"Kau sangat tidak masuk akal!" bentak Ginnan. Sepanjang jalan mulutnya terus berkicau tak henti-henti. Renji hanya diam. Pria itu teguh menyeretnya seperti biasa dan menjauh dari taman. Saat menghentikan satu taksi dan masuk, dia bahkan tak peduli Ginnan mengaduh karena terantuk pintunya.
JDUKH!
Ginnan terjembab dan nyaris jatuh. Kalau Renji tak menahan bahunya, entah seperti apa posisi mereka di dalam sana. Renji hanya menatap. Pria itu tidak protes. Dalam satu hentakan, didorongnya Ginnan hingga duduk rapi di sebelah.
Ginnan mendengus. "K-Kau... Bisa jelaskan kenapa perlakuanmu barusan begitu?" cecarnya kesal. "Buat apa memelototinya? Tahu tidak... jika tak ada dia, aku pasti sudah digampar gadis-gadis tadi?"
"Tahu."
Renji justru memandang acuh keluar jendela.
"Terus? Harusnya kau berterima kasih!" bentak Ginnan. Sopir taksi sampai mengumpat di depan sana.
Insting buas ini benar-benar di dunia nyata. Diambil dari saya sendiri sebagai penulis yang begitu kepada orang-orang di sekitar saya.
:")
Jadi, ini bukan komika. Tapi memang ada pada kenyataannya.