=Ami POV=
Sial.
Aku merasa diperebutkan namun merasa sangat terancam setelah mendengar kalimat panjang bang Arlan.
"Apa itu juga alasan Evin sering menemui Athan?"
"Kamu tahu?" tolehnya, dia agak heran.
"Kurasa aku pernah melihatnya sebelumnya. Aku juga pernah mendnegar suara langkah dua orang di lorong asrama namun sesaat kemudian aku hanya melihat bang Athan," aku sedikit meraba memori dalam otakku.
"Hemm … jiwa mereka sangat berkaitan kuat. Berbeda dengan Netha yang meskipun berasal dari rahim yang sama, dia tidak seperti kedua saudaranya yang berdarah panas …,"
"Itu adalah alasanmu ingin menyelamatkannya, kan?" tanyaku menyela.
"Ehmm, dia baik juga lembut. Selalu menjadi sosok yang melindungi, bukan menyerang."
Kubiarkan bang Arlan terus bercerita, aku hanya mendengarkan sambil terus berjalan. Sesekali kutolehnya. Sedikit berbeda, pria yang biasanya sangat kasar dan kejam, kini mellow dengan banyak curahan hati.