Tidak ada pilihan bagi Angga selain menuruti permintaan papanya. Dia menyetujui perjodohanya dengan Lisa wanita yang sama sekali tidak dia cintai. Sebelum mereka melakukan pernikahan Angga meminta untuk bertemu dengan Lisa, dia ingin membicarakan sesuatu yang dia anggapnya penting.
Angga pun meraih ponselnya, dia mengetik pesan untuk Lisa. Setelah dibacanya berulang kali dan melihat pesan yang dia ketik sudah benar, Angga pun mengirimnya.
Kemarin sebelum makan malam berlangsung Angga sengaja meminta nomor Lisa, dia sudah merencanakan sesuatu dan sekarang dia akan melakukan itu sebelum mereka menikah.
Angga segera menuju hotel, dia juga menyuruh Lisa untuk kesana. Setelah Angga membuking kamar untuknya, dia pun segera bergegas kesana. Tak lupa dia pesan makanan dan juga Anggur merah untuk dia minum.
Lisa terburu-buru, sejak sejam yang lalu dia berangkat dia masih terjebak macet di jalanan. Lisa memang belum pulang, dia ditahan oleh Willy, sementara papa Lisa memaksa anak gadisnya itu untuk tinggal sementara di sana. Mau tidak mau Lisa pun menuruti, lagian dia tidak mau dianggap anak yang tidak berbakti jika tak menuruti papanya.
"Pak, ap masih lama?" tanya Lisa, saat itu dia sedang di antar oleh supir pribadi Wijaya.
"Sebentar lagi non, sabar ya," ujar si sang supir.
Berulang kali Lisa melirik jamnya, hingga beberapa menit kemudian ponsel yang di saku celana Lisa berbunyi. Nama Angga tertera di sana, Lisa sangat gugup tanganya bahkan gemetar. Tetapi karena tidak ingin membuat Angga menunggu Lisa pun mengangkatnya.
"Y-ya, haloo Ngga. Maaf aku sedikit terlambat jalanan sangat macet." Lisa menggigit bibir bawahnya menahan rasa gugupnya.
"Ya, tidak apa-apa, berhati-hati lah dan segera sampai di lokasi yang saya kirim." Klik Angga mematikan teleponya.
"Hufff.., syukurlah dia tidak marah." Lisa memejamkan mata sejenak, lima menit kemudian sang supir membangunkanya dan member tahu bahwa mereka sudah sampai. Lisa yang ketiduran di dalam mobil segera mengejap kaget dan tergesa-gesa kaluar dari mobil.
"Non, mau saya tungguin gak?" tanya si sopir sedikit berteriak.
"Ya.., ya silahkan tunggu pak, Jakarta masih asing bagiku." Lisa terus berjalan memasuki hotel, dirinya pun segera menuju ruang receptionis dan menanyakan hotel pesanan Angga wijaya.
Tidak terlalu menunggu lama Lisa pun deberitahu oleh sang receptionis, mereka juga memberi Lisa kunci kartu eletrik. Ruangan Angga berada di ruangan 708 yang artinya enam lantai lagi dari yang Lisa pijak.
Meskipun Lisa berasal dari kampung dia masih tau menggunakan lift, lagi pula tidak mungkin dia naik tangga sejauh itu. Lisa pun segera menuju lift dia menekan tombol ke atas. Saat lift terbuka Lisa pun melangkankan kakinya masuk, sial dia harus tersandung dan nyaris terjatuh. Beruntung ada seorang pria baik, dia langsung menolong Lisa hingga tidak terjatuh.
"Terimakasih," ucap Lisa tulus, dia tersenyum kepada pria yang sudah menolongnya.
��Sama-sama," balas sipria itu, dia pun tersenyum kembali kepada Lisa.
Meraka pun akhirnya sampai di lantai tujuh dan mereka sama-sama keluar dari lift. Lisa segara menuju ke kamar yang sudah dipesan oleh Angga untuk tempat mereka bertemu, tetapi dia heran ketika melihat lelaki yang monolongnya tadi ikut bersama menuju kamar yang sama.
"Ada apa?" tanya silelaki itu.
"Apa kau juga mau ke dalam? Siapa yang menyuruhmu kesini?"tanya Lisa kembali
Dia berpikir Angga memesaan kamar hanya untuk mereka berdua, sebab Angga bilang padanya bahwa ada hal yang penting yang ingin di bicarakan, lalu! Kenapa pria itu malah ikut-ikutan masuk kedalam kamar yang sama? Apa Angga berniat mengerjainya?
