"Huh, tidak bisa minum alkohol malah habis 5 gelas. Hai kamu kesini." Jack, pria flamboyan itu memanggil anak buahnya dan menyuruhnya untuk mengantarkan Darren pulang. Karena dia sudah beberapa kali mengantar Darren pulang, jadi dia sudah hapal rumahnya.
Darren yang sudah mabuk berat, dipapah menuju mobil milik Jack, bosnya. Sedangkan mobil Darren dibiarkan menginap di kelab sampai pria itu sendiri yang mengambilnya. Sepanjang jalan, Darren berteriak tidak menentu. "Perempuan sialan, kalau bukan karena terpaksa aku tidak akan menikahimu." Supir Jack hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Sudah biasa dia melihat orang mabuk berkicau semaunya.
"Uuukkk...." Supir yang melihat momen tersebut segera menepikan mobilnya dan berlari secepatnya membuka pintu mobil belakang dan mengeluarkan Darren ke pinggir jalan untuk berjongkok. Tepat setelah Darren sampai di pinggir, dia pun muntah banyak. Semua isinya dikeluarkan hingga perutnya merasa nyeri. Setelah berkali-kali muntah akhirnya dia mengibaskan tangannya untuk memberi kode kalau dia sudah selesai muntah.
Perjalanan pun dilanjutkan menuju rumah mewah Darren. Setelah sampai didepan pintu gerbang, Darren disambut oleh beberapa orang pelayan pria dengan sigap menerima tubuh mabuk tuannya. Darren dibawa ke kamarnya.
Toktoktok....
"Siapa?" Calista yang sedang memainkan ponselnya mendengar suara ketukan di pintu.
"Nyonya, tuan Darren mabuk. Tolong dibuka pintunya." Calista segera turun dari kasur dan membuka pintu.
Bau alkohol menyeruak kedalam indera penciuman Calista membuat perempuan itu memijit hidungnya.
"Taruh saja di atas sofa." Calista memerintahkan.
Dua orang pelayan pria yang memapah tubuh jangkung tuannya segera melakukan apa yang diperintahkan nyonya mereka. Darren didudukkan perlahan diatas sofa. Setelah itu kedua pelayan itu pun keluar kamar.
Calista menatap Darren yang masih dalam keadaan tidak sadar. Tidak mungkin membiarkannya tidur dalam keadaan bau keringat dan alkohol. Calista turun ke bawah mengambil baskom dan diisi air. Tidak ada siapapun didapur jadi dia bergerak sendiri. Setelah itu dia berlari keatas membawa baskom berisi air dingin.
Calista membuka baju Darren untuk menggantinya dengan pakaian bersih. Meskipun agak risih tapi Calista tidak ingin Darren mengotori sprei dengan pakaian yang penuh keringat dan sedikit percikan muntah. Dengan telaten Calista mengelap tubuh Darren. Pria mabuk itu tersenyum menikmati sentuhan air dingin dan jemari lembut di tubuhnya. Darren bermimpi sedang berada di panti pijat dan seluruh tubuhnya mendapatkan pijatan khusus yang tidak pernah dia terima sebelumnya.
Setelah selesai mengelap tubuh Darren dan menggantinya dengan piyama. Calista memapah tubuh suami kontraknya itu keatas kasur. Tubuh jangkung dan kokohnya hampir membuat pinggang dan bahu Calista patah. Akhirnya sukses juga merebahkan Darren diatas kasur. Calista menyelimutinya. Darren meringkuk seperti anak kecil yang sedang menikmati usapan sang ibu tercinta.
Calista menaruh baskom berisi air kedalam kamar mandi. Dia bermaksud mengembalikan besok ke dapur. Calista pun mencuci tangannya dan setelah semuanya bersih, dia diam-diam masuk kedalam selimut di kasur yang sama dengan Darren. Calista memunggungi Darren dan tidak butuh waktu lama, matanya pun terlelap dengan pulasnya.
Menjelang pukul 3 dini hari, Darren mencium aroma manis dan menyegarkan menyeruak ke indera penciumannya. Dia pun merebahkan tubuhnya dalam posisi telentang. Tangan kanannya menyentuh kepala Calista. Aroma manis itu semakin membuatnya ingin mencicipinya. Darren mulai memiringkan tubuhnya. Tangan kirinya meraba semua bagian sensitif Calista. Tidak tahan lagi, Darren meraih kepala Calista yang membelakanginya untuk mendekat. Kini tubuh Calista telentang. Darren menungganginya dalam keadaan Calista masih tertidur pulas tidak menyadari sesuatu bakal terjadi.
