Baixar aplicativo
48.93% [Bukan] Bodyguard / Chapter 23: 22. We'll be done this night

Capítulo 23: 22. We'll be done this night

Riuh gemeruh sorak kemenangan kembali terdengar begitu nyaring ditelinga. Ternyata balapan dua mobil disana sudah selesai dan menjadikan mobil merah itu sebagai pemenang. Taruhan yang tidak sepele, sebuah pent house mewah ditengah kota telah dimenangkan oleh seseorang dibalik mobil merah itu. Seorang pria yang tidak terlalu tinggi, tubuh ramping yang mencuri atensi dibalik jaket bomber hitamnya. Head band berwarna senada yang turut menjadi perhatian, begitu kontras dengan warna rambutnya yang berwarna blonde sebawah telinga. Pria itu nampak keluar dan berjalan mendekati tiga orang yang sama dengan yang Yerin lihat sewaktu masih di meja bar. Terlihat pria itu berhambur memeluk ketiganya, dan ya, bagian tergilanya adalah pria itu mengecup bibir gadis yang juga tadi mencium Jungkook. Terasa remasan kuat dari genggaman Jungkook yang mungkin lupa sedang menggandeng seorang gadis. Yerin pun memekik merintih sakit dan sesaat setelahnya Jungkook mengendurkan genggamannya, melirik kearah Yerin, dan mengusap pipinya dengan ibu jari. "Maaf, noona."

Jungkook telah berhasil membawa Yerin keluar dari kamar mandi dan membuat Yerin mau mengikutinya keluar dan berjalan menuju area sirkuit. Jungkook memang sudah mengatakan pada Yerin sesaat sebelum gadis itu menyetujui ajakannya untuk keluar dari bar. Jungkook mengatakan bahwa dia akan menyelesaikan semuanya malam ini. Entah Yerin sebenarnya tidak begitu mengerti tentang apa yang akan Jungkook selesaikan. Antara Jungkook dengan ketiga orang itu, atau malah antara Jungkook dan dirinya.

Yerin masih berjalan dengan perlahan, mengikuti langkah Jungkook sembari terus meremat kuat lengan Jungkook yang jelas saja adalah perisai baginya. Ia tidak tahu lagi sekarang hidupnya akan dibawa kemana oleh Jungkook. Tapi sedetik pun Yerin nampaknya tidak lagi mau peduli lebih jauh, karena dalam benaknya 'Tak peduli dirinya akan dibawa kemana, jika bersama dengan Jungkook, ia akan senantiasa mengikutinya tanpa protes.

Jungkook menghentikan langkahnya tepat didepan dua pria itu dan jangan lupakan gadis dengan jaket kulit hitam bernama Park Sewon itu. Yerin tidak ingin mengangkat pandangan, menyebalkan sekali saat mengunci tatapan dengan gadis yang tidak tahu tempat membuat Jungkook nya terengah karena ciuman yang kelewat agresif itu. Tapi cukup menyenangkan saat dia teringat Jungkook juga menciumnya, meskipun ia ragu akan membalasnya, tapi ia cukup menikmati bagaimana Jungkook memagut bergantian antara bibir atas dan bawahnya. Sepertinya Yerin sudah mulai berangan-angan akan belajar teknik mencium agar bisa mengalahkan keagresifan Sewon. Membuat Jungkook sama terengahnya dan meminta lebih dari sekedar ciuman.

Sentuhan penuh afeksi dengan sedikit seduktif yang mampu membangunkan sisi lain yang hampa akan sebuah kepuasan. Tentu saja, Yerin bahkan belum pernah melakukan ciuman sebelum bersama Jungkook. Pun dulu sekali, pernah satu kali saat dirinya selesai makan bersama sebuah corn dog dengan bocah kecil lelaki berdimple itu, bocah itu mencium pipinya. Entah apa motivasinya, tapi itu cukup membuat Yerin berlari begitu saja dan masuk kedalam rumah kakeknya. Tidak peduli pun jika bocah itu menganggapnya aneh, karena bocah itu juga langsung berlari tanpa memberi penjelasan apapun. Dirinya berlari ke kamarnya, tidak sama sekali menghiraukan kakek dan ayahnya yang memanggil-manggil saat dirinya melewati ruang tamu. Cukup mengejutkan dan mengagetkan. Ada rasa ingin kembali bertemu, atau malah menghilang saja karena sungguhan Yerin malu setengah mati. Pipinya memerah dan bibirnya menyungging malu. Bocah itu kurang ajar! Tapi entah kenapa Yerin malah menyukainya.

