Baixar aplicativo
21.05% Oh My Gay / Chapter 24: Mengetahui Masa Lalu

Capítulo 24: Mengetahui Masa Lalu

"Apa Earth tidak berbicara yang tidak-tidak saat mabuk? Bagaimana saat dalam perjalanan tadi? Apa ia tidak mengganggumu?"

"Eeeu … itu … tadi ada Cloud yang membantu. Aku berada di mobil sendiri dan Cloud lah yang mengantar Earth, bersama dengan Sky."

"Cloud? Sky?!" tanya Rang, sepertinya ia terkejut mendengar kedua nama itu disebut oleh Moon. "Apa mereka teman satu kampus kalian?" tanya Rang, terlihat cemas.

"Ibu mengenal mereka?" Moon balik bertanya dengan rasa penasarannya.

"Eu … mereka … Sky dan Cloud itu sebenarnya …."

"Tetangga lama."

Moon dan Rang menoleh ke arah Ron yang kini tengah berjalan menghampiri mereka.

"Ron …."

"Cloud dan Sky adalah tetangga lama. Dulu Earth selalu mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari mereka berdua. Orang tuanya saja bahkan tidak dapat menegurnya dengan baik, sehingga kami memilih untuk pergi dan pindah saja. Dengan mengalah seperti itu, kehidupan Earth semakin baik, apalagi setelah ia bertemu denganmu. Kami sangat senang dan bersyukur dengan hadirnya peri cinta untuk Earth," tutur Ron menjelaskannya.

Entah mengapa tiba-tiba saja ada perasaan lega dala diri Moon. Apa yang sejak tadi dipikirkannya, kini telah sirna saat mendengar penjelasan dari Ron.

'Jadi masa lalu dan dendam yang dimaksud adalah ini. Sifat pembuli yang dilimiliki oleh Cloud sudah tertanam sejak kecil,' batin Moon, tidak lagi bertanya-tanya akan hal itu.

"Moon, apa mereka tidak pernah mengganggumu atau mengganggu hubungan kalian?" tanya Rang, ia masih terlihat cemas.

Moon tersenyum dan kemudian menggelengkan kepala.

"Tidak ada hal fatal yang terjadi di antara kami karena mereka, Bu. Aku dan Earth baik-baik saja."

Sementara itu di rumah Cloud, ia baru saja merebahkan adiknya di atas tempat tidur. Dimana kini Sky sudah tidak sadar sama sekali. Ia benar-benar mabuk berat dan membuat Cloud merasa direpotkan.

"Jika tak bisa minum, tidak perlu terlihat hebat!" gerutu Cloud, sembari melepas sepatu yang dipakai oleh Sky.

"Aku merindukanmu, Earth ….," gumoh Sky, membuat Cloud terdiam.

Cloud menarik napas panjang dan segera ia hembuskan dengan suara keras. Ia menggelengkan kepalanya dan kembali melepaskan sepatu Sky. Kemudian Cloud beranjak dan memilih untuk meninggalkan kamar Sky, membiarkan sang adik beristirahat malam ini.

***

Moon melempar tas nya ke atas tempat tidur, disusul dengan tubuhnya yang dibanting tepat di sebelah tas miliknya. Kini Moon menatap langit-langit, layaknya orang yang sedang melamun.

'Kenapa hatiku masih saja resah? Bukankah Ayah Earth sudah menjawab semua dugaanku? Mereka hanyalah pengganggu dan aku juga sudah melihat sendiri kalau Earth sangat membenci mereka berdua, terutama Cloud,' batin Moon, masih saja bertanya-tanya akan hal yang membuat hatinya sejak tadi resah.

Moon beranjak dan kemudian ia duduk di tepi ranjangnya.

'Bukankah Earth tidak membenci Sky?'

***

Moon bersandar pada pilar yang menjulang tinggi di loby gedung utama kampusnya. Ia sedang menunggu Earth yang sudah berjanji akan makan bersamanya siang ini. Moon tersenyum, saat melihat dari kejauhan kalau kekasihnya sedang berjalan menghampirinya. Namun senyum yang terpancar, tiba-tiba mendatar begitu saja.

"Maaf Moon, sudah membuatmu menunggu lama," ujar Earth, meraih pergelangan tangan Moon dan kemudian menggenggamnya.

Moon hanya menarik tipis bibirnya dan tidak menajawab apapun. Matanya melirik pada seseorang yang sejak tadi berada di sisi Earth, siapa lagi kalau bukan Sky.

