Suara orang-orang bercakap terdengar memenuhi ruang auditorium sekolah di saat semua anak baru di kumpulkan di dalam oleh kepala sekolah mereka. Panggung sekolah masih kosong, memberikan mereka kesempatan untuk berbincang-bincang dengan teman lama serta juga membuat teman yang baru. Lola dan Sofia menceritakan pada teman-teman baru mereka bahwa mereka berdua sudah berteman semenjak mereka masih kecil. Beberapa mendengarkan dan beberapa tidak peduli.
"aku bahkan gak bisa membuat pertemanan yang awet..." gumam Nana di belakang mereka yang berusaha ikut menimbrung
Lola tersenyum pada sahabat nya, begitu juga Sofia yang merasa sangat beruntung mempunyai Lola sebagai sahabat nya. "sahabat sebelum pacar" mereka berkata dengan serempak membuat Nana dan beberapa yang mendengar menginginkan hal yang sama.
Lalu suara seseorang mendapatkan perhatian mereka. Ia mengatakan kalimat itu dengan tenang tetapi bersifat mengejek "aku berani bertaruh kedekatan kalian kayak orang pacaran" ucap seorang perempuan yang sedang memainkan permainan di handphone nya. Sofia dan Lola melihat kearah nya, dia duduk tepat di depan mereka. Mendengar itu, beberapa anak laki-laki menaruh perhatian pada mereka.
"ew!" ucap Sofia, dan Lola yang menganggap hal itu lucu pun tertawa
"siapa nama mu?" tanya Lola pada nya sehingga siswi itu pun menoleh kearah mereka
"aku Ash" jawab nya
Lola terdiam sesaat, seperti dia telah kehilangan kata-kata di saat dia melihat wajah Ash. Sofia yang mengerti tatapan itu pun menegur nya "Lola!" pukul nya di tangan "kamu punya pacar!" ingat kan nya lagi. Lola yang telah tersadar akan tatapan tak pantas yang telah dia lakukan pun menggelengkan kepala nya. Ash tersenyum tipis dan kembali memainkan handphone nya "ada apa dengan mu, dia itu cewek." tegur lagi Sofia pada nya
"cewek yang seksi" Lola mengoreksi sahabatnya
Sofia memutar mata "jika kamu seperti ini, bagaimana kamu bisa menahan nafsu mu di dekat wanita seperti ku?" tanya Sofia yang berharap diri nya tidak kalah seksi dari Ash
Lola mengambil sebuah lollipop dari kantong nya dan berkata "Sof, jika aku suka perempuan, kamu adalah orang terakhir yang aku ingin kan."
"kenapa? aku kurang seksi bagi mu?" tanya Sofia yang merasa tersinggung
"bagaimana dengan ku?" tanya Nana pada Lola "kalau kamu seorang lesbian, aku tipe kamu atau bukan?"
Lola melihat kearah nya, mempelajari penampilan Nana dari atas hingga bawah seakan dia bisa menilai kepribadian Nana dari luar "kamu terlihat seperti perempuan yang akan melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang kamu ingin kan, dan hal itu membuat mu terlihat seperti orang gila..."
Nana masih menunggu jawaban yang dia ingin kan "okay terus?" tanya nya
Lola terlihat bingung dan kesal sehingga membuat Sofia harus menahan tawa nya "kamu menakuti nya" jawab Sofia pada Nana
"mungkin keinginan ku untuk menjadi nomor satu membuat ku terlihat seperti orang gila, tapi kalimat kejam kalian gak akan berpengaruh pada ku. Suatu saat kalian akan bekerja untuk ku." jelas Nana penuh ambisi
"whatever." jawab Sofia sebelum ia tertawa bersama Lola
Desas desus terdengar di saat seorang siswa datang untuk mencari tempat duduk, dan kursi yang masih kosong hanya bisa di temukan di barisan terdepan.
"dia ganteng banget"
"yup, target aku banget."
"manis banget!"
Beberapa siswi berusaha meng klaim siswa tersebut dengan mantra-mantra mereka dan hal itu berhasil mendapatkan perhatian Sofia. Dan ketika Sofia mencari siapa yang sedang mereka bicarakan, dia melihat wajah Atlas yang juga tak lama kemudian pandangan nya tertuju pada Sofia. Sofia hampir tertawa ketika dia tersadar bahwa Atlas yang telah menjadi sumber perhatian mereka. Atlas duduk dan tersenyum pada teman-teman baru di samping nya.
