Rendra sudah pulang terlebih dahulu. Charlos menunggu di parkiran sampai Rissa keluar. Ia sudah mencuci wajahnya di toilet. Bajunya basah dan lengket. Astaga. Ia tidak menyangka Rissa akan semarah itu hingga menyiramnya dengan air jus.
Ia memang pantas mendapatkannya. Selama ini ia tidak berani mengakuinya pada Rissa, tentu saja. Apalagi selama ini tidak pernah ada pembicaraan yang membahas tentang liburannya.
Tapi lumayan juga. Yang tadi itu benar-benar membuat jantungnya syok. Hampir semua orang melihatnya. Lalu di sana ada Sisil. Charlos hanya berasumsi bahwa Rissa mengetahui itu semua dari Sisil.
Bagus. Sisil yang baik hati telah membantunya mengutarakan keberengsekannya. Entah ia harus bersyukur atau marah. Seandainya bisa dihindari, ia tidak mau mengakuinya pada Rissa.