Baixar aplicativo
18.68% PORTAL: terhubungnya dua dunia yang berbeda / Chapter 34: Chapter 33 - Mereka Kembali, Musuh! (Bagian 2)

Capítulo 34: Chapter 33 - Mereka Kembali, Musuh! (Bagian 2)

Tembok dibelakangnya bergeser dan memunculkan sebuah pintu "Masuklah, Kita akan mulai pembicaraannya di dalam," Ucap Theresa menyuruh Teo untuk masuk kedalam ruangan itu.

Meski pada awalnya ia curiga dengan itu, tapi Teo menurutinya dan masuk kedalam ruangan itu, lalu di ikuti oleh Theresa. Di dalam ruangan itu, tidak ada yang istimewa hanya sebuah ruang biasa seperti ruangan seorang kepala sekolah "Jadi kenapa Kau memanggilku?"

"Ya duduklah dulu, mau teh atau kopi?" Tawar Theresa sambil mendekati salah satu lemari.

"Eh? Di dunia ini ada kopi?" Tanya Teo karena selama di dunia ini hanya di suguhi teh, karena itu juga ia sedikit terkejut dengan adanya kopi di dunia ini.

"Ahahaha, tentu saja ada. Tapi di Lumenia hanya sedikit saja yang menyukai kopi, karena itu juga hanya sedikit petani yang membudidayakan kopi," Jelas Theresa alasan kenapa Teo tidak pernah ditawari kopi.

"Begitu ya, kalau begitu kopi," Ucap Teo yang terlihat kecurigaanya langsung menghilang.

"Hee begituya, jadi Kau sangat suka kopi ya. Akan ku ingat," Ucap Theresa menggoda Teo.

"Apa-apaan itu? Daripada itu, bisakah Kau katakan saja apa yang Kau inginkan? Asal Kau tau, Aku sungguh tidak ingin terkena masalah lagi. Kau juga tau kan kalau Aku juga memiliki masalahku sendiri," Ucap Teo yang sepertinya sudah menolak apa yang akan Theresa ingin katakan kepadanya.

"Begitu ya, tapi sayang sekali, Teo. Apa yang ingin Aku katakan kepadamu adalah apa yang sudah Kau mulai sebelumnya, ya ini kopinya, hati-hati masih panas," Ucap Theresa sambil tersenyum tipis dan menaruh kopinya diatas meja.

"Apa maksudmu? Aku tidak melakukan apapun," Ucap Teo, ia pun mengambil cangkir berisi kopi itu dan meniupnya perlahan.

"Kau ingat ketika pertama kali ke sekolah ini? Malam itu Kau melihat orang yang mencurigakan kan?" Tanya Theresa.

"Ya, lalu?"

"Orang itu merusak pelindung sihir dari dalam sekolah," Ucap Theresa yang membuat Teo berhenti untuk sesaat saat ingin meminumnya "Dan yang hanya bisa melakukan itu hanyalah para guru disini–."

"Woah! Apa-apaan ini, aku belum pernah merasakan kopi yang seperti ini!" Ucap Teo setelah meminum kopi itu.

"Kau benar-benar menyukai kopi ya," Ucap Theresa terdengar tidak percaya melihat reaksi Teo itu.

"Jadi? Aku sama sekali tidak melihat sosok siapa itu, saat itu gelap sekali, jadi Aku tidak tahu siapa dia," Ucap Teo kembali ke topik pembahasan mereka.

"Ya Aku mengerti, Aku juga tidak berniat memintamu untuk mengingat siapa orang mencurigakan itu. Tapi berkatmu Aku jadi tahu siapa saja yang harus Aku curigai," Ucap Theresa.

"Kalau begitu kenapa?"

Theresa terdiam sesat lalu ia menghela nafasnya soalah ia sedang sekarat "Firasat ku buruk sekali, sepertinya dunia ini akan berperang sekali lagi. Menyebalkan sekali," Ucapnya sambil meregangkan lengannya.

"Hah? Apa maksudmu?" Tanya Teo sedikit terkejut dengan ucapannya.

"Tidak ada, Aku hanya asal bicara saja, jangan dipikirkan ahahaha," Ucap Theresa lalu tertawa, sementara Teo menjadi terlihat kesal dengan ucapannya itu.

"Entah kenapa Aku merasa ucapanmu itu bukan asal bicara," Ucap Teo lalu meminum kopinya.