Lola tersenyum pada Sofia "jangan sedih Sof... Mungkin saingan mu akan banyak, tapi aku yakin kamu bisa mendapatkan Atlas"
Sofia menoleh kearah nya dan mendesus dengan sinis nya "Lola, kamu tahu aku gak perlu mengeluarkan usaha besar untuk mendapatkan seseorang seperti Atlas."
Lola menahan tawa nya dan berkata lagi "aku kira dia sudah cukup jelas di saat dia bilang kalau kamu bukan tipe nya"
Sofia memutar mata dan memastikan diri nya tidak cemberut "bodo amat, dia juga bukan tipe ku."
Sofia tahu bahwa diri nya dan Nana tidak lah begitu berbeda, menjadi nomor satu adalah diri nya. Sofia bisa mati jika dia tidak di cintai atau di puja. Hanya saja dia tidak bisa membiarkan orang lain tahu akan kecemasan nya.
Suara microphone yang di ketuk-ketuk terdengar di speaker auditorium di saat kepala sekolah dan beberapa osis telah berdiri di atas panggung. "perhatian..." ucap kepala sekolah dengan lemas nya karena dia tahu butuh usaha yang lebih untuk membuat murid-murid nya terdiam. "SEMUA DIAM!"
Seketika itu juga semua murid terdiam dan menaruh perhatian mereka pada kepala sekolah mereka. Lola yang terkejut akan teguran kepala sekolah nya kini harus kehilangan lollipop nya.
"Lola diem" tegur Sofia pada sahabat nya yang sedang sibuk mencari lollipop di bawah lantai "kamu ngapain?" tanya Sofia yang hawatir jika Lola terkena masalah
"lollipop ku jatuh" jelas nya, masih mencari-cari
"biarkan! Jorok banget si" desis Sofia
Di saat Lola masih mencari lollipop nya, dia malah menemukan sebuah buku jurnal yang cover nya terbuat dari kulit. Lola mengangkat buku itu dan mencari nama pemilik nya di saat kepala sekolah sedang berceramah.
"-maka karena itu, akan ada perubahan yang akan di mulai di angkatan kalian. Untuk memutuskan budaya yang tidak sehat, seperti perkelahian di antara kedua jurusan yang telah di ciptakan oleh angkatan-angkatan sebelum nya, dan juga daftar peringkat tentang siapa yang paling sexy atau cantik. Kalian tahu betapa offensive nya daftar-daftar itu? bagaimana hal itu bisa berdampak pada orang lain? tahun ini akan berbeda, kalian tidak akan menentukan jurusan kalian di tahun pertama." mendengar itu, kebanyakan siswa dan siswi protes kepada nya. Ruang auditorium menjadi sangat gaduh seperti kandang simpanse "SEMUA DIAM!" tegur kepala sekolah lagi, dan ketika semua orang kembali diam, seseorang yang ingin memilih jurusan IPA menyuarakan pendapatnya tentang keputusan ini.
"aku gak setuju! Aku gak akan bisa belajar dengan tenang jika ada bibit-bibit anak IPS di kelas ku!" beberapa murid yang setuju dengan nya juga ikut bersuara
Seorang siswa yang ingin memilih jurusan IPS pun menjawab "mungkin aku ingin memukul wajah kutu buku nya, tapi dia benar. Menggabungkan kita menjadi satu hanya akan membuat kita menjadi bahan tertawaan alumni"
"PISAHKAN IPA DAN IPS!"
"JANGAN NODAI KELAS KU DENGAN ANAK IPS!"
"ANAK IPA JELEK!"
Kata-kata ejekan saling di lontar kan dari kedua jurusan, Lola pun ikut bersuara dengan suara yang begitu kencang sehingga dia tidak tersadar akan keheningan yang telah menghampiri "TURUN KAN HARGA KONDOM!" mendengar itu, semua orang melihat kearah nya dengan tatapan bingung. Sofia harus menutup wajah nya seakan dia tidak mau dirinya di kenal sebagai teman Lola. Lola yang menyesali perkataan nya kini berusaha menjelas kan maksud nya "karena tanpa kondom potensi tertular AIDS akan meningkat... Ehem..." jelas nya dengan suara yang pelan
Kepala sekolah menghelakan nafas nya, setidak nya kini murid-murid nya telah kembali tenang "keputusan ini tidak akan di ubah. Saya sudah merasa cukup menghadapi keonaran yang kakak-kakak kalian lakukan hanya karena perbedaan jurusan. Jadi selamat datang angkatan baru, selamat belajar, selamat berkreasi, dan jangan bikin saya stress." kepala sekolah memberikan microphone nya pada seorang siswa yang memakai almet osis.
