Baixar aplicativo
2.85% Kembalilah Padaku Stella! / Chapter 12: Aku Terus Mendekatimu

Capítulo 12: Aku Terus Mendekatimu

Saga yang melihat, tersenyum pada Satria, menjadi kesal. Kedua tangannya mencengkram setir mobilnya dengan erat.

Bagus sekali, Stella! batinnya.

Stella jika di depannya selalu bersikap ketus dan tidak pernah tersenyum, tapi dengan pria lain, wanita itu bisa tersenyum. Itu membuat Saga sangat kesal.

Dia sudah melupakan tujuan awalnya pergi ke komplek perumahan ini saat melihat tingkah laku kedua orang di depannya itu.

Sedangkan, Stella yang melihat Satria sudah pergi, langsung berjalan menuju rumahnya sambil tersenyum.

Dia sangat senang karena mulai besok, dirinya sudah bekerja di departemen desain.

Tiba-tiba, tubuhnya ditarik ke belakang oleh sebuah tangan yang membuatnya berteriak karena terkejut.

"Kyaa! Siap-

Sebelum Stella bisa menyelesaikan ucapannya, dia sudah didorong ke dinding di sampingnya dan tubuhnya terhimpit sosok lain.

Kemudian, Stella segera mendongakkan kepalanya, dan kemudian bertemu dengan sepasang mata gelap Saga yang ekspresinya seperti menahan amarah.

"Stella, apakah kau lupa apa yang aku katakan?" ujar pria itu dengan sedikit penekanan.

Stella mengerutkan keningnya dan menatapnya dengan kesal, "Saga, kenapa kau marah padaku seperti ini? Apa salahku?"

Saga yang melihat ekspresi kesal Stella., terdiam. Namun, saat kembali mengingat wanita itu yang tersenyum di depan pria lain, dia kembali marah, hingga kedua tangannya mencengkram lengan Stella dengan kuat.

Stella yang merasakan rasa sakit di kedua lengannya, mengerang pelan, dan berkata, "Aku tidak tahu apa maumu. Jadi, tolong lepaskan aku dan pergilah dari sini. Aku ingin masuk ke rumah dan segera istirahat."

Saat mendengar itu, Saga menjadi lebih marah.

Dia kemudian menunduk dan mengancamnya, "Stella, kau harus ingat bahwa kau adalah wanita yang aku suka, dan kau tidak boleh berhubungan dan dekat dengan pria lain!"

Sedangkan Stella yang mendengar ancaman dari Saga, memandang pria itu dengan pandangan tidak percaya. Dia bingung dan tidak menyangka jika Saga yang dulu membencinya, sekarang seperti cemburu padanya.

Dirinya, kemudian mendorong kuat tubuh Saga dengan kedua tangannya, yang membuat pria itu melepaskan cengkramannya, dan mundur selangkah.

Stella lalu menatap Saga dengan pandangan acuh tak acuh, dan berujar, "Saga, tidak semua yang kau inginkan akan menjadi milikmu. Aku manusia, bukan barang yang bisa seenaknya kau miliki. Aku adalah milikku sendiri, bukan milik siapapun!"

Dirinya telah memutuskan untuk menceraikan Saga dan melepaskan pria itu. Jadi, tidak ada alasan bagi Saga seenaknya mengklaimnya sebagai miliknya.

Sedangkan, Saga dapat melihat kedua mata bulat Stella, kembali teringat dengan Dera yang berada di rumah ayahnya tadi.

Bagaimana bisa aku berpikir jika mereka mirip? batin Saga.

Saat melihat Saga yang hanya terdiam, Stella tidak mau repot-repot mengusirnya lagi, jadi dia segera berbalik, dan hendak pergi dari situ.

Saga memikirkan sikap Stella yang sama sekali berbeda terhadap dirinya dan Satria, menjadi kesal kembali.

Saat melihat wanita itu yang akan pergi, dia segera meraih pinggangnya, yang membuatnya berbalik. Kemudian, Saga memeluknya dan saat Stella akan berbicara, dia segera mencium bibir merah Stella.

Saga segera mencium Stella dengan rakus, tidak membiarkan wanita itu lepas dari pelukannya.

