"Datang atau tidak, aku akan tetap mengundang Ayah," kata Renji.
Ryouta pu duduk tegak. Dia ingin memastikan sosok pria 29 tahun itu benar-benar putera kecilnya dulu. Tiada keraguan sedikit pun di dalam bola matanya. Dan postur Renji yang menjulang bahkan membuat Ryouta sempat berpikir bahwa sosok tersebut tidaklah nyata.
Benarkah dia Renji Isamu? Sebab Ryouta sudah buta dari pertumbuhan puteranya sendiri terlalu lama.
Kapan dia sekolah, berteman, berkencan, menyelesaikan pendidikan, dan bekerja hingga sesukses ini saja tak tahu. Bukankah itu berarti dirinya layak disalahkan atas semua hal keterlaluan ini?
"Kudengar kekasihmu itu pelacur lelaki dan tidak memiliki orangtua," kata Ryouta sembari mengalihkan pandangan ke lantai. Tatapannya terlihat hampa, dan Renji samasekali tidak gentar hanya karena hal itu.
"Ya."
"Dia juga pernah berkencan dengan wanita kan pastinya?"
"Ya."
"Dia normal atau?"
"Dia berbeda dariku."
"Ibumu benar, jika aku bisa merawat tiga anak anjing ini dengan baik … kenapa tidak untuk menoleransi kalian berdua?" (Ryouta)
Ryouta adalah ayah pada umumnya. Dia tetap kehilangan ketika Renji pergi dan tak pernah kembali sekian lama. Namun, dia semakin benci kepada kenyataan bahwa puteranya tidak pernah berubah hanya karena mengikuti arahannya. Dan itu lebih kepada kebencian yang ditujukan untuk dirinya sendiri sebagai orangtua.