Di saat kepala sekolah pergi dari ruang auditorium, dan kakak osis mengambil alih, keributan di mulai lagi. Sofia melihat ada empat kakak osis yang berdiri di atas panggung, berdiri dengan bangga, seakan mereka tahu mereka bisa mengendalikan anak-anak junior. Sofia hanya melihat dua wajah yang familiar, yaitu kak Atlanta dan satu lagi kak Melissa yang sempat memarahi nya tadi pagi. Sedangkan dua osis cowok lain nya masih belum di ketahui nama nya.
"kak, seriusan kak? kita gak bisa milih jurusan?" tanya seorang siswa
Yang memegang microphone tersenyum tipis dan berbicara "kalian hanya akan di pisahkan menjadi tiga kelas, gak ada yang nama nya IPA atau IPS sampai tahun junior kalian berakhir. Penempatan kelas sudah di bagikan dan kalian bisa melihat nya di mading."
Di balik kakak osis yang sedang berbicara, Sofia melihat kak Atlanta yang sedang bercakap-cakap dengan seorang osis laki-laki, mereka berdua terlihat begitu akrab seakan mereka adalah sepasang kekasih. Lalu tak lama kemudian pandangan osis laki-laki itu teralihkan seakan dia bisa merasakan tatapan yang datang dari Sofia. Mendapatkan senyuman yang begitu manis dari kakak osis, Sofia pun terbeku di kursi nya.
"ada apa dengan mu? Kamu terlihat seperti sedang melihat hantu" tanya Lola pada sahabat nya
Sofia mengalihkan pandangan nya dari kakak osis tersebut dan menggagap "g-gak ada apa-apa." sangkal nya
"setelah kalian mencari tahu kelas kalian, kalian di harapkan untuk masuk ke kelas masing-masing dan menunggu kakak-kakak osis yang akan membantu menjalankan MOS kalian."
Semua murid berdiri dari kursi mereka dan mulai berjalan ke pintu keluar auditorium. Lola tersadar dengan buku jurnal yang ia temukan di lantai tetapi ia tidak sempat menanyakan siapa pemilik buku tersebut di saat semua orang sedang sibuk mencari jalan keluar mereka.
-
Sofia dan Lola merasa senang di saat mereka melihat bahwa mereka di tempat kan di kelas yang sama. Bergandengan, mereka masuk ke dalam kelas mereka dengan hati yang riang. Mereka masuk ke dalam kelas sambil menebarkan pesona seperti dua ekor angsa yang sedang berjalan dengan begitu anggun nya. Melihat itu, Ash memutar mata dan menyuarakan pendapat nya.
"liat deh, kita sekelas dengan boneka barbie dan budak nya."
Mendengar itu Sofia berusaha menghampiri Ash tetapi di halang oleh Lola yang sangat tahu apa yang akan Sofia lakukan pada Ash.
Lalu seorang siswa yang tak kalah angkuh nya datang menobrak pintu kelas "BERLUTUTLAH, RAJA NOEL TELAH TIBA" ucap nya dengan bangga seakan kelas itu adalah kerajaan nya. Di saat dia tidak mendapatkan respon apa pun, dia pun protes "aku akan membuat kalian menyesal" ucap nya
Dan di saat itu juga Atlas datang dan tatapan nya langsung bertemu dengan Sofia. Sofia memutar mata nya "harus kah kamu sekelas dengan ku?" tanya nya
Atlas tersenyum dan melewati nya "gak heran kalau kamu merasa terintimidasi dengan keberadaan ku" Atlas bergumam, memastikan Sofia dapat mendengar nya.
