(Voc Leo)
Hatiku sungguh tak tenang, terlebih senyum ejekan yang disuguhkan pria tadi membuatku semakin takut.
Aku tak ingin membayangkan hal yang lebih, dan semoga Lita tak benar-benar bertindak sejauh yang kufikirkan.
Rasanya mau gila, takkan ku biarkan orang itu merebut Lita dari ku.
***
(Author)
Leo memacu laju mobilnya dengan sangat cepat, dirinya semakin gelisah memikirkan segala kemungkinan yang menyelimuti otaknya.
"semoga kamu ada dirumah, sayang" batinnya berusaha meyakinkan dirinya sendiri.
Tentu saja kemungkinan terburuk yang telah berputar difikiran Leo adalah fakta jika istrinya meninggalkannya dan ikut tinggal bersama pria yang sempat ditemuinya tadi.
Dengan langkah terburu-buru Leo langsung masuk kedalam rumah dan memarkir mobilnya diluar pekarangan rumahnya.
"sayang! sayang!" suaranya menggema didalam rumah yang sebenarnya kosong, sambil terus memanggil istrinya Leo masuk kedalam kamar.
Belum, masih belum nampak wajah yang ia panggil sejak tadi, Leo terus memanggil istrinya sambil membuka pintu kamar lainnya, dan ruangan itu pun juga kosong.
Debar jantungnya semakin cepat berpacu, tangannya mulai gemetar dan dingin, namun ia masih meyakinkan hatinya berharap jika istrinya masih berada didalam rumah, Leo mulai berjalan menuju kearah dapur sambil memanggil ucapan sayang untuk sang istri, hasilnya tetap sama, sosok yang ia harapkan tetap tidak ada disana.
Kembali Leo masuk kedalam kamar, melihat kearah tumpukan koper yang ia dan istrinya miliki, ada satu koper yang tak berada disana, dan ia tahu milik siapa itu.
Leo mengeluarkan ponselnya, dan langsung menghubungi nomer mamahnya, ia ingat jika mamahnya pernah meminta istrinya untuk berhenti bekerja dan tinggal dirumah kedua orang tuanya.
"halo mah, Lita ada disana, enggak?" todong pertanyaan Leo, begitu panggilannya diangkat.
'Lita? dia enggak disini' jawab Lenny (Ibu Leo)
Mendengar jawaban ibunya, Leo langsung menutup panggilannya.
Leo makin gelisah, ia menjatuhkan tubuhnya ke atas sofa diruang tamu, duduk sambil bersandar dengan kepala mendongak keatas, memikirkan orang yang terlintas dibenaknya.
"Angel" ucapnya berusaha berfikir sepositif mungkin, tangannya sigap mencari nomer telepon Angel di ponselnya.
'ada apa?' ucap Angel diujung telepon sana.
"Lita ada sama loe, enggak?" tanya Leo, begitu mendengar suara Angel.
'Lita?!' ucap singkat Angel tanpa melanjutkan kalimatnya.
Leo ikut diam, menunggu jawaban Angel tentang keberadaan istrinya.
'loe suaminya kan?! harusnya loe yang lebih tahu dimana istri loe' terang Angel langsung memutus panggilan, enggan memberitahu keberadaan sahabatnya.
Jawaban Angel membuat Leo semakin putus asa, terlebih tindakan Angel yang memutus panggilannya membuat fikirannya semakin buntu, seolah Angel sengaja menutupi keberadaan Lita.
Tanpa fikir panjang dan berbalut emosi, Leo bergegas keluar dari rumahnya dan kembali masuk kedalam mobil.
Dengan kecepatan penuh ia mengemudikan mobilnya menuju kearah jalan yang sudah tak asing lagi ia lewati setiap harinya.
Leo kembali ingat senyum sinis yang puas mengejeknya tadi, seolah pria itu tahu betul keberadaan istrinya, atau mungkin saja istrinya tinggal berdua dengan pria itu, mengingat ucapan Lita yang akan meninggalkannya.
Kembali mobil Leo memasuki basement gedung yang dua jam lalu ia sempat singgahi. Langkahnya kembali lebar dan terburu-buru berjalan menuju tujuannya, suara nafasnya berat menahan gejolak emosi yang tertahan.
"Bang Leo balik lagi?!" sapa Dian yang kebetulan sedang berdiri didepan enterance toko.
"orang tadi masih ada didalam?" tutur Leo.
"pak Alex maksudnya?" Dian memastikan orang yang dicari Leo, karena dua jam yang lalu Dian tahu jika Leo sempat berbincang sebentar dengan atasannya itu.
"masih didalam kok" sambung Dian setelah melihat anggukan kaku Leo.
Mendapat jawaban dari Dian, Leo langsung melangkah kedalam dan mendorong pintu hitam pekat yang ada dihadapannya.
