"Jelaskan." Adam memberi kelonggaran. Tak ingin menatap sang adik yang kini diam seribu bahasa. Tak marah? Dusta jikalau ia mengatakan bahwa dirinya tak terbawa suasana sekarang ini. Adam memendam amarah yang menggebu-gebu. Dalam tebakannya ia berharap bahwa semua teka-teki itu tak pernah benar adanya. Awalnya remaja itu yakin benar bahwa Raffa menyayangi Davira hanya sebatas seorang adik pada kakaknya, layak seperti rasa yang seharusnya diberikan Raffa mengingat Davira adalah calon kakak iparnya jikalau semesta mengijinkan dirinya benar hidup bahagia bersama Davira. Akan tetapi, seperti layaknya sedang dikhianati oleh orang terdekatnya, Raffa menyukai Davira Faranisa sebagai seorang gadis. Menganggap bahwa kecantikan yang ada di dalam dirinya adalah sebuah anugerah yang patut dinikmati.
Raffa kini kembali menghela napasnya. Menatap Adam yang menunggu dirinya untuk segera memberi penjelasan saat ini. Raffa tahu apapun alasannya, Adam sang kakak, akan tetap merasa kecewa padanya.