Baixar aplicativo
8.48% RE: Creator God / Chapter 32: CH.32 Kejadian Tidak Terduga

Capítulo 32: CH.32 Kejadian Tidak Terduga

Aku jadi ingin mencoba menggunakan kekuatanku yang sudah bertahun-tahun tidak kupakai. Itu lah yang aku pikirkan sejak aku mulai bertapa di gua itu. Memang sebenarnya berbahaya kalau sampai ada yang tau masalahnya akan jadi sangat repot.

Namun hal seperti itu akan bisa kulakukan nanti. Setidaknya halangan terbesarku sekarang adalah keluargaku sendiri. Mereka sudah tau banyak hal yang kusembunyikan. Hal lain mungkin tak akan ada pengaruhnya, tapi kalau soal hal ini, ini menyangkut pada reputasiku.

"Hmm? Sudah bangun sayang?" Kiera membuka pintu teras ketika aku sedang menikmati udara pagi yang sejuk.

"Tentu saja. Kalau mau mandi duluan gak apa."

"Baiklah, tolong pastikan supir sudah mengantarkan anak-anak berangkat sekolah sayang."

Setelah Migusa dan Furisu masuk sekolah mengengah atas dan Shouku serta Kyosei menjadi murid sekolah dasar kelas 4, kehidupanku menjadi semakin tidak teratur. Uhh, aku sampai lupa sama umur sendiri, berapa umurku sekarang? Sekitar 34 atau 35 kurasa. Tua? Sebenarnya tidak, tapi aku sudah tidak selincah dulu.

Beberapa tahun bersama keluargaku membuatku semakin dekat dengan mereka. Aku bisa melihat tawa dan canda mereka. Aku bisa merasakan rasa sakit yang mereka rasakan. Kurasa sekarang aku mengerti bagaimana rasanya jadi orang tua. Entah apa yang selama ini aku lakukan salah atau bukan, tetapi yang kulakukan adalah kesenanganku.

"Huft, kurasa aku harus pergi bekerja juga. Aku akan minta secangkir teh untuk memulai hari ini." aku berjalan meninggalkan teras kamarku.

Aku masih bisa mendengarkan Kiera masih mandi. Oh ya karena selisih umur Kiera dan aku itu 3 tahun, berarti kita berdua sudah berkepala 3. Bukan 3 kepala sebetulnya, umur kami sudah kepala 3, itu maksudku.

"Sayang, aku tunggu di ruang makan ya." sambil menitipkan pesan kepada Kiera aku berjalan keluar dari kamarku.

Awalnya rumah ini sangat sepi, terlalu sepi. Dulu aku selalu berpikir bahwa selamanya aku akan sendirian di rumah ini. Tapi dari kejadian yang tidak aku ingini, semuanya itu berubah. Memang awalnya terlihat seperti terpaksa, tetapi sekarang semuanya menjadi kesenangan.

"Sayang, sudah selesai mandi." Kiera keluar dengan pakaian mandi dan rambut yang sedang dikeringkan dengan handuk.

"Haduh, udah tua begini masih suka godain mulu nih." tentu saja walau sudah tua, tapi kecantikkan seorang kekasih tidak akan luntur.

Aku mendekati Kiera dan membantu mengeringkan rambutnya.

"Ihh, dasar. Siapa juga yang godain kamu sayang. Kan aku cuma habis mandi." Kiera pun beralasan kepadaku.

"Ya itu, kalau kamu keluar dari mandi, rasanya aku melihat dirimu yang masih segar bugar 10 tahun lalu." aku menggodainya sembari membantunya.

Kurasa salah satu hobiku dan Kiera yang baru adalah saling menggodai satu sama lain. Bukan karena kami mau, karena itu membuat kami senang. Rasanya ketika aku mulai bisa tertawa, seluruh rantai yang mengikat, dan semua beban hidup itu dilepaskan dariku.

Awalnya aku menggerutu soal Kiera yang menciptakan masalah untukku, tetapi sekarang aku menjadi sangat bersyukur. Setidaknya aku bisa mendapatkan senyuman ini dan bisa melindunginya setiap hari. Terdengar lebay, tetapi itulah faktanya, suka tidak suka.

"Iya iya deh. Udah kita makan, habis itu papa mandi dan berangkat kerja habis itu." Kiera pindah dari di depanku menjadi di belakangku dan mendorongku ke arah meja makan.

"Hahaha iya deh mama cantik."

