Dia tahu, Lika.
Yang mengintip Ray di kantornya adalah dia. Tidak ada masalah lain selain itu jika yang sebenarnya terjadi adalah Lika mengikuti Ray.
Lika duduk di Caffe dekat kampusnya saat Sadewa akan menjemputnya. Tidak ada yang spesial dari ini. Dia terus menghela nafasnya berat merasa jika ini akan semakin sulit untuknya.
Tidak ada masalah lain selain itu dan juga. Bukankah bukan masalah juga jika sebenarnya yang mendapat masalah dan yang menerima masalah adalah orang yang sama.
"Hufft," Lika berhasil mengeluarkan udaranya dari mulut. Tidak ada yang lebih melegakan dari itu, selain itu dan bukan dari itu.
"Bisakah gue menghancurkan orang tanpa mengusik seseorang?" tanya Lika pada dirinya sendiri dengan suara batinnya, dia tidak mengeluarkannya karena dia sangat yakin jika itu akan menyusakan untuk dirinya sendiri.
Dianggap gila maybe?