"Sayang. Sudah selesai bermain? Aku menunggumu, sungguh." ucap gadis itu dan kembali mendekat pada Jungkook.

Jujur saja sekarang Yerin sangat muak. Dia memang tidak mendongak sama sekali, tapi cukup melihat highheells itu mendekat kearah sepatu Jungkook sudah cukup membuatnya mengerti bahwa sekarang sekat Jungkook dengan gadis itu sangatlah sempit. Bahkan jika pun dirinya mau menjadi penengah, sekat itu tidak akan muat untuk tubuhnya.

Sekarang Jungkook telah mencengkram kedua lengan gadis itu, rahangnya nampak mengeras di bawah pekatnya malam dan sedikit bias cahaya dari pendar lampu jalanan. Nafasnya terengah seperti menahan sebuah hasrat akan amarah yang menuntut dituntaskan. Pun sekarang Yerin mulai mendengar Jungkook berkata dengan intonasi yang bahkan tidak pernah Yerin dengar sebelumnya. Suara berat dan gemetar, memekik memecah langit malam dengan gemencar suara geramnya.

"Dengar aku Park Sewon. Kau menginginkannya? Sungguhan? Baiklah. Bisakah kita melakukannya? Katakan dimana kita bisa melakukannya?"

Terdengar Jungkook yang sekarang mendominasi gadis itu. Penuh penekanan disetiap ujung bait katanya. Pertanyaan bertubi yang Yerin tidak tahu sedang mengarah kemana. Apa yang akan dilakukan, dan apa yang sedang dibicarakan perihal apa yang diinginkan gadis itu. Cukup Yerin hanya menyimak dan memasang telinga, dirinya bisa mengantongi banyak informasi tentang Jungkook yang belum dirinya tahu. Tapi setelahnya, cukup mengejutkan karena Jungkook langsung melepas tautan lengannya dengan paksa dan menghantam pria disebelah Sewon dengan kepalan murkanya.

Tentu bukanlah hanya mengejutkan Sewon, tapi juga mengejutkan semua orang yang langsung memberikan atensi penuhnya pada pria yang tersungkur setelah mendapat pukulan tepat di pipi kirinya. Yerin sampai menutup mulutnya sangking tidak percayanya. Tentang apa yang Jungkook lakukan tepat didepan matanya. Persepsi tentang Jungkook adalah adik manis seketika menghilang tergantikan sebuah anggapan final bahwa Jungkook adalah seorang pria. Betulan seorang pria. Persetan dengan umurnya yang baru 18 tahun bulan depan, Jungkook adalah pria dewasa.

Pria itu tersungkur ke aspal jalanan yang masih basah, hingga terdengar bunyi kecipak kasar saat pria itu mencoba bangkit. Berkali kali pria itu mencoba untuk bangkit, sebanyak itulah Jungkook mendorongnya hingga kembali terjerembab mengenaskan. Jungkook telah menempatkan dirinya, menduduki perut pria itu, tidak benar-benar duduk disana, tapi tetap saja Jungkook mengunci pergerakan pria itu. Sedangkan Yerin, gadis itu bahkan masih tidak percaya bahwa semua yang terjadi padanya itu nyata, semuanya terlalu abu-abu dia pahami. Perihal Jungkook dan semua kejadian yang berlalu sampai detik dia masih mematung sambil menstabilkan kondisi jantungnya.

"Aku sudah memperingatimu untuk tidak menyentuh noona ku, Jimin-ssi! Tapi kau melanggarnya!" ucap Jungkook penuh penekanan di setiap ujung katanya, terutama saat menyebutkan nama pria itu. Dan seketika Yerin terkesiap, mengingat nama itu yang disebutkan Jungkook sewaktu di balkon. Nama yang sama dengan orang yang katanya sudah menolongnya membawanya kerumah sakit. Dan Jungkook, apa dia gila dengan menghajar pria itu? Terlebih Yerin dapat mendengar asal muasal perkara yang membuat Jungkook melayangkan kepalan murka pada pria bernama Jimin itu. Tentang kata 'menyentuh'.

Tidak-tidak. Jungkook telah salah paham sekarang.

Alih-alih mengatakan pembelaan atau pembenaran pada sesuatu yang sebenarnya tidak dia lakukan, Jimin justru tertarik untuk memancing lebih dalam kemarahan Jungkook. Ingin melihat seberapa berani bocah yang bahkan baru remaja itu pada dirinya. Jimin sangat penasaran akan apa yang bisa diperbuat oleh pria yang bahkan jauh lebih muda darinya. Tidak terlalu jauh, hanya terpaut 3 tahun, tapi cukup membuatnya sangat penasaran pada sosok yang bermarga sama dengannya. Dan fakta lama yang mengikat adalah bahwa kedua Choi itu berasal dari kota yang sama dengan persahabatan lama yang mungkin sebentar lagi akan hancur hanya karena seorang gadis asing.