Akhir-akhir ini panggilan sayang kami mulai berganti menjadi papa dan mama. Kalau aku masih sering memanggil sayang di depan anak-anakku, nanti jadi canggung dan aneh pasti.

Hari-hari itu berjalan sesuai dengan kehendakku. Kuharap kedepannya akan ada banyak rahasia yang lebih terbukakan untukku. Bukan hanya rahasia, tetapi lebih banyak kebahagiaan.

"Kalau begitu papa pergi dulu. Kalau mama mau cari, tinggal ke kantor saja." aku mencium dahi istriku sebelum aku berangkat pergi kerja.

Mungkin tidak banyak orang yang sadar, yang membuat pernikahan tetap langgeng adalah skinship simpel seperti ini dilakukan terus-menerus.

"Baiklah, pulang jangan sampai terlalu larut malam nanti." uhh, imutnya, masih saja merindukanku.

"Ahahaha baiklah." aku masuk ke dalam mobil dan melaju ke perusahaanku.

Oh ya, untuk suatu alasan, Shin tidak pernah lagi menghubungiku. Sudah bertahun-tahun juga. Kurasa dia tidak pernah tau kejadian sebenarnya pada akhirnya. Ingin rasanya memberi tahu, tapi aku tak punya alasan yang pas.

"Huft~ kurasa hari lain yang sama akan terulang terus-menerus." aku menggerutu sambil menyetir mobil ini.

Itu yang aku pikirkan, tetapi ternyata aku menaikan flag. Benar saja, tiba-tiba semua orang berteriak ketika aku sedang berhenti di salah satu lampu merah. Tunggu, apa alasan mereka berteriak? Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Juga banyak orang yang meninggalkan mobilnya dan masuk ke dalam gedung.

Aku pun memberanikan diri keluar dari mobil dan melihat ke sekitar yang sebenarnya terjadi apa.

"Tuan! Cepatlah kemari! Jangan berlama-lama lagi! Tidakkah kau lihat langit!?" ada salah satu orang yang berteriak dari pinggir jalan di dalam gedung.

Langit? Ada apa? Oh tidak, jangan katakan aku melihat hal yang seharusnya tidak ada. Langit menjadi sangat gelap, tapi ditengah langit ada sebuah lubang, lubang portal. Dan dari situ lah muncul ratusan bahkan ribuan sesuatu. Ya, sesuatu, monster.

Aku tak pernah membayangkan hal seperti ini bisa muncul di Terra. Sial, apa yang harus kulakukan? Kalau aku berlindung, siapa yang akan membunuh semua monster ini? Tapi kalau aku harus membunuh semua monster ini, semua orang akan sadar akan identitasku. Arghh, masa bodo ah, nyawa banyak orang lebih penting dari pada identitasku.

"Tidak perlu paman. Aku bisa menjaga diriku sendiri." aku melebarkan kedua pasang sayapku.

Kalau aku menggunakan sihir akan menimbulkan lebih besar keributan. Kurasa aku akan menggunakan senjata yang aku miliki. Yang sudah bertahun-tahun hanya aku simpan, Akinator dan Zero Eye Zero. Masih ingat dua senjata ini? Ya, senjata yang kudapatkan di Dark Society.

Jangan tanya sesuatu padaku, tentu saja pandangan semua orang pindah kepadaku. Tidak ada yang berani berkutik disaat seperti ini.

"Cih. Akan kuhabisi semuanya itu." aku menendang tanah sekuat mungkin yang membantuku terbang dengan cepat.

Oh ya, aku lupa, kekuatan Zero Eye Zero punya efek samping, tapi mungkin efek samping itu tak akan berkerja untuk tubuhku ini. Tubuhku punya efek regenerasi luar yang tak terbatas. Tapi bukan berarti aku tidak akan mati atau jadi immortal begitu, itu lain cerita.

"Kekuatan Zero Eye Zero, Dark Eye Sense dan Bloody Tears. Keduanya memang kuat, tapi itu tidak kubutuhkan sekarang. Jadi kurasa menggunakan Akinator yang lebih ringan saja supaya agilityku juga tidak turun." aku menyimpan kembali Zero Eye Zero dan menarik Akinator dari sarungnya.

Dengan jumlah sebanyak ini, tidak mungkin aku bisa menyerangnya satu-satu, jadi aku mengimbuhkan elemen ledakan di bagian luar katana ini. Dengan ini, cukup dengan menebas saja, dipastikan monster-monster ini akan meledak habis sampai ke abu.