Sedangkan, Stella terus memukul-mukul bahu Saga, namun pria itu tidak melepaskannya.

"Nghh … " erang Stella dalam ciuman mereka.

Saga lalu memegang lehernya, dan memperdalam ciumannya.

Setelah beberapa saat, Saga melepaskan ciuman mereka.

Plakk

Begitu, Saga melepaskan ciumannya, Stella langsung menampar pipinya dengan keras.

Stella tidak bisa membiarkan Saga berbuat sesuatu yang lebih padanya karena tidak ingin pria itu tahu identitasnya dan hubungan mereka. Jadi, dia harus bersikap lebih tegas kepada Saga.

"Saga, aku bukanlah wanita yang bisa kau perlakukan seenaknya!" Stella berkata dengan marah.

Namun, Saga yang mengusap-ngusap pipinya, tidak marah saat mendengar perkataan Stella. Dia malah semakin tertarik dengan Stella karena wanita itu berbeda dengan wanita lain. Semakin Stella menolak, semakin Saga tertarik untuk melakukannya.

Sedangkan, Stella yang melihat Saga terdiam, segera berkata, "Saga, tolong jauhi aku. Aku tidak punya waktu untuk mengikuti permainanmu."

Mendengar ini, Saga menyeringai dan membalas, "Aku tidak bisa melakukannya." Lalu melanjutkan, "Mulai sekarang, aku akan terus mendekatimu sampai kau menjadi wanitaku."

Stella berdecak sebal.

Selama ini, Saga selalu menjauh darinya, bahkan tidak ingin berbicara dengannya langsung. Tapi, pria itu sekarang malah berkata akan terus mendekatinya dirinya. Stella merasa perkataan Saga sangat konyol.

Dia tidak menyangka jika Saga berubah menyukainya dan akan terus mendekati dirinya.

Sedangkan Saga, sudah bertekad ingin menaklukan wanita di hadapannya itu. Dia kan melakukan cara apapun untuk mendapatkan Stella.

"Lihat saja nanti, Stella. Aku akan segera mendapatkanmu." Setelah Saga berbicara, dia segera pergi dan masuk kembali ke dalam mobilnya.

Saga melupakan tujuan awalnya mengantarkan makanan untuk Dera.

Stella yang melihat mobil Saga menjauh, menghela nafasnya dan merasa frustasi.

Dia sudah bertekad ingin menjauhi Saga, tapi dirinya malah semakin dekat dengan pria itu.

__________

Keesokan harinya, Stella datang ke departemen desain di kantornya untuk melapor dengan penuh semangat. Tepatnya, di ruangan manajer, Janet.

Janet, manajer departemen desain, saat melihat surat pemindahan Stella merasa kesal saat memikirkan fakta bahwa Stella tidak memiliki pengalaman kerja ketika datang untuk wawancara di perusahaan mereka sebelumnya, tetapi akhirnya diterima oleh bosnya, Satria.

Dia paling benci seseorang yang yang mendapatkan pekerjaan karena orang dalam. Janet memang sudah tahu jika Stella adalah adik tingkat bosnya.

Tetapi, saat kembali memikirkan jika itu sudah menjadi keputusan Satria, dia berkata, "Setiap orang yang memasuki departemen desain dipilih berdasarkan pengalaman kerjanya. Jika kau tiba-tiba masuk dan bergabung dengan departemen desain seperti ini, pasti akan menyebabkan rasa iri rekan kerjamu yang lain, jadi kau harus bisa menyesuaikan diri dengan baik di sini. Apa kau kurang paham dengan apa yang kukatakan?"

Stella memahami maksud Janet. Perkataannya terdengar seperti menasihatinya, namun Janet juga menyindirnya tentang dia yang bisa bekerja di Antares Corp karena Stella mengenal direkturnya, Satria.

Namun, dia tidak terlalu memperdulikannya, dan menjawab, "Bu Janet, saya paham dan akan melakukan yang terbaik di departemen desain ini."

Janet mengangguk dan langsung menyuruh Stella pergi dari ruangannya.

Sesampainya Stella sampai di mejanya, dia agak merasa aneh saat mejanya agak jauh dari karyawan lain, namun dia tidak terlalu memperdulikannya, dan langsung duduk.