Merasa terhina, Sofia mengadu pada Lola dengan tatapan memelas nya. "jangan nangis" ucap Lola "kamu akan menghancurkan make up mu..." menghawatirkan mascara nya, Sofia buru-buru mengeringkan air mata dari pipi nya
"okay class, semua nya duduk." Atlanta dan juga osis laki-laki yang tadi sedang berbicara dengan nya datang ke dalam kelas mereka. Lola menarik Sofia untuk duduk bersama nya, tepat berada di depan Atlas dan Ash. Sofia memastikan Atlas dapat menyaksikan tatapan kejam yang ia berikan pada nya dan hal itu hanya membuat Atlas tersenyum terhibur. "saya dan kak Nathan akan menjadi mentor kalian hari ini." Sofia dan beberapa wanita lain nya melihat kearah Nathan dengan penuh malu. Nathan hanya tersenyum, membiarkan Atlanta yang mengambil alih tugas mereka. "ada yang tahu apa yang akan kalian lakukan hari ini?" Nana mengangkat tangan nya, meminta izin untuk di berikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan nya tetapi Atlanta memilih untuk menjawab diri nya sendiri "hari ini kalian akan memainkan sebuah permainan. Mata kalian akan di tutup dengan dasi kalian, siapa pun yang kalian sentuh, kalian harus berkenalan dengan mereka dengan mata tertutup."
Seorang siswi mengangkat tangan nya dan bertanya "bagaimana jika kita ada yang salah menyentuh bagian tubuh yang gak seharus nya kita sentuh?"
Beberapa anak laki-laki menyengir menyukai apa yang mereka bayangkan di dalam kepala mereka. Lalu kak Nathan pun berbicara "yang berani macam-macam, akan saya hukum." entah bagaimana perkataan itu berhasil membuat murid-murid perempuan merasa nyaman.
Mereka semua berdiri dan menyingkirkan meja mereka ke pinggir kelas sehingga mereka mendapatkan ruangan untuk melakukan kegiatan mereka. Sofia sedang membantu Lola menutupi mata nya di saat dia melihat Atlanta menawarkan bantuan pada Atlas untuk mengikat kan dasi di kepala nya. Atlas tersenyum dan berterima kasih pada nya sebelum dia membiarkan Atlanta mengikat kan dasi nya di kepala nya.
Tapi sebelum Atlanta dapat melakukan nya, Sofia menghampiri Atlanta dengan kedua tangan nya yang terlipat "apa cuman Atlas yang di bantu?" tanya nya
Atlanta tersenyum dan mengambil dasi Sofia sebelum ia membantu Sofia dengan dasi nya "kamu yang tadi pagi bikin keributan di lapangan?"
"yup" jawab Atlas sambil memandang wajah Sofia dengan tatapan yang menghakimi "aku gak tau kenapa tapi aku merasa harus menjauh dari nya" ucap nya lagi, sama sekali tidak peduli jika perkataan nya dapat mengesalkan Sofia
Sofia yang mata nya telah tertutupi oleh dasi nya, masih bisa menghentakan kaki nya di atas kaki Atlas sehingga Atlas mengeluh kesakitan. Ketika semua telah tertutup mata nya, mereka mulai berjalan di tengah-tengah kelas sambil mencari teman untuk berkenalan.
Ash tertawa di saat dia berkali-kali bertabrakan dengan orang "aku merasa seperti zombie yang sedang mencari otak untuk di makan" ucap nya dengan tangan yang terlentang ke depan
Noel tersenyum dan menjawab nya "otak anak IPA kayak nya enak"
Atlanta dan Nathan tertawa menyaksikan tingkah mereka. Atlas berkenalan dengan seorang siswa bernama Markus, Nana tersandung dan terjatuh ke lantai, Lola bertemu dengan Noel dan mulai berkenalan. Sedangkan Sofia masih mencari-cari dengan harapan tidak di pertemukan dengan Atlas.
Dengan malas nya, Sofia menyeret kaki nya di atas lantai sambil menjaga kedua payudara nya supaya tidak tersentuh oleh tangan orang lain. Lalu tak lama kemudian diri nya pun terhentikan oleh tangan Atlas yang berlandas di atas bahu nya. Mereka tidak menyadari akan keberadaan satu sama lain dan entah bagaimana ketika Sofia menyebut namanya, Atlas tidak ingin membuat nya pergi sehingga ia pun mengubah suara nya
Sofia bertanya "hey... Nama ku Sofia, dan kamu?"
