Mihai melewati pintu kayu yang dibuka oleh Theo dan pandangannya kembali kabur dalam sekejap. Merasa mual dengan distorsi yang terjadi di sekelilingnya, Mihai memejamkan mata. Untuk beberapa saat, seluruhnya hening, bahkan tidak terdengar sedikit pun bunyi aliran udara.
Tidak sampai lewat satu detik ….
Zraaaaa …. Bunyi rintik hujan yang deras menusuk telinganya. Ia buru-buru menekuk telinganya, mencegah terlalu banyak gelombang bunyi memekakkan gendang telinganya.
"Kita sudah sampai," ujar Yuki dengan suara teredam.
Mihai membuka mata.
Lantai semen yang basah merupakan hal pertama yang memasuki pandangannya. Ia mendongak, menemukan kanopi dari batu bata sebuah rumah yang sepertinya tidak dihuni.
Sebuah mantel coklat dan payung kertas tiba-tiba muncul di hadapannya.
"Pakai itu," pesan Yuki.