Kemudian, dia membolak-balik berkas desain yang Satria berikan dan mempelajarinya.

Tiba-tiba, dia dapat mendengar pintu departemennya yang didobrak dengan keras.

Stella mengangkat kepalanya sedikit dan melihat ke arah pintu. Sosok di depannya itu dia kenal. Tangannya mencengkeram dengan erat berkas, dan dia kembali memikirkan ancaman Saga padanya tadi malam saat melihat pria itu yang berada tak jauh di depannya sekarang.

Stella segera menunduk agar pria itu tidak melihat keberadaannya.

"Siapa diantara kalian yang bernama Stella?" ujar Saga yang dapat didengar jelas oleh Stella dan itu membuatnya panik saat pria itu mencarinya.

Saat menyadari jika Saga pasti akan menemukannya, Stella perlahan berdiri dan menjawab, "Saya Stella."

Saga yang mendengar suara Stella, menoleh ke arahnya dan saat melihat sosok kecil di depannya, dia menyeringai.

Stella lalu berjalan ke arah Saga.

"Saya Stella. Ada yang bisa saya bantu?" ujar Stella saat sudah berada di depan Saga, dan berusaha bersikap profesional karena mereka masih berada di kantornya.

Janet yang mendengar seruan Saga, keluar dari ruangannya dan saat melihat Saga, dia langsung berjalan ke arahnya.

Saat sudah berada di sebelahnya, Janet tersenyum dan berkata dengan ramah, " Pak Saga, izinkan saya memperkenalkan diri, Saya Janet Pratiwi, yang merupakan manajer dan orang yang bertanggung jawab di departemen desain Antares Corp."

Saga mengangguk dan langsung berkata maksud dari kedatangannya, "Bu Janet, perusahan saya akan bekerja sama dengan Antares Corp. Dewan Direksi berkata, jika aku dapat memilih rekan kerjaku sendiri dan aku memilih Stella sebagai perwakilan perusahaan ini dan orang yang bertanggung jawab atas proyek kerjasama perusahaan kita.

Janet yang mendengarnya terkejut, namun dia segera tersenyum dan membalas, "Pak Saga, apakah Anda sudah memikirkan keputusan Anda itu? Stella hanyalah seorang karyawan baru di Antares Corp dan tidak memiliki pengalaman kerja ..."

Sedangkan Saga hanya menatapnya dengan kedua mata menyipit, lalu berkata dengan penuh penekanan, "Ya, aku sudah memikirkannya."

Janet yang mendengar itu, ekspresinya menjadi kesal. Dia heran saat Saga memutuskan memilih Stella, yang merupakan karyawan baru dan tidak berpengalaman, sebagai penanggung jawab proyek merek. Dia adalah manajer dari departemen desain. Dia yang seharusnya yang bertanggung jawab dan menjadi manager untuk proyek antara Maheswara Corp dan Antares Corp, bukan Stella.

Dia menundukkan kepalanya sedikit. "Pak, Saga. Apa Anda yak-..."

Sebelum dia bisa menyelesaikan kata-katanya, Stella langsung berkata, "Saya memang karyawan baru, dan belum memiliki pengalam kerja. Jadi, saya merasa tidak pantas mendapatkan kesempatan untuk menjadi penanggung jawab proyek Antares Corp dan Maheswara Corp. Jadi, Anda bisa memilih orang lain."

Stella menatap Saga dan memandangnya dengan marah. Dirinya ingin Saga menunjuk orang lain, bukan dirinya.

Sedangkan, Saga yang melihat ekspresi marah Stella, merasa jika wanita itu terlihat menggemaskan jika sedang kesal seperti itu.

Dia menyeringai, kemudian langsung menarik tangan Stella dan berjalan keluar sambil berkata pada si manajer, "Aku akan tetap memilih Stella. Dewan Direksi akan menjelaskan lebih lengkap padamu nanti."

Saat mereka sudah berada di koridor, Stella berontak dan berusaha menahan tangannya.

"Saga, lepaskan!" bisik Stella. Dia merasa takut dengan pria yang berada di depannya saat ini.

Namun, Saga tidak memperdulikannya, dan sesampainya mereka di dalam lift, Saga memegang erat kedua lengan Stella.