"Sial, jumlah sebanyak ini sanga sulit ditangani tanpa sihir. Kalau sampai ada monster yang berhasil turun ke tanah, akan jadi sangat merepotkan. Kurasa aku harus menarik aggro mereka. <<Activate Personal Magic: Shoutout Roar>>." dengan sihir yang satu ini, perhatian semua monster beralih ke diriku.

Sini monster bodoh, jangan ganggu mereka yang tidak bersalah. Kalau dipikir-pikir lagi, datang dari mana semua monster ini? Ugh, bukan saatnya memikirkan hal ini, sekarang bagaimana caranya agar semua monster ini bisa lenyap?

"Apa boleh buat, aku harus memperingatkan warga-warga dulu."

Dengan suara yang dikeraskan oleh sihir milikku aku memperingatkan mereka.

"Tutup mata kalian! Aku tak akan tanggung kalau mata kalian rusak."

Untung saja, semua orang-orang ini bisa diajak bicara. Semuanya menutup mata mereka bahkan melindungi kepala mereka dengan tangan mereka.

"Kalau begini butakan dulu. Activate- ah kelamaan <<Blinding Flash>>." sebuah cahaya yang sangat terang menemuhi tanah dan langit.

Efek sihir ini bukan efek sementara, efek ini bisa ditahan guna membuat musuh buta dan tidak bisa melakukan apa pun.

"Akan kuakhiri! <<Extension Ray>>!" kalau tadi cahaya yang membutakan, sekarang cahaya yang melenyapkan.

Sebuah cahaya lurus berdiameter sangat besar, melenyapkan semua monster yang ada di lajurnya. Jujur saja, menggunakan cahaya membutakan ini bukan hanya terarah untuk monster, tetapi untuk warga tidak tau aku bisa menggunakan sihir.

"Kurasa, cahaya membutakan ini sudah tidak perlu, aku akan menghilangkannya. Ok, sekarang kita akan tutup portal itu sebelum akan ada monster yang melewati portal itu lagi. <<Forced Close Dimension>>."

Perlahan namun pasti, portal itu tertutup. Sambil menjaga agar portal itu tertutup sempurna, aku menghabisi monster-monster yang masih bisa lewat. Semuanya itu kulakukan sampai-sampai aku lupa bahwa mana di dunia ini sangatlah buruk, jadi manaku akan jauh lebih banyak tersedot.

"Ugh! Sakit! Manaku tersedot secara besar-besaran. Ayo cepatlah tertutup!!" walau aku sudah sampai pada penghujung batas, aku lebih menguatakan kekuatanku untuk menutup portal itu sekuat tenaga.

Lima… empat… tiga… dua… satu! Portal itu lenyap dengan sihir dariku. Ah.. aku sudah tidak bisa merasakan tubuhku, kurasa aku akan terjatuh di sini. Seseorang selamatkanku…

"Tenanglah aku di sini untukmu." sebuah suara yang lembut menyambutku sebelum aku kehilangan kesadaran.

Mataku tidak bisa melihat jelas waktu itu, tetapi aku pasti bahwa yang menolongku adalah seorang perempuan yang bisa terbang juga. Kenapa aku bilang begitu, karena aku belum menyentuh tanah, otomatis dia bisa terbang juga.

Sakit… sangat sakit. Tubuh ini sangat tidak tahan kalau kekurangan mana. Aku butuh mana! Tapi mana bisa. Dalam keadaan pingsan begini aku hanya bisa berharap aku pulih dengan sendirinya, secepatnya. Itu yang kupikirkan, tapi ternyata tidak terjadi. Tiba-tiba mana mengalir lembut, dan memenuhi diriku ini. Mana itu begitu murni, bahkan lebih murni dari pada mana di gua tempat aku bertapa.

Begitu kesadaranku mulai kembali kepadaku, aku mulai membuka mataku perlahan. Langit-langit ini… aku kenal. Tentu saja, ini rumahku sendiri. Namun bagaimana caranya aku bisa sampai di rumah sedangkan aku pingsan? Tunggu, kenapa aku tak menggunakan sehelai benang pun!? Dan Kiera… oh tidak, kurasa aku mengerti apa yang terjadi.

"Hah~ lagi."

Entah kenapa walau aku melakukannya lagi, tapi aku merasa segar bukan capek kali ini. Apa mungkin… melakukan hubungan dengan pasangan bisa membuat mana kembali pulih? Aku akan coba cari tau besok. Aku masih mau tidur dulu.


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C32
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login