"Ja! Ik zal ze ontmoeten!"
Suara tangisan Nana juga terdengar dari dalam. Ah, kalau ini film LGBT, kira-kira apa yang akan dilakukan pasangan gay untuk menghadapi situasi ini?
Ginnan tidak tahu apa itu, yang pasti dia refleks berdiri saat melihat Ryouta berjalan keluar dengan wajah berapinya.
Langkah demi langkah sangat mendebarkan.
Ginnan sampai gemetar dan menyuruh Renji berdiri juga. "Ren, hei..." katanya. Berikutnya bahkan tergagap saat akan bicara dengan pria paruh baya itu. "P-Paman, maaf aku—"
"Kau, kau..." kata Ryouta. Dia menunjuk Renji dan Ginnan bergantian. "Masih punya harga diri? Kalau iya segera keluar dari sini!"
Gantian Renji yang kini menggenggam tangan Ginnan lagi. Dia menyembunyikan lelaki itu di belakang punggung dan menatap ayahnya lurus-lurus.
"Kami akan pergi kalau itu yang Ayah mau," kata Renji. Tetap tenang. "Yang pasti aku senang melihat kondisi di rumah baik-baik saja."
"..."
Sejujurnya ... aku tahu kalian setia membaca novel ini ಥ‿ಥ
Biar pun jarang ada yang komentar, aku berterima kasih atas antusiasme kalian.
*Bungkuk!*