"Heh! Sembarangan aja lu! Dia itu kan sohib gua!" protes Danu.
"Ya justru karena kalian cuman temenan doang mah gak masalah dong. Lagean, nanti sebentar lagi juga aku bakalan pacaran sama Kak Dita."
"Desta, dia itu lagi pacaran sama Bara. Lu gak boleh ngerebut cewek orang. Kualat lu. Nanti lu yang digituin sama orang lain. Mau?"
"Gak mau, tapi aku yakin kok, nanti juga aku pasti bakalan bisa jadiin Kak Dita pacar aku."
Danu menggelengkan kepalanya. "Terserah lu aja deh. Gua sih pengen tau aja, si Acoy emangnya mau jadi pacar lu?"
"Mau. Pasti mau."
"Wuih optimis amat," ujar Danu dengan nada mengejek.
"Iya lah. Jadi orang itu harus optimis dan penuh keyakinan. Jangan kayak Kakak yang gak punya pendirian. Ooops." Desta menutup mulutnya dengan sebelah tangannya.
"Heh! Ngomong apaan lu barusan? Lu ngehina gua, eh?! Berani lu?! Belum pernah gua gasak ya?" Desta memeluk leher adiknya itu dan mengacak-ngacak rambutnya.
"Ampun, Kak! Ampun! Aku gak berani!" teriak Desta memohon ampun.