Linda mengemudikan mobilnya. Orang-orang di dalam tidak mengenalnya, dan dia hanya mengatakan bahwa dia adalah kerabat keluarga Prambudi.
Perlahan-lahan masuk, dan ketika dia melihat dinding putih di ruangan itu, mata dan tubuh Linda menyusut.
Tenggorokannya bahkan mengeluarkan suara tajam, yang muncul tiba-tiba di ruang sunyi.
Prambudi masih berbaring dengan tenang, karena dia sudah lama tidak aktif. Wajah dan ototnya tidak sefleksibel sebelumnya, dan dia berbaring dengan tenang seperti remaja lemah.
Kuku Linda hampir cekung dan menancap di dagingnya. Dia melihat wajah pucatnya, dan perlahan berjongkok di pinggir tempat tidurnya.
Dengan lembut, Linda mengangkat salah satu tangan Prambudi dan meletakkannya di pipinya.
Sudah tidak hangat lagi. Meski dia belum menghangatkannya, tapi mereka sudah pernah menjadi suami istri.
"Prambudi, apa kau menyalahkanku?" Dia mengangkat matanya dan menatapnya.