"ehem..." Atlas membersihkan tenggorokan nya dan mencoba menenangkan diri "aku Markus"
Sofia mengangguk, menunggu 'Markus' untuk lanjut berbicara "okay...? katakan sesuatu tentang mu Markus" dukung nya
Atlas tersenyum malu "apa yang mau kamu ketahui tentang ku?"
"katakan apa yang kamu suka"
"aku..." Atlas ingin mengatakan bahwa dia suka belajar, tapi dia tidak mau membosankan Sofia, dan Atlas pun menjadi bingung dan gugup sehingga yang keluar dari mulut nya adalah "aku suka meluk pohon" mendengar apa yang diri nya telah katakan, Atlas menunduk malu dan merasa kecewa akan diri nya sendiri tetapi hal itu berhasil membuat Sofia tertawa. Atlas tersenyum ketika ia mendengar tawa itu.
"kenapa pohon?" tanya Sofia yang kini mulai merasa tertarik dengan pembicaraan mereka
Atlas mengangkat kedua bahu nya, meskipun Sofia tidak dapat melihat nya "mereka terlihat kesepian..." jawab nya.
Sofia tersenyum lagi "boleh kah aku menyentuh wajah mu?" tanya nya
Atlas mengangguk "okay..." jawab Atlas dengan tangan nya yang masih berada di bahu Sofia
Sofia mengangkat tangan nya dan menyentuh lengan Atlas. Tetapi dengan tangan Atlas di sana, tangan Sofia tidak sampai ke wajah Atlas. Sofia tersenyum "kamu harus mendekat Markus"
"mendekat?" tanya Atlas
"Iya..." ucap Sofia lagi
Atlas menurunkan tangan nya dari bahu Sofia dan ia pun melangkah ke depan, mendekati Sofia "segini?" tanya Atlas dengan suara yang pelan
Sofia tahu 'Markus' sudah melakukan apa yang dia minta karena ia dapat mencium parfum pria di dekat nya. Dan ketika tangan Sofia bersandar di dada Atlas, ketika ia menjalarkan tangan nya ke atas ke arah leher Atlas, Atlas hanya bisa berharap Sofia tidak dapat merasakan detak jantung yang kini semakin cepat akan sentuhan nya. Sofia tersenyum dan mulai memainkan wajah Atlas yang ia kira milik Markus. "kamu keberatan kalau aku melakukan ini kan?" tanya Sofia sambil mencubit kedua pipi Atlas
Atlas tersenyum dan menahan tawa nya "bisakah kamu berhenti? wajah ku terlalu berharga untuk di sentuh-sentuh dengan orang yang gak aku kenal"
Mendengar penolakan yang datang dari nya, Sofia pun melakukan improvisasi "bagaimana dengan ini" tanya nya sambil mengacak-acak rambut Atlas sehingga tanpa di sengaja, Sofia telah membuka penutup mata Atlas.
Atlas menghentikan diri nya ketika ia melihat senyuman Sofia. Lalu tanpa ia sadari, dia juga ikut tersenyum seakan senyuman Sofia menular pada nya. Atlas menghentikan tangan Sofia, dan walaupun kini jantung Atlas berdetak begitu kencang nya, kedua tangan Atlas masih mampu menahan tangan Sofia di dekat nya. Dan tak hanya Atlas, Sofia pun merasakan ketegangan di antara mereka berdua.
Sofia menarik tangan nya dari tangan Atlas "harus kah kita berpencar dan mulai berkenalan dengan orang lain?" tanya Sofia
"aku masih ingin mengenal mu" ucap Atlas
Sofia tersenyum karena ia masih percaya bahwa dasi 'Markus' masih menutupi mata nya "yaudah kalau kamu maksa sih..." ucap nya seakan hanya 'Markus' yang berharap.
Atlas memutar mata nya dengan senyuman yang masih terukir di wajah nya "jadi katakan pada ku, Sofia. Pernah kah kamu menyakiti perasaan seseorang?"
Sofia memiringkan kepala nya dan bertanya kembali "seperti apa?"
Atlas menunduk dan berkata "entah lah... Mungkin seperti menuntun seseorang untuk menyukai mu lalu meninggalkan mereka begitu saja?"
Sofia tersenyum tipis "jika aku menyukai seseorang, percaya lah aku akan mengejar nya hingga orang itu menjadi milik ku. Tapi jika tidak, aku bahkan tidak akan capek-capek berbicara dengan nya. Jadi buat apa aku memberikan harapan palsu?"