Dia menyeringai, kemudian berkata, "Stella, sebaiknya kau mengikutiku dengan patuh, jika tidak… aku akan melakukan apapun padamu agar kau mematuhiku."

"Kau … " Stella menjadi marah saat mendengar perkataan Saga barusan.

Dirinya menghela napasnya, kemudian meletakkan kedua tangannya di dada Saga, lalu berkata dengan lemah, "Lepaskan aku."

Pintu lift terbuka, dan Saga melepaskan pegangannya di lengannya.

Stella awalnya ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk melarikan diri, Namun Saga menggenggam tangannya dengan erat. Saat melihat ekspresi kaku Saga, mau tidak mau Stella menurut dan mengikuti Saga keluar dari lift.

Saat sudah berada di luar gedung Antares Corp, Stella yang akan melarikan diri lagi, langsung bahunya dirangkul oleh Saga dan menariknya ke arah mobil yang terparkir tidak jauh dari mereka.

Sesampainya di dekat mobil, Saga langsung memasukan Stella ke dalam mobil, dan mengunci pintu mobilnya, kemudian dirinya masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelah Stella.

"Saga, aku tidak bekerja sama denganmu. Kau membawaku dengan paksa! Itu sama saja kau menculikku! Aku bisa menelepon polisi sekarang, jadi sebaiknya kau melepaskan atau aku akan menelepon polisi!" Stella langsung mengeluarkan ponselnya dari dalam sakunya, dan bersiap-siap menelepon polisi.

Saat melihat tingkah Stella, yang menurut Saga sangat lucu, dia tertawa terbahak-bahak, lalu berujar, "Sekarang Maheswara Corp dan Antares Corp bekerja sama, dan kau adalah orang yang akan bertanggung jawab dalam proyek ini. Kau bisa bertanya kepada bosmu, Satria, jika kau tidak percaya padaku. "

Stella segera menelepon Satria.

Saat teleponnya diangkat, dirinya langsung bertanya pada Satria, "Pak Satria, Pak Saga berkata bahwa saya adalah orang yang bertanggung jawab untuk proyek kerjasama antara Maheswara Corp dan Antares Corp. Apa itu benar, Pak? Jika, iya, bisakah saya menolaknya?"

Saat ini, Stella percaya dengan Satria, jika pria itu akan menerima permintaannya untuk tidak menjadi penanggung jawab proyek kerjasama antara Maheswara Corp dan Antares Corp. Bosnya, juga sepertinya tidak menyukai Saga dan Satria selalu mengatakan kepada dirinya untuk tidak mendekati Saga.

Di sisi lain, saat Satria mendengar pertanyaan Stella, genggaman pada ponselnya mengerat. Dia terdiam beberapa, kemudian menghela napasnya dan berkata dengan nada penuh penyesalan, "Stella, maafkan aku. Perusahaan kta kali ini memang sedang bekerja sama dengan Maheswara Corp. Saga menunjukmu untuk bertanggung jawab atas proyek ini. Aku tidak bisa berbuat apapun karena ini sudah menjadi keputusan Dewan Direksi ... "

Stella yang mendengar itu kecewa, namun dia tidak bisa melakukan apapun jika itu sudah menjadi keputusan Dewan Direksi, jadi dirinya hanya bisa berkata, "Baiklah, saya mengerti."

Satria yang mendengar suara lemah Stella segera berkata, "Stella, jangan marah. Kau tidak perlu khawatir, aku akan berbicara lagi dengan Dewan Direksi… "

Sebelum, Satria selesai berbicara, Stella segera berujar, "Tidak apa-apa, Pak Satria. Karena itu adalah keputusan yang dibuat oleh dewan direksi, aku harus menurutinya."

Stella tidak ingin terlalu merepotkan Satria karena selama ini pria itu sudah banyak membantunya. Jadi, dia harus menuruti keputusan Dewan Direksi dan berusaha dengan keras untuk proyek mereka kali ini.

Kemudian, dia segera menutup teleponnya.

Sedangkan, Saga yang melihat ekspresi kecewa Stella, langsung berkata, "Stella, tadi malam aku berkata padamu akan terus mendekatimu. Ini baru permulaannya."


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C12
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login