Baixar aplicativo
6.25% Ardy & Erza / Chapter 13: Dikurung bokap selama satu minggu, Erza kangen

Capítulo 13: Dikurung bokap selama satu minggu, Erza kangen

Hampir seminggu Ardy nggak sekolah bahkan keluar dari Rumah pun nggak, Erza jadi khawatir masalahnya nggak ketemu Ardy selama itu, Erza nganterin tugas dari Sekolah buat Ardy pun tetep aja nggak ketemu. Erza jadi kangen banget sama Ardy tapi nggak berani nanya ke tante Adriana soalnya takut, handphone Ardy juga nggak aktif jadi Erza beneran kangen pake banget sama Ardy.

Hari ini Erza udah ketemu lagi aja sama hari senin, hari dimana Ardy kena masalah. Erza megang erat kedua sisi strap tasnya setelah turun dari angkutan umum, biasanya dia dianterin Ardy, Ardy datang ke Rumah buat jemput tapi ini udah seminggu nggak ada Ardy, Erza kadang-kadang kedapatan udah mau nangis karena ngerasa sepi banget nggak ada Ardy di harinya.

"Erza!" Erza nengok setelah denger ada yang panggil dia.

Itu Yusril, dia hamperin Erza dengan lari kecil kemudian pegang pundak Erza. "Za, Ardy ke mana? kayaknya udah lama gue kagak lihat dia setelah nginep di tempat gue, telponnya juga gak aktif," tanya Yusril bikin Erza tambah sedih.

Erza gelengin kepalanya, raut wajahnya tambah sedih yang tadinya memang udah sedih sedari pagi tapi Yusril baru sadar setelah nanya. "A-aku juga belum ketemu Ardy, Yus, aku nganterin tugas dari wali kelasnya ke Rumah tapi tetep nggak ketemu," jawab dan jelas Erza.

"Masa iya gara-gara ngomong kasar doang bisa sampe ditelan bumi gitu? Tapi si Rendy masuk kok dari kemarin, lo tahu kagak kenapa si Ardy sama Hendri kagak masuk? kan lo tetanggaan sama Ardy tuh," tanya Yusril.

Erza ngerjap beberapa kali setelah dengar itu dari Yusril. Ternyata Hendri juga? Tapi kok bisa? Hendri pernah dapat masalah lebih dari ini dan dia santai-santai aja kayak yang nggak ada beban, apa karena Hendri dicabut dari kepengurusan OSIS ya? Erza kurang tahu, daripada sok tau dia milih gelengin kepalanya.

"Waduh kasihan masalah gitu aja bisa sampe dikurung gitu, untung gue dah mandiri," Ucap Yusril bangga sama pilihannya sembari nepuk pundak Erza dan berlalu ngelewatin Erza.

Erza ini anaknya pemalu tapi bukan pemurung, dia ini sebenarnya ceria cuma malu aja kalau kelihatan ceria overload kayak Ardy dan komplotannya, tapi setelah Ardy menghilang selama seminggu ini dia jadi murung. Setiap hari Erza ke kelas Ardy cuma sekedar berharap kalau sahabatnya itu ada di sana buat ngajak jajan atau istirahat, dan hari ini Erza ngerasa takut buat ke kelas Ardy, takut Ardy nggak ada lagi.

Erza ngintip ke dalam kelas Ardy dengan kepala duluan, sewaktu dilihat dari ambang pintu ternyata cuma ada Rendy di kelas itu, Erza menghela nafas kecewa. "Ardy nggak masuk lagi ya?" tanya Erza meski udah tahu nggak ada Ardy di sana.

"Ardy—"

Belum sempat Rendy jawab, Erza udah mau pergi aja, dia balik badan kemudian main nyelonong aja sampai nabrak orang yang mau masuk ke kelas. Erza harusnya terpental karena tabrakannya cukup keras tapi Erza malah dipeluk sama orang yang dia tabrak itu, erat banget pelukannya Erza mau berontak tapi keburu sadar dia kenal sama bau pelembut pakaian orang itu. "Ardy!" pekik Erza sewaktu mendongak dan dia nemu wajah Ardy.

Ardy menyunggingkan senyum lima jarinya yang ceria tapi Erza malah nangis ketika lihat Ardy senyum, matanya membendung air dan akhirnya jatuh melewati pipinya. Karena malu nangis dilihatin Ardy, Erza ngelepasin pelukan Ardy dan nutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya lalu nangis diem-diem disana. Erza senang banget karena Ardy akhirnya muncul setelah satu minggu bak lenyap tapi dia juga merasa bersalah secara bersamaan, Ardy mungkin nggak akan dikurung kalau dia bisa tutup mulut sewaktu ditanya tante Adriana kemarin.

"Ardy kalau kamu mau marah, marah aja," ucap Erza sembari hapus air matanya kemudian natap Ardy.

"Eh?" Ardy ngerjap-ngerjap kurang paham. "Gimana maksudnya Za?" tanya Ardy kemudian karena nggak paham kenapa dia harus marah ke Erza.

"Kamu benci sama aku kan karena aku bilang ke tante Adriana kamu ada di kosnya Yusril?" tanya Erza sembari beneran nangis dan Ardy dibuat panik karena itu, buru-buru Ardy bawa Erza masuk terus mendekapnya di dada biar tangisannya keredam. "Makanya kamu nggak mau temuin aku waktu aku anterin PR!" tukas Erza kemudian teredam karena dekapan Ardy yang cukup erat itu.

Rendy jadi ikutan panik sewaktu tangisan Erza malah makin kenceng setelah didekap Ardy, bukan apa-apa tapi dia takut disalahin karena kalau Ardy buat masalah pasti dia juga ikut keseret, berteman sama Ardy itu susahnya bareng-bareng meskipun nggak ikut ngapa-ngapain, apes banget emang. Rendy ikut ngedekap Erza dari belakang dan jadilah kayak kue lapis dengan Erza di tengah-tengah kejepit mereka.

"Hnnggg!" Erza berusaha berontak dari jepitan Ardy dan Rendy karena dia jadi susah nafas, mereka bener-bener ngejepit dia!

"Rendy gue mau nanya soal—"

Hendra baru aja masuk ke kelas dan langsung dibuat kaget sewaktu lihat mereka lagi dempet-dempetan bertiga. "Acara apa nih? Ikutan dong," ucap Hendra kemudian langsung lari ke arah Ardy, Erza dan Rendy. "Berpelukaaaaaannn!" teriaknya sembari nerjang mereka bertiga dan bikin Erza makin kesiksa karena sekarang dijepit tiga orang.


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C13
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login