Mike berjalan masuk ke dalam toko senjata api milik si pria tua. Di belakangnya dua orang anak buah Aaron menyeret tubuh lemah pria tua yang kedua tangannya diikat.
"Dimana listnya?" tanya Mike dingin. Pria itu membongkar lemari dan mengeluarkan semua barang-barang.
Keringat dingin meluncur dari dahi pria tua malang itu.
"Ada di laci meja itu," jawab pria tua itu sambil menunjuk sebuah meja tua yang terbuat dari kayu jati.
Dengan cekatan Mike mengeluarkan isi laci tersebut. Lalu ia berhasil menemukan sebuah buku panjang lusuh tipis yang sudah rapuh. Sepertinya buku itu akan robek karena terlalu sering dibuka.
"Ini listnya?" Mike memastikan.
Pria tua itu mengangguk. Dia ketakutan. Nyawanya ada di tangan anak buah Hades.
Sebelum Mike dan kedua anak buah Aaron pergi meninggalkan toko, Mike menjejalkan sebuah pil ke mulut pria tua itu.
Pria tua itu terbatuk-batuk. "A-apa ini?"
"Itu racun," jawab Mike santai.
Deg!
"Bukankah kalian bilang akan melepaskanku jika aku jujur?"
Mike tersenyum. "Kami memang akan melepaskanmu. Pil yang baru saja kamu telan itu bernama Seribu Kematian. Hades kamilah satu-satunya orang yang punya penawarnya."
Pisau kecil ditangan Mike berayun-ayun ke wajah pucat si pria tua.
"Tahu kenapa namanya Seribu Kematian? Tiga jam setelah masuk ke dalam tubuh seseorang, pil itu akan membuatmu pusing. Lima jam kemudian membuatmu mual dan lelah. Tujuh jam kemudian kepalamu akan terasa sakit. Rasanya sakit sampai kamu berharap mati daripada hidup dengan rasa sakit. Dua puluh empat jam kemudian kamu akan mati karena kesusahan bernapas. Menarik bukan?"
Mike tertawa. Dia sangat suka menggunakan Pil Seribu Kematian pada setiap musuh Aaron. Rasanya melihat orang-orang yang berusaha menyusahkan bosnya menderita membuat hatinya puas. Orang-orang semacam itu harus segera hancur, batin Mike.
"Kenapa kalian melakukan ini?!" pria tua itu gemetar.
"Ayolah, Pak Tua. Kamu tahu kan masyarakat dunia bawah termasuk golongan orang yang paling sulit dipercayai," Mike geleng-geleng kepala. "Kamu pikir Hades kami akan percaya dengan list ini begitu aja. Kami harus memastikan kejujuranmu. Kalau kamu jujur soal list ini, salah satu anak buah Hades akan memberikanmu penawarnya. Tapi… kalau kamu bohong, kamu sebaiknya mempersiapkan bertemu para leluhur Hades di neraka."
Setelah mengatakan semua itu, Mike dan kedua anak buah Aaron meninggalkan toko. Pria tua itu hanya tertunduk lemas menanti pengampunan dari Aaron.
….
"Jadi ini list pembeli senjata di toko pria tua itu?" Aaron sambil memeriksa buku lusuh milik si pria tua.
Di dalam ruang kerja Aaron ada Mike, Riko dan Arif yang berdiri memperhatikan pria itu membaca list pembeli senjata.
"Benar, Bos," kata Mike sambil mengangguk.
Aaron menghela napas. "Nama-nama di list ini hanya preman pasar dan penjahat kelas teri. Gak ada anggota gangster besar di sini."
"Lalu apa yang harus kita lakukan, Bos?" Rko merasa kecewa.
Aaron berpikir sejenak.
"Kalian berdua suruh anak buah kita untuk menangkap semua orang yang ada di list ini. Pastikan mereka hidup. Kita akan menyiapkan penyiksaan besar untuk banyak orang besok," perintah Aaron pada Arif dan Mike.
"Baik, Bos," jawab Arif dan Mike serempak lalu meninggalkan ruangan Aaron.
"Riko, awasi pria tua itu. Aku ingin dia hidup," kata Aaron sambil memberikan sebotol cairan putih kecil. Itu adalah penawar dari Pil Seribu Kematian.
….
Sepulang dari penjara, Haya terus memikirkan kata-kata Ibas. Aaron adalah Hades. Dia adalah ketua gangster besar yang ditakuti oleh masyarakat dunia bawah. Pria itu juga memiliki tato api hitam di tubuhnya. Tapi yang paling menakutkan ialah Aaron orang yang berbahaya.