Bukan hal yang sulit untuk melepas piyama daster yang dipakai Calista.
"Ahhh ...." Calista menggeliat merasakan hawa dingin menusuk kulitnya yang tanpa pakaian sama sekali. Darren melepas pakaian yang ada ditubuhnya dan kini mereka dalam keadaan polos. Darren meremas buah dada Calista yang terlihat jelas membusung dibawah tubuhnya. Darren menghisap kuncupnya dalam-dalam dan meraup sepuasnya seperti orang kehausan.
Calista mengerang merasakan kenikmatan. " Ahhhh ...."
Desahan yang keluar dari mulut Calista membuat Darren semakin semangat dan melumat bibir merah merona itu dengan kuat. Calista mulai menyadari kalau dirinya tidak sedang bermimpi. Matanya pun melebar seketika namun terlambat, tubuh bagian bawahnya sudah dihujam oleh Darren dengan kuat.
"Ahhhh ...." Calista hanya bisa pasrah dirinya dicumbu Darren dengan liar. Bagaikan singa yang sedang menerkam mangsanya, Darren semakin kuat memacu tubuh Calista dan meremas semua bagian tubuhnya. Sesekali Darren membungkuk untuk menghisap leher jenjang Calista. Kedua tangan Calista dicengekeram kuat di samping sehingga perempuan yang berstatus istri kontrak itu tidak dapat bergerak.
"Tolong pelan-pelan, kamu terlalu kuat." Calista memohon kepada Darren namun bukannya semakin pelan, Darren justru semakin kuat menghujam kewanitaan Calista dengan kejantanannya.
"Nikmatilah, aku akan membuatmu tidak bisa bangun besok pagi." Darren menggeram penuh gairah. Calista tidak kuat lagi karena sesuatu akan keluar dari lubang kewanitannya sehingga kedua tangannya melingkar di leher Darren dan membuat wajah suami kontraknya itu menempel di pipinya.
"A-aku mau keluaaarr ... ahhhhh Darreeeen ...." Calista mengeluarkan pelepasan pertamanya berbarengan dengan Darren yang menyemburkan jutaan benih hangat ke dalam rahim istrinya.
"Aaahhh siaallll! Kenapa kamu lezat sekali." Darren mengumpat saat dirinya mencapai klimaks.
Tidak hanya sekali, tapi kegiatan bercinta mereka berlanjut hingga pagi hampir menjelang. Di karpet, di sofa. Dan terakhir di kamar mandi. Darren membuat Calista benar-benar tidak bisa bergerak setelahnya. Calista terkapar tidak berdaya. Tubuhnya remuk redam seperti habis dipukulin orang sekampung. Baru kali ini Darren beringas dan liar.
Jam menunjukkan pukul 7 pagi. Darren sudah bersiap-siap untuk berangkat kerja. Namun Calista masih tertidur pulas. Darren tersenyum sinis melihat istrinya dalam pantulan kaca lemari masih tertidur pulas dengan tubuh telanjang berselimut sampai dada. Rambut Calista yang acak-acakan dan sprei yang berantakan, siapapun pasti sudah tahu badai macam apa yang tercipta semalam.
Darren keluar kamar dan turun terlebih dahulu untuk sarapan.
"Bu Hera, jangan bangunkan dia sampai dia bangun sendiri. Biarkan saja dia tidur lebih lama. Hari ini tidak perlu bekerja. Siapkan sarapan nanti untuknya. Ingat, makanan yang bergizi." Petuah Darren di pagi hari mendapatkan anggukan dari Hera dan para pelayan yang ada disisi kanan kirinya.
Setelah selesai sarapan, Darren berangkat ke kantor dengan mobilnya yang lain. Dia ingat kalau mobilnya masih ada di kelab malam milik Jack. Didalam mobil, Darren senyum-senyum sendiri. Dia mengingat percintaannya semalam yang benar-benar luar biasa dan keterlaluan diakuinya. Supir yang melihat bosnya senyum-senyum sejak keluar rumah dari balik kaca spionnya, ikut tersenyum senang. Jarang-jarang dia melihat sang bos bisa tersenyum.
Satu jam perjalanan akhirnya pria bermata hijau itu sampai di gedung The Anderson Group.