kelas 12-A sampai kelas 12-D, paling ujung dekat tangga sebelah kanan terdapat toilet khusus untuk para guru. Dan di sayap kanan bangunan terdapat kelas 12-5, Koperasi sekolah, ruang laboratorium IPA, ruang Komputer, Koperasi, ruang OSIS, UKS dan lain-lain. 

Bangunan sekolah di lantai atas dimulai dari depan, terdapat kelas 11-A sampai kelas 11-E. Menyusul dibelakang gedung itu ialah kelas 10-A sampai kelas 10-E. Dan toilet siswa berada tepat di belakangnya.

Di tengah-tengah bangunan sekolah, terdapat lapangan upacara. 

Hari ini, merupakan saat dimana siswa baru sedang menjalankan Masa Orientasi Siswa terakhirnya. 

Dapat dilihat dari wajah-wajah lugu para siswa baru itu yang kini menggunakan beragam hiasan dari topi yang terbuat dari bola plastik dan kalung dari permen. Tidak ketinggalan pula, rambut para siswi wanita yang di kuncir dua, kiri dan kanan. Serta coreng moreng di kedua pipi mereka dengan warna merah putih yang melambangkan bendera kebangsaan Indonesia.

Para murid itu sedang melakukan baris-berbaris dengan berkelompok yang sesuai dengan kelas masing-masing. Di depan para murid baru itu, berdiri beberapa senior OSIS yang sedang melakukan instruksi dan hal-hal - menyebalkan lainnya - bagi para murid baru itu. 

Selena Anastasya, berusia 15 tahun. Termasuk siswa baru yang sedang berdiri di bawah terik matahari yang menyengat, di kelompok kelas 10-B. Dia berbaris di urutan ketiga.

Selena memiliki tubuh kurus setinggi 158 cm, warna kulitnya kuning langsat khas perempuan Indonesia. Dia memiliki mata indah nan bulat beriris gelap pekat yang jernih, serta rambut hitam lurus sebahu. Wajahnya terlihat manis dengan pandangan sekilas; komentar Dewi teman barunya. Pujian cantik menurut Anggun saat wanita berjerawat itu menatap lama wajah oval Selena saat pertemuan pertama mereka.

Karena disebabkan sifat pemalu Selena, dia sering kali menundukkan kepalanya setiap saat. Selena tidak suka berbicara hal yang menurutnya tidak perlu dan gadis itu pun sangat sulit bergaul dengan teman-teman disekitarnya. 

Bahkan, di saat jam istirahat sekalipun, Selena hanya akan memilih berada di dalam kelas atau pergi ke perpustakaan melewati jalan belakang dan menghabiskan waktu istirahatnya disana. 

Selena memang seperti itu. Sedari kecil dia memang tidak pandai berbicara, dan terkesan takut pada orang-orang asing yang baru dia kenal.

Tapi jika orang itu sudah sangat mengenal Selena, perbedaan sifat gadis itu kentara sekali perbedaannya.

Siapa yang akan percaya bahwa dibalik wajah baik-baik dan polos gadis itu, terdapat sifat jahil dan nakal yang mampu menjengkelkan orang-orang terdekatnya. Termasuk bagi Cristine, sahabatnya. 

Sayang sekali, sejak Selena mulai memasuki SMA, dia dan Cristine mulai berada di kelas yang berbeda. Sahabatnya itu berada di kelas 10-C tahun ini. Meskipun kelasnya saling bersebelahan, tidak membantu meredakan kegugupan yang Selena rasakan. Karena sedari dia sekolah dasar, Cristine lah teman sebangkunya selama ini.

***

"Selena ada ulat di rambutmu."

Selena mengabaikan suara berisik dibelakangnya. Gadis itu tetap berdiri dengan punggung lurus ditempat, acuh tak acuh.

Tidak lama kemudian suara itu terdengar lagi.

"Selena rok yang kamu pakai bolong, celana dalam mu kelihatan. Wow, berwarna merah, gambar jerapah pula." Dan suara cekikikan yang menyebalkan pun terdengar di belakang, namun Selena terus mengabaikan cemoohan yang sangat menganggu tersebut. 

Celanaku bermotif polos dan berwarna abu-abu sialan! Apa kamu bisa tutup mulut cerewetmu itu! Selena merutuk di dalam hatinya. Namun wajahnya tetap datar seakan dia tidak terganggu. 

Akan tetapi teman-temannya yang menyebalkan itu tidak mau melepaskan Selena begitu saja. Seolah-olah sebelum Selena yang pendiam itu berubah marah dan membuat keributan yang memalukan, gadis-gadis di belakang Selena tak akan mau berhenti mengerjainya. 

"Bi, sia-sia saja kamu meledek gadis kampungan itu. Lihat bagaimana dia mengabaikan cemoohan mu. Berhentilah, jangan membuat malu saja." Tegur gadis lainnya yang mengira bahwa Selena terlalu penakut hingga memilih berpura-pura tuli. 

Bintang yang tepat berdiri di belakang Selena memilih tidak mendengarkan celetukan temannya tersebut. Dengan berani Bintang pun mulai mengejek Selena semakin keterlaluan saja. 

"Selena apa kamu tahu teori Darwin, kamu tahu itu?" Bisik Bintang tepat di kuping gadis itu, "Tadinya aku tidak percaya, tapi saat aku melihatmu aku memercayai teori tersebut. Wajahmu terlihat sama dengan monyet hahaha..." tambahnya kemudian dengan tawa yang diikuti sekelilingnya. Atas sikapnya itu beberapa siswa-siswi menoleh ke arah mereka, tepatnya pada Selena yang sejak tadi memilih diam. 

Menjadi objek sindiran di hari pertama sekolah, bukanlah apa yang Selena mau. Karena tidak tahan lagi mendengar olokan Bintang dari belakangnya yang semakin membuat dia gerah. Selena memiliki keinginan untuk berbalik lalu meninju mulut bawel Bintang yang membuatnya jengkel. Serius dia tidak tahan! 

Awas saja! Batin Selena geram. 

Tiba-tiba pundak kanannya ditekan oleh tangan yang kuat, Selena yang sudah emosi dan menyangka kalau Bintang lah yang kembali menganggunya lalu berbalik ke belakang dan menendang orang tersebut dengan keras tepat di kaki.

Aduh! 

Pekikan nyaring dan sumpah serapah menusuk telinganya. Selena terkejut dengan mata terbelalak, wajah datarnya nampak pucat, dan jantungnya berdegup panik karena merasa bersalah. 

Sialan! Apa yang baru saja aku lakukan?! 

"Apa yang kamu lakukan. Damn it!" Pekik suara tersebut mengerang kesakitan. Pria tampan itu memegangi kakinya yang kena tendangan, yang kini berdenyut-denyut nyeri. 

***

Don't forget support for this novel. Please vote, review and comment if you like this story. Thank you, guys. 


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C3
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login