"Din…," panggil Panji pada akhirnya. Dia tahu jika semua ini tak sama, dia tahu jika kenyataannya sekarang berbeda. Tapi bolehkah dia sekadar mengenang masa lalu, meski itu hanya untuk dirinya sendiri. Setidaknya, dia bisa tahu, setidaknya dia bisa paham dan mengerti. Jika dulu, hal indah itu pernah terjadi. Dan sekarang semuanya tinggal kenangan yang harus dia simpan dengan rapi sampai dia mati. "Dulu, kita berjalan beriringan seperti ini sambil bergandengan tangan, kamu dan aku saling pandang dengan senyum yang benar-benar penuh tanpa ragu. Tapi sekarang, ternyata dunianya berbeda. Keadaannya sudah nggak lagi sama, kita sudah nggak memiliki hubungan apa-apa. Dan berjalan pun kita seolah menjadi dua orang asing yang seolah nggak saling kenal satu sama lain. Tragis, memang, tapi inilah realita yang harus aku hadapi, karena aku tahu aku yang salah di sini, dan aku nggak akan pernah menyalahkan siapa pun selain diriku sendiri."