Gisel POV.
hari semakin malam dan Gisel pun sendirian di atas pohon, bukan karena apa hanya hanya kalau tersesat di hutan lebih baik tidur di atas pohon dan untuk tas ya nya lebih baik di gantungan saja di dahan yang kokoh. walaupun dia sedang lapar tapi tetap saja dia lebih menahan lapar dari pada meninggal dunia karena di makan binatang buas .
matahari mulai menyoroti sang empu yang sedang tertidur di atas pohon dan saat dia mengerjapkan mata ternyata dia hampir dia terjatuh dari atas pohon. "untung aja kagak jadi jatuh dari pohon, engga sia-sia meluk pohon sebesar ini hehehehe" ucap Gisel sambil tertawa pelan . " daripada itu mendingan gua nyari orang, siapa tau bener apa yang kakek itu ngomong kemarin" ucap Gisel sambil berfikir . " ya sudah lebih baik turun dari pohon ini " ucap Gisel.
setelah turun dari pohon dia lebih baik mencari arus air untuk minum . skip
setelah menyelesaikan urusan dengan air terdengar suara seperti derap langkah kaki dan tanpa di sangka Gisel langsung bersembunyi di dekat pohon yang besar.
"akhirnya setelah sekian lama ketemu juga mata air nya bos " ucap seseorang
" iyah udah gerah hati dan gerah badan " ucap seseorang lagi
" iyah sah nikmati dulu, gua mau merem dikit . jangan ganggu " ucap Chandra dan segera merebahkan badan dekat Gisel dan tanpa di sadari Gisel mulai mengenali suaranya .
Gisel mencoba untuk mengintip siapa yang sedang dia temui, dan ternyata dia adalah Teman Kuliah .
" woy kalian ngapain disini ?" tanya Gisel sambil melemparkan batu ke arah mereka bertiga.
" lah Lo ngapain disini?" tanya Chandra sambil menatap Gisel dengan tajam
"huaaaa...huaaaa. temen gua pada Ngilang dan gua tersesat disini " ucap Gisel sambil berlari dan langsung memeluk Chandra walaupun sering berantem tapi dia dekat rumah jadi terbiasa dengan Chandra .
"Lo Ngapain disini ?" tanya Angga
" gua itu tersesat ini entah dimana" ucap Gisel sambil terbata-bata lalu melepaskan pelukan dari Chandra
" jadi rumor yang tentang gunung ini benar?" tanya Angga lagi
" untuk itu engga bener, tapi ada cerita yang benar-benar akurat. tentang gunung ini, dan cuman satu orang yang membuktikan nya " ucap Gisel
" maksudnya gimana Sel, gua kagak ngerti " ucap Aldo dan di balas dengan anggukan kepala dari Angga
" lebih baik kita duduk dulu, kasihan Gisel. " ucap Chandra .
setelah memilih tempat yang nyaman .akhirnya Gisel bercerita kenapa ia bisa tersesat dan kenapa ia bisa mengetahui semua tentang gunung ini . mereka semua memperhatikan dengan seksama .
" Lo engga seriusan kan?" tanya Angga dan di balas dengan gelengan oleh Gisel
" emang Lo engga liat gitu, muka gua serius banget ?" tanya Gisel
" jadi bulan purnama sebentar lagi dan kita akan menggagalkan rencana tersebut ?" tanya Chandra dan di balas dengan anggukan kepala Gisel
" Lo ketemu sama Kakek tua nya dimana?" tanya Aldo
" sekitar sini, tapi pas gua mau tanya, eh udah pergi entah kemana. masa lari bisa secepat dan tanpa menimbulkan suara kan aneh?" tanya Gisel
" terus dia kasih sesuatu engga tentang petunjuk atau apapun yang berhubungan dengan di gunung Maruyung?" tanya Chandra
" kalau di kasih petunjuk si engga, tapi dia kasih ini " ucap Gisel sambil menunjukkan ke arah mereka
" gila tajam banget, kecil -kecil juga . Lo di kasih itu sama Kakek tua itu?" tanya Angga
" iyah katanya nanti di tusuk ke ratu pas dada" ucap Gisel mengembalikan ke tempat asal nya
" jadi mungkin yang di maksud kakek tersebut adalah memecahkan misteri dan menangkap para penjahat tersebut " ucap Aldo
"kemungkinan si iya . ya fikir aja udah berapa manusia yang sudah menjadi tumbal buat gunung ini? " tanya Chandra
" ya udah kita cari teman kuliah kita " ucap Aldo
" main nyari dulu, emang Lo engga kasihan Gisel nahan lapar dari tadi hah?" tanya Angga dan di balas dengan cengiran oleh Aldo
" ya udah makan dulu .kasihan nanti pingsan di jalan kan repot " ucap Aldo membuka ransel untuk makan pagi dan kebetulan mereka juga belum makan pagi .