Lois lelaki yang sudah menjadi pengacara Angga selama lima tahun tersebut pun bisa melihat ke gundahan Lisa, dia memang tidak tau apa hubungan bosnya itu dengan wanita ini, tapi satu yang Lois ketahui, bahwa Angga hanya ingin melakukan pernikahan bohongan dengan gadis ini.
"Maaf, apa anda yang akan menjadi calon istri dari pak Angga?"
"Iya, ada apa? apakah Angga sudah menceritakan semuanya?" kali ini Lisa merasa sangat bangga karena secepat itu Angga menceritakan semuanya.
Lois pun jadi merasa tidak enak, dia melihat gadis yang ada dihadapanya sangat-sangat lugu, berbeda dengan teman kencan Angga selama ini. Lois tau Angga menyukai gadis yang Seksi dan juga mulus, bukan seperti gadis yang ada dihadapanya ini, gadis ini sangat sopan dan masih sangat polos.
Seketika Lois mengingat perkataan Angga, waktu itu ketika Angga pulang dari makan malam dari rumah papanya, Angga menelpon Lois untuk datang kerumahnya. Sesampainya di sana Angga menceritakan semua, dia menceritakan bahwa papanya akan menikahkannya dengan gadis udik, kampungan. Angga sama sekali tidak menyukai gadis itu, tetapi karena papanya mengancam terpaksa Angga melakukanya.
Dan sekarang ketika Lois melihat gadis yang ada dihadapanya, menurutnya Angga sudah salah menilai. Gadis itu sangat cantik menurut Lois, hanya perlu di poles sedikit.
Lisa pun menempelkan kartu yang ada ditanganya.
Ting, pintu yang ada dihadapanya terbuka lebar. Angga sudah duduk santai di dalam dengan meminum entah apa yang tidak Lisa ketahui.
"Apa berkasnya sudah siap?" tanya Angga ke Lois, dia menyuruh Lois untuk membuat dokumen perjanjian untuknya dan Lisa.
"Sudah pak, dan semua sesuai dengan yang bapak minta."
"Bagus serahkan kemari" suruh Angga
Angga pun segera mengeluarkan berkas yang di minta Angga dari tasnya. Berkas-berkas dengan lembaran putih yang tidak Lisa ketahui, di kertas itu juga sudah ada materai, yang Lisa ketahui itu meruapakan surat perjanjian, dia pernah mempelajarinya waktu kuliah.
Setelah Angga menerimanya, dia langsung menanda tanggani bagiaanya, setelah itu dia menyerahkan berkas itu ke tangan Lisa. "Sebelum kamu tanda tangan, lebih baik kamu baca dulu, agar kamu tidak kecewa." Suruh Angga.
Lisa pun mulai membaca kertas putih yang di berikan Angga, di bagian judulnya saja Lisa sudah tau bahwa itu merupakan berkas kontrak perjanjian pernikahan bohongannya dengan Angga, tapi kenapa Angga melakukan ini? Apa karena dia takut di hapus dari daftar warisan?
Lisa memang mendengar kemarin, papa Angga mengancamnya untuk mau menikah dengannya, Angga bahkan menolak kemarin. Tetapi saat itu om Wijaya malah mengancam Angga. Om Willy berkata, jika Angga tidak mau menikah, maka dia akan menghapuskan nama Angga dari daftar warisan.
"Aku tidak mau menandatangi ini, kamu pikir memalsukan pernikahan itu baik." Ucap Lisa
"Hahahah, aku kira kamu tidak bodoh, bagaimana mungkin seseorang seperti aku akan menikahi gadis seperti kamu, jangan mimpi."
"Mau kamu apa sih?" tanya Lisa yang sudah merasa geram, seketika rasa sukanya pada Angga mulai hilang.
"Mau aku kau tanda tangan surat perjanjian itu."
"Kalau aku tidak mau?" Lisa mencoba menantang Angga. "Apa karena harta kamu mau menikahi ku? Jika memang karena itu, maka jangan harap aku mau menikah dengan mu?"
Angga tentu tidak tinggal diam, bagaimana pun caranya dia harus menikah dengan Lisa agar papanya tak menghapus namanya dari daftar warisan, dengan tekad yang kuat Angga memaksa Lisa untuk menanda tangan, Angga mengancam akan melukai papanya jika Lisa tidak mau. Dengan sangat terpaksa Lisa harus menandatangani surat itu dan berkata.
"Kau sangan licik Angga."
Angga hanya menyeriangi licik seraya menyerahkan berkas itu ketangan Lois
-TBC-
Hay.. hay ini novel pertama aku di webnovel, jangan lupa vote, komen di bawah ya. Terimakasih sudah membaca.
— Novo capítulo em breve — Escreva uma avaliação