"Lalu? Apa aku hanya diperbolehkan memandanginya? Menjadikannya lukisan? Begitu maumu? Kau akan untung banyak jika aku mengalah demi dirimu Choi Jungkook. Bahkan kekasihmu itu akan memberimu 'pertama'nya jika kau menang dariku! Apa kurang impas imbalanku? Apa ini terlalu menguntungkan bagiku sedangkan kau juga mendapatkan hadiah yang sama?!"

Jimin memperjelas celotehannya. Memancing Jungkook agar terus bereaksi. Tidak apa-apa jika babak belur sedikit, asal dia bisa menyingkap misteri dari beberapa teka teki yang menjadi bulan-bulanan di isi kepalanya. Tentang cerita dari ibunya yang menyatakan bahwa Choi Jungkook adalah bukan anak dari tuan Choi, tetangganya yang bekerja di mansion besar mendiang Kim Daehyun. Yang juga ternyata ayah dari Kim Yerin yang dia tolong sewaktu di basemen Universitas. Dan fakta baru yang dia dapatkan adalah saat netranya melihat bagaimana Jungkook menikmati ciuman yang tak lain adalah dari bibir Kim Yerin disebuah westafel dengan cermin besar dan dia berdiri diambang pintu.

Awalnya Jimin hanya berniat menunaikan hasratnya buang air kecil setelah dirinya membuat kesepakatan gila dengan Jungkook. Yang sebenarnya kesepakatan itu hanyalah sebuah kedok matang untuk mengetahui tentang benarkah Jungkook sudah benar-benar menemukan jati dirinya. Namun ia mendapat sebuah persetujuan, Jungkook benar-benar mengijinkan Yerin untuk bersamanya malam ini, tetapi dengan syarat dari Jungkook yang tak kalah gilanya, yaitu; Dia boleh membawanya asalkan tidak menyentuhnya.

Tapi sebelum Jimin sampai pada bilik toilet, dia sudah lebih dulu dihidangkan pada pemandangan yang sukses membuat tangannya mengepal. Mengerat sembari mengumpat sebal. Mengingat hal itu, nyatanya sukses membuat Jimin kembali tidak lagi peduli.

Jimin pikir semuanya pasti salah. Semuanya terlalu abu-abu, bahkan hingga dia berada dibawah tubuh Jungkook untuk dihajar sekali lagi. Ia tak peduli. Hanya yang membuatnya sedikit kembali memutar otak, adalah; bukankah seharusnya Jungkook akan melindungi gadis yang dia panggil kakak, jika semua yang dia dengar dari ibunya adalah benar.

Apa sekarang ibunya yang mencoba mengarang cerita?

Tapi mustahil! Ibunya adalah wanita yang paling Jimin percaya selama hidupnya. Tentang ayahnya? Jangan ditanya! Bahkan ia membencinya setengah mati. Bila saja dia tidak akan berdosa, dia pasti sudah mengakhiri hidup pria keparat itu sejak lama. Sejak ia menemukan kekasihnya, Jung Yeseul sedang bercinta dengan ayahnya di ruangan kantor yang sengaja dimatikan CCTV nya. Brengsek!

Setidaknya sekarang Jimin menyimpulkan bahwa Jungkook mungkin saja bukan anak dari Daehyun itu. Tapi anak pungut atau lebih parahnya ibunya mengarang cerita. Atau kemungkinan terakhir adalah; Jungkook adalah anak dari Tuan Choi dan Ibu Yerin.

" Brengsek! Kau menyentuhnya?!"

Satu pukulan kembali mendarat dengan tidak elegan sama sekali di bilah pipi yang sama. Jimin pun langsung bisa mengecap rasa besi karat yang menyapa lidahnya. Anyir yang dia benci, sekalipun dirinya menyukainya.

Jimin menyeringai sembari mengusap sudut bibirnya dengan ibu jarinya. Senyum dengan ribuan arti yang tidak mampu Jungkook artikan satu persatu. Antara kebenaran dan kebohongan yang melebur sempurna menjadi satu tatapan sinis.

"Jika iya? Apa kau akan membunuhku? Didepan gadismu dan noona mu itu?"

"Keparat!"

[]


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C23
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login