Ketika sampai di kamarnya, Haya membaca ulang dokumen penyidikan Kapten Ji tentang 13 gangster. Di sana hanya ada info mengenai bisnis ilegal yang diduga dilakukan oleh gangster, anggota gangster yang menyamar menjadi warga sipil biasa dan identitas anggota gangster yang misterius.
Lalu ada sebuah tulisan kecil diujung halaman dokumen Kapten Ji. Tulisan itu seperti ditulis dengan tangan. Tulisannya berbunyi "kemungkinan identitas anggota gangster berdasarkan atribut yang mereka gunakan."
Apa maksudnya kata-kata ini, Haya bertanya-tanya.
Kalau tato api hitam adalah identitas anggota gangster Aaron berarti gangster lainnya juga punya identitas semacam itu? Jangan-jangan orang yang membunuh Kapten Ji juga berasal dari kalangan gangster karena memiliki tato berbentuk kompas.
Semakin lama kasus ini semakin rumit. Entah kenapa Haya ingin sekali bertanya pada Aaron. Mungkin saja dia tahu gangster mana yang memiliki tato berbentuk kompas. Tapi bagaimana ia menemui pria itu?
Ah iya, Haya punya nomor ponsel Aaron. Pria itu memberinya nomor agar Haya tidak perlu meletakan alat pelacak pada mobil Aaron lagi. Masalahnya Haya tidak mau menghubungi Aaron. Pasti pria itu tertawa senang kalau sampai Haya menelponnya.
Apa yang harus aku lakukan, batin Haya frustasi.
….
Aaron berdiri di balkon kastilnya. Dia memegang segelas wine sambil menatap langit merah. Sebentar lagi matahari akan terbit di ufuk timur. Dari kastilnya, Aaron bisa melihat terbitnya matahari dengan jelas. Maklum kastilnya terletak di tengah hutan yang tenang.
Aaron menunggu informasi dari anak buahnya sejak semalam. Dia tidak tidur. Bukan karena tidak mau tidur tapi Aaron memang kesulitan tidur setiap malam. Dia punya penyakit insomnia parah sejak kematian ayahnya.
Pria itu hanya bisa tidur dengan bantuan obat. Masalahnya orang yang biasa membawakan Aaron obat adalah Riko. Anak buahnya itu sedang mengawasi pria tua penjual senjata. Alhasil tidak ada orang yang membawakan Aaron obat tidur agar pria itu bisa memejamkan mata sejenak.
Tak lama Arif dan Mike muncul. Mereka berdua datang dengan wajah pucat seolah baru saja membuat kesalahan.
"Bos, gawat," Arif membuka suara.
"Kenapa?" suara rendah Aaron terdengar menakutkan.
Mike dan Arif menghela napas. "Orang-orang yang kita incar… semuanya mati."
Aaron berbalik badan dan langsung melempar gelasnya. "Mati?!"
Wajah Aaron yang tenang berubah menjadi galak. Mike dan Arif takut setengah mati. Seumur hidup mereka berusaha membuat Aaron puas dengan kinerja mereka. Kenapa? Karena ketika Aaron marah semuanya menjadi berbahaya.
"KENAPA MEREKA MATI?" suara Aaron menggelegar.
"Ka-kami juga tidak tahu, Bos. Kami mengerahkan banyak anak buah untuk menangkap orang-orang di list itu. Tapi anak buah kita menemukan mereka semua sudah mati," Mike menahan suaranya agar tetap tenang.
"Mulut mereka berbusa. Se…sepertinya mereka mati karena keracunan," Arif melanjutkan.
Aaron benar-benar geram. Dia yakin ada seseorang yang tidak ingin dirinya menyelidiki tentang list pembeli senjata api itu. Orang itu pasti berusaha memusnakan semua bukti dengan cara membunuh orang-orang yang ada di dalam list.
"Pelakunya pasti seseorang yang berkuasa," Aaron menduga. "Kalau tidak, dia tidak mungkin berani melakukan semua ini. Lalu apa lagi yang kalian ketahui?"
Mike menggeleng. "Sayangnya kami tidak tahu banyak, Bos. Saat kami ingin memeriksa mayat preman-preman itu, polisi datang. Kini mayat-mayat itu ada dalam pengasawan polisi."
Kepala Aaron rasanya sakit. Dia tidak menyangka rencananya gagal dan malah semakin rumit untuk diselesaikan.
Kalau ingin memberi saran, bisa tulis di kolom komentar ya :)