Suara keras dari pintu besar yang terbuka membuat penghuni satu-satunya didalam yang sedang fokus dengan laptopnya menoleh kearah asal suara.
"bang Leo jangan masuk!" pekik Dian yang berusaha mengejar langkah Leo yang lebih lebar dari langkahnya.
Larangan itu tak diindahkan Leo, alhasil Leo sudah berada didalam ruang yang hanya diperuntukkan staff itu.
Matanya nyalang bertemu pandang dengan mata orang yang saat ini membuatnya marah, Leo berjalan lugas mendekat kearah orang yang sedari tadi mengganggu fikirannya.
Tangan Leo sukses menarik kerah pria yang belum sempat bangkit dari duduknya. "DIMANA LITA?" Amarah Leo memuncak, matanya membola menantang pria dihadapannya, suaranya dalam menggema didalam ruangan.
Alex menahan tangan Leo yang sudah mencekal kerahnya hingga membuatnya berdiri tanpa sadar, lagi-lagi senyum miring yang pernah ia berikan pada pria yang tengah marah itu tersungging lagi disudut bibirnya.
Dian yang menyaksikan kejadian dihadapannya langsung berlari keluar ruangan mencari bantuan dari staff lain.
"kenapa? loe masih perduli sama perempuan yang udah loe sakitin?" balas Alex.
"bukan urusan loe, dimana ISTRI GUE?" suara Leo sekali lagi menggema di dalam.
Dengan senyum miring puas melihat pria yang tengah kesal dihadapannya Alex semakin senang memprovokasi. "menurut loe, dimana lagi istri loe, ketika dia takut sendirian dirumah?".
"BRENGSEK!" pekik Leo dan melayangkan bogem mentah kepipi kiri Alex.
Alex terpental, tubuhnya membentur kursi yang sempat ia duduki tadi dan kemudian jatuh kelantai karena kursi itu beroda.
"Dimana istri gue!" gema suara Leo kembali mendominasi ketika tangannya siap mencekal kerah Alex lagi.
"Bang Leo berhenti!" pekik jeng Vera langsung berlari dan memeluk tubuh Leo dari belakang berusaha menahan langkah Leo dengan menariknya.
Dian dan Melani berlari mendekat kearah Alex yang masih duduk di lantai.
"bang! kak Lita bilang dia cuti untuk liburan ke Bali" pekik Melani menjelaskan.
Leo diam, hatinya melunak mendengar ucapan Melani, bukan ini yang sempat ia fikirkan, prasangkanya hanya tertuju untuk satu orang karena emosi yang terlanjur menenggelamkannya tanpa bisa berfikir jernih.
Kini Leo terlanjur malu sendiri, aibnya yang harus ditutupi malah terungkap sendiri karena tindakannya, bagaimana bisa seorang suami tidak tahu jika istrinya sedang liburan, dan malah membuat keributan ditempat kerja istrinya.
Perlahan Jeng Vera melepas pelukannya pada Leo.
"maaf, maaf udah bikin ribut disini" ucap Leo melemparkan pandangan satu persatu ke Dian, Melani dan Jeng Vera. "terimakasih infonya" lanjut Leo sambil menepuk pundak Jeng Vera, kemudian langsung pergi keluar ruangan meninggalkan mereka berempat.
Leo tak berniat meminta maaf pada Alex, bukan salahnya juga, karena memang pria itu yang sengaja memprovokasinya dengan jawabannya yang menggantung dan menjengkelkan.
Dengan perasaan yang sedikit lega, Leo meninggalkan toko, langkahnya gontai berjalan melewati toko-toko brand ternama lainnya.
Leo meraih ponsel dari saku celananya dan menghubungi salah satu nomer yang sudah lama tak ia hubungi lagi.
'halo, ada apa mas?!" suara perempuan terdengar diujung telepon.
"Adis, mas mau bicara dengan kakak kamu" ucap Leo.
'Aku lagi dijalan mas, baru mau pulang kampus, kak Lita ada di kafe, coba mas hubungi nomer kafe saja' terang Adis.
"kamu hati-hati dijalan, kalau kamu sudah sampai rumah suruh kakakmu aktifkan ponselnya, biar mas hubungi kenomernya saja" sambung Leo sedikit lega memastikan Lita memang benar berada di tempat tantenya.
'oke mas!' sahut Adis, langsung mengakhiri panggilan dari kakak iparnya.
Sudah cukup bagi Leo mengetahui kebenarannya jika prasangkanya terhadap istrinya salah, walau perasaannya sedikit kecewa jika Lita tak memberitahukan kepergiannya ke Bali untuk bertemu tante Shella disana.
Sejujurnya timbul kegelisahan lainnya dihati Leo.