Atlas tersenyum "okay... Aku bisa menerima jawaban itu" Atlas melihat Markus yang sedang mencari teman baru untuk berkenalan, dan ketika tangan Markus hampir menyentuh tubuh Sofia, Atlas memutar tubuh Markus dan mengarahkan Markus ke orang lain
Sama sekali tidak tahu dengan apa yang sedang Atlas lakukan, Sofia berkata-kata seakan Atlas masih berada di hadapan nya "kamu terdengar begitu menarik di banding Atlas..." ucap nya penuh rasa damba pada 'Markus'. Atlas yang masih sibuk menjauh kan siswa-siswa yang berusaha mendekati Sofia pun kembali ke hadapan Sofia untuk menjawab nya
"oh ya? Kamu gak menyukai nya?" tanya nya, berusaha tidak terdengar ngos-ngosan.
Sofia membuat ekspresi jijik "ew... Cowok yang berfikir dirinya lebih pintar adalah hal terakhir yang ku inginkan. Okay, aku akui dia manis dan sebagai nya... Hanya saja dia terlalu angkuh. Ngerti gak?"
"Iya ngerti kok" jawab Atlas sambil mendorong orang lain dari area mereka "manis tapi angkuh"
"okay usai sudah, kalian bisa membuka dasi kalian!" Atlanta mengumumkan
Mendengar itu, Atlas menjadi panik dan pergi dari hadapan Sofia sebelum dia bisa melihat nya. Sofia tersenyum dan membuka dasi nya "senang berkenalan dengan mu-" Sofia merasa bingung ketika ia tersadar bahwa di hadapan nya hanyalah tembok kosong tanpa Markus di hadapan nya. "meja nya di rapikan lagi ya, kita akan melakukan kegiatan lain nya di luar kelas"
Menyerahkan tugas merapikan meja pada teman-teman nya, Sofia menghampiri Lola dan berbisik "yang nama nya Markus yang mana ya?"
Lola menunjuk kearah Markus lalu berteriak "Markus! Di cariin Sofia!"
Merasa malu dengan kesalahpahaman sahabat nya, Sofia menggerutu pada nya "aku cuman nanya Lola."
Menyadari kesalahan nya, Lola tersenyum. Berharap Sofia dapat memaafkan nya. Lalu Markus pun menghampiri mereka dengan muka bingung nya "Iya?"
Rasa gugup yang Sofia rasakan mengalihkan diri nya dari suara Markus yang seharus nya terdengar beda di telinga nya. Atlas yang menyaksikan semua itu pun kini harus memisahkan mereka "sorry" ucap nya sambil berjalan di antara mereka sambil mengangkat-angkat kursi
Lalu sebelum Sofia bisa berbicara, Atlas berjalan di antara mereka lagi sehingga sisi gelap Sofia keluar dari diri nya "ini ngapain sih lewat-lewat mulu?!"
Atlas membalas tatapan sinis nya "orang lagi kerja jangan pacaran!"
Markus yang merasa canggung pun berusaha memperbaiki situasi "tenang tenang... kita gak pacaran..."
Sofia melipat tangan dan memberikan tatapan galak nya pada Atlas "bawa kursi mu, dan pergi dari sini."
Menyembunyikan kesedihan nya, Atlas tidak mau mundur tanpa perjuangan. Atlas berbicara pada Markus "lebih baik kamu jauhi Sofia. Kita semua tahu berurusan dengan anak IPS seperti nya hanya akan menahan mu dari kesuksesan mu"
Mendengar itu, Sofia merasa seperti telah di rendahkan. Dan yang membuat itu menyakitkan bagi nya yaitu karena jauh di dalam diri nya, Sofia percaya bahwa diri nya hanya lah pembuat masalah bagi kehidupan seseorang.
Sofia pergi dari hadapan mereka dan menangis pada sahabat nya. Melihat itu, Atlas langsung menyesali perkataan nya. Markus menghelakan nafas nya dan menegur Atlas "mungkin kita sepikiran tentang anak IPS, tapi menyakiti perasaan seorang gadis bukan lah aku, Atlas. Mungkin kamu yang harus menjauhi nya." ucap Markus sebelum ia pergi dari hadapan Atlas untuk melihat keadaan Sofia.