Renji melirik jarinya yang meremas jeans pada bagian paha. "Tidak-tidak," katanya. "Aku tahu gaya berkencanmu itu seperti orang tua."
Ginnan mengoreksi dengan bisikan juga. "Old fashioned maksudmu?" tanyanya retoris. "Yeah.. kuakui. Kalau serius, aku tak ingin main sentuh sembarangan. Tapi yang terpenting bukan itu."
Ginnan bisa merasakan lirikan Renji beralih kepadanya. "Apa."
"Kau bisa merusak make up-ku," kata Ginnan. "Kau sendiri kan yang bilang agar menutupi semuanya hari ini. Jadi, bisa tidak menyingkir, bayar saja, lalu kita pergi dari sini?"
Mereka bertatapan.
Ginnan berapi, Renji terkekeh sebelum menjauh.
"Baiklah."
Ginnan pun menatap jengkel wanita jejadian tadi. Bukan hanya tentang make up kreasinya, tapi sepanjang Renji mendekat, suara kikikannya tak kunjung berhenti.
Bukankah ada pelanggan lain untuk diusili? Kenapa harus dirinya?
Hai :)
Saya ingin berterima kasih telah menjadi reader setia hingga bab ini ;)
Saya senang anda menikmati cerita BL yang saya tulis dengan sepenuh hati :)
Semoga anda tetap terhibur hingga akhir perjalanan novel ini yah :D