"Kita makan bersama Sky, ya … Cloud sedang ada kegiatan di luar kampus, jadi aku mengajaknya bersama kita," ujar Earth.

'Entah mengapa … aku lebih senang jika kau dan Sky saling diam seperti sebelumnya. Ah! Apa yang sedang aku pikirkan?! Bukankah ini bagus? Earth tidak lagi membenci Sky,' batinnya menggerutu, pikirannya sangat labil.

"Moon?"

"…."

"Moon, kau baik-baik saja?"

Moon terkesiap, ia menoleh pada Earth dan kemudian tersenyum.

"Aku hanya lelah, banyak sekali tugas yang harus aku selesaikan hari ini," balas Moon mengeluh, ia berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Astaga, Moon … jangan terlalu dipikirkan. Aku akan membantumu jika kau membutuhkan," balas Earth, mengajaknya untuk melangkah bersama menuju ke kantin. "Tugas mata kuliah apa?"

Sementara itu, Sky yang mengikuti mereka dari belakang juga merasa resah. Ada sesuatu yang membuatnya tidak bahagia saat melihat Earth begitu menaruh perhatian kepada kekasihnya.

'Sky … lupakan masa lalu itu!' batinnya seolah memekik untuk tidak lagi merasa kecewa.

Ia tetap melangkah tegap dengan pandangan yang tidak menunduk sama sekali, menguatkan dirinya untuk melihat kedua sejoli yang kini tengah berjalan mesra tepat di depannya.

Setibanya di kantin, Earth memilih untuk duduk bersebelahan dengan Moon dan membiarkan Sky duduk sendiri di hadapannya.

"Kau ingin pesan apa, Moon?" tanya Earth, masih menggenggam tangan sang kekasih.

"Seperti biasa saja, minumnya lemon tea," jawab Moon. Earth sudah paham dengan menu 'seperti biasa' yang disebutkan oleh kekasihnya.

"Bagaimana denganmu, Sky?" tanya Earth.

"Aku akan ikut denganmu memesan makanan. Aku masih belum tahu ingin makan apa," jawabnya, kemudian beranjak dari tempat duduknya.

Earth tersenyum dan ikut beranjak. Mereka pun berlalu bersama, untuk memesan makanan. Sementara itu Moon duduk sendirian sembari memainkan ponselnya, melihat-lihat isi beranda pada media sosialnya.

"Yang benar? Tapi mereka terlihat cocok, bukan?"

Mata Moon masih menatap layar ponselnya. Namun telinganya dipasang untuk mendengar bisikkan seperti sedang ada yang menggunjing dirinya.

"Saat aku melihat mereka latihan syuting juga, merasa kalau keduanya memang sangat cocok. Apalagi Sky sangat manis!"

DEG

'Mereka … membicarakan Earth, aku dan Sky?' batinnya bertanya-tanya, sangat penasaran.

"Tapi kenyataannya dia sudah berpacaran dengan perempuan yang didekati oleh Kak Cloud saat masa orientasi. Jadi kita bisa apa?"

Moon mengepal kuat tangannya dan memilih untuk diam, meredam emosi agar tidak terpancing yang akhirnya akan menimbulkan keributan.

"Moon? Kau kenapa?" tanya Earth, yang baru saja datang dengan dua gelas lemon tea. "Makanannya sebentar lagi akan diantar. Apa ada yang mengganggumu?"

"T—tidak. Aku baik-baik saja."

"Ada apa, Moon? Kau tidak bisa membohongiku, sayang …."

Moon tersenyum, mengusap pelan pelipis Earth dan mencubit gemas bagian pipinya.

"Aku baik-baik saja, kok. Kau tidak perlu khawatir akan hal itu."

Earth melirik pada Sky, yang terlihat canggung bersama mereka.

"Hmmm, lain kali … aku tidak akan bergabung dengan kalian. Sepertinya kalian tidak leluasa untuk bicara jika ada aku di sini," ujar Sky, merasa tidak enak.

"Sky … aku sama sekali tidak keberatan. Aku benar-benar sedang stress memikirkan tugas kuliahku. Aku senang kau ada bersama kami. Aku juga senang … sudah tidak ada lagi permusuhan di antara kalian," terang Moon menuturkannya.

"Moon?"

"Aku tahu, apa yang pernah terjadi di antara kalian, pada masa lalu," ujar Moon tersenyum. "Tanpa aku mencari tahunya, seseorang sudah menceritakan tentang kalian, Earth, Sky …."


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C24
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login