Maya lalu kembali beralih ke nisan bayi surganya itu.
"Udah lama juga ya, Nak. Semestinya sekarang kalau Kakak masih ada, udah dua puluh delapan tahun usianya. Terus, Bunda pasti juga udah punya menantu, dan cucu."
Maya terkekeh sendiri.
Ia biasa bicara begini di depan makam bayinya itu. Rasanya, memang seperti sedang berbicara dengan Mutiara.
"Kakak, apa kabar di sana? Selalu lihat Bunda kan? Bilang sama Allah, buat jaga Bunda, Ayah, dan adek-adek Kakak ya."
Maya masih terfokus ke nisan Mutiara. Ia sama sekali tidak menyadari, bahwa Putra di sebelah kembali merasakan nyeri di kepala.
Ia ingat mimpi yang membangunkan dirinya dari koma.
Mutiara… Mutiara…
Putra memegang kepalanya sambil mendesis. Ini rasanya lebih sakit dari baisa.
"Bang… Kenapa Nak?"
Maya tersadar, saat dari sudut mata, ia lihat Putra menahan tubuh dengan memegangi nisan dibagian kaki kakaknya.
"Nyeri dikit, Bund," jawab Putra tak bisa mengatakan ia baik-baik saja.
"Kita ke rumah sakit."
FARAH...
orang jahat yang juga harus kita beri ganjaran... huahahahahahaha....