"Dady selalu membuatku ingin mati tapi sangat sulit, aws," keluh Devan saat dia sedang beristirahat disela-sela jam kerjanya. Salah satu tangannya memegang perutnya karena sangat sakit, dia mengambil satu botol air minumnya dan meminumnya sampai setengah.
"Akhir-akhir ini aku jadi takut mati karena rasa sakit ini," Devan mengambil banyak sekali nafasnya karena tubuhnya mulai lemas sekarang. Pulang sekolah dan langsung bekerja adalah waktu-waktu Devan akan sekarat.
Selain tadi pagi adalah jam olahraganya, dia juga menjadi pecundang karena tubuhnya terus melemah. "Makan semangka ini, dady membelinya dan mengupaskannya untukmu," Derik memberi satu kotak cukup besar potongan Semangka kecil-kecil pada anaknya.
Devan menganggukan kepalanya pelan sekali, tangannya masih memegang perutnya untuk meredakan sedikit sakitnya. "Apa perutmu sakit lagi?" Devan melirik ayahnya sangat sinis.
Devan sedang berada disituasi yang sulit. Dia sedang membantu dadynya menghasilkan uang untuk hidupnya, namun tubuhnya menolak pekerjaan terlalu keras. Anehnya, ada satu teman sekolahnya yang terus-terusan sombong dan menggangunya setiap hari. Entah kenapa, akhir-akhir ini Devan merasakan apa arti hidup yang sebenarnya dan pelampiasan rasa marah itu sendiri.