Skip .
setelan selesai makan mereka membersihkan tempat dan sebisa mungkin menghilangkan jejak bekas mereka .
" ya udah lebih baik Lo sama kita dulu, dan kita cari juga dimana Deny dan teman-teman yang lain" ucap Aldo
" haduh gimana ini masa gua harus mendaki gunung yang serem . please ampuni gua jika banyak dosa sama tuhan " ucap Angga dan di balas dengan geplakkan dari Aldo
"bisa engga diam .ini lagi nyari jalan keluar " ucap Aldo sedangkan yang lain memutar bola dengan malas mendengarkan perdebatan antara mereka berdua .
"jadi kita cari dulu markasnya dan kita nanti bakalan berurusan dengan penjahat yang ada disini?" tanya Aldo dan di balas dengan anggukan oleh Gisel
"iyah kata kakek tua si kek gitu. maka nya gua ke sungai karena gua tau, setelah melihat matahari pasti suka cari air, ya udahlah gua cari air dan ketemu kalian. "ucap Gisel
" pinter juga lo, engga sia-sia sekolah tinggi " ucap Angga
" emang Lo gitu, yang mentok di situ terus matkul nya " ucap Gisel meledek balik ke Angga dan langsung memukul Angga dengan keras
" udah Sel kasihan nanti mati di sini kan engga lucu " ucap Chandra melerai mereka berdua
" emang bener ya, jodoh engga beds jauh . maka nya bos sama Gisel, sama-sama suka memutarkan balikan fakta " ucap Angga sambil mengusap pelan kepala nya
" suruh siapa yang punya mulut Lemes banget kek Cewe" ucap Gisel sambil bersedekap dada
" iya dah ampun, cewe selalu Benar engga ada kata salah " ucap Angga dan di balas dengan kekehan dari yang lain
"ya udah ayo kita cari sebelum bulan purnama datang " ucap Chandra sambil beranjak dari tempat duduk nya
" ayo dah gua udah semangkat menuju gerbang kemerdekaan " ucap Angga sambil memukul dada nya
" ada yang bawa jam gak?" tanya Gisel
"tenang gua bawa dan sekarang pukul 08.12 " ucap Aldo
" haha seriusan sekarang jam setengah sembilan?" tanya Angga
" wah parah bener ini hutan, masa jam segini masih kek jam 5 padahal kita udah menunggu untuk liat matahari " ucap Angga
" Lo fikir ini udah sampe di puncak, bisa liat matahari?" tanya Aldo
" hehehehehe ini belum nyampe puncak si . tapi kan kan kaya jam 6 pagi . maka nya gua santuy jadi orang. ternyata sudah pukul sembilan Otw" ucap Angga
"udah daripada Lo ngoceh engga jelas, mendingan kita jalan terus supaya cepat ke markas mereka "ucap Chandra sambil berjalan paling depan.( baris pertama :Chandra. baris ke dua :Gisel . baris ke tiga :Angga .baris ke empat :Aldo)
" oke deh bos kita ikut apa yang di katakan Big Bos aja " ucap Angga .
setelah hari mulai gelap dan beberapa kali berhenti mereka melangkah kaki mulai jauh tapi mereka seperti berjalan di tempat .jalan tapi di situ -situ terus
" bos perasaan gua atau gimana ya, ko kita lewati jalan ini berkali-kali ya ?" tanya Angga dan di balas dengan anggukan oleh Aldo
"iyah nih ko gua juga merasakan yang sama " ucap Aldo
"kalian Gay gitu?" tanya Gisel
"itu mulut, ya engga lah gua masih suka cewe bukan kek Aldo " ucap Angga sambil membantah omongan Gisel
" coba perhatikan deh kita udah berjalan daritadi tapi pemandangan nya sama dari awal kita berjalan" ucap Aldo dan Chandra langsung memperhatikan sekitar nya
" iyah bener kita mengulang jalan yang sama " ucap Chandra
" jadi kita dari siang sampai mau gelap kita berjalan di tempat ke anak Pramuka gitu?'" tanya Angga dan di balas dengan anggukan kepala Chandra
" setan... hutan ini . udah capek-capek naik malah disini terus " ucap Angga sambil mengumpat
"jadi kita gimana ini?" tanya Gisel
"ya terpaksa kita bikin tenda di sekitaran sini" ucap Chandra sedangkan mereka bertiga menghela nafas dan langsung membuat tenda untuk malam ini