Theresa tertawa kecil mendengar ucapan Teo. Setelah tawanya itu berakhir, sorot matanya terlihat serius dan Teo yang menyadari itu hanya memalingkan wajahnya setelah meminum kopinya "Kau tau, ada rumor–. Ah, tidak, akan aneh kalau kubilang kenyataan itu hanyalah rumor," Ucapan Theresa membuat Teo merasakan perasaan yang tidak enak, ia pun langsung berdiri "Hey–."

"Sudah kubilang Aku tidak mau terlibat masalah lagi!" Ucap Teo dengan tegas.

"Kau sudah berhubungan dengan dunia ini, mau kau kabur atau bersembunyi pun kau akan selalu terkena masalah di dunia," Ucap Theresa terdengar begitu serius "Ditambah ini akan berkaitan dengan pekerjaanmu di dunia ini," Ucapan Theresa itu membuat Teo mengunrungkan niatnya untuk pergi dari tempat itu dan ia pun duduk kembali. Theresa menghela nafasnya dan kembali berbicara "Aku mendapat informasi kalau organisasi gelap akan melakukan serangan besar-besaran, tujuan mereka masih sama yaitu menyerang para bangsawan di kerajaan ini. Informasi ini masih belum pasti apakah benar atau tidak, masih–."

"Tunggu sebentar!" Ucap Teo memotong ucapannya "Bukannya markas mereka sudah dihancurkan oleh William?" Tanyanya karena terkejut.

"Hey, markas mereka bukan hanya di satu tempat loh," Theresa pun mengambil cangkir kopi milik Teo yang ternyata sudah habis "Karena itu, Aku ada permintaan untukmu," Ucap Theresa sambil tersenyum lalu berjalan menuju lemari dan membuat kopi untuk Teo lagi.

"Permintaan? Ah sudah–."

"Tenang saja, walau Aku bilang ini permintaan, tetapi ini sudah jadi tugasmu sih," Theresa selesai membuat kopi lalu menaruhnya di meja di depan Teo "Aku memintanu, jagalah Cattalina dan Celica. Dengan kemampuan bertarungmu dan senjatamu itu, Aku percaya kalau Kau bisa melindungi mereka berdua," Ucapannya terdengar serius, itu membuat Teo sedikit terkejut karena belum pernah mendengarnya se-serius itu ketika berbicara.

"Kenapa tiba-tiba Kau berbicara begitu?" Tanya teo.

Theresa terdiam untuk beberapa saat setelah mendengar pertanyaanya "Bodoh, memang apa salahnya kalau seorang guru mengkhawatirkan muridnya?" Ucapnya dengan santai sambil tersenyum kepadanya.

"Lalu? Apa hanya itu yang ingin Kau bicarakan?" Tanya Teo dengan nada sinis lalu meminum kopinya.

"Tadinya Aku ingin melibatkanmu dengan urusan sekolah ini sih, tapi Aku merasa kasihan denganmu sih jadi Aku tidak memintanya," Theresa pun berdiri lalu mendekati Teo dan ia pun duduk disamping Teo "Aku akan memberi satu hal yang sangat penting untukmu, tetapi," Theresa semakin menempel dengan Teo dan itu membuat Teo sangat risih.

Teo mencoba untuk menjauh darinya akan tetapi tangannya di pegang begitu erat oleh Theresa, Teo terus berusaha untuk melepaskannya namun hal yang ia lakukan itu sia-sia "A-Apa yang Kau lakukan!?"

"Fufu~ Aku akan memberitahumu, tetapi ada yang harus Kau lakukan, bagaimana?" Tawaran itu membuat Teo merinding luar biasa.

Thersa semakin menempel dengannya dan membuat Teo berbaring di kursi panjang itu, Theresa terus mendekatinya sampai ia berada diatas Teo "Fufufu~ Imut nya," Ucap Theresa tepat ditelinga Teo "Hey, Bagaimana kalau kita bermain sebentar? Kalau Kau menuruti ku, Aku akan memberikan informasi yang berharga ini, bagaimana?" Nafas Teo mulai tidak beraturan, ia seperti sedang berlari maraton dengan jarak yang tidak terhitung berapa jauhnya itu.

"A-A-Ap … Apa Kau gila!? Hentikan!" Ucap Teo dengan suara yang keras sambil terus melepaskan genggaman tangan Theresa yang terus menggenggam tangannya dengan erat.

"Kau yakin? Ini tentang sihir kuno, portal," Mendengar itu tepat ditelingannya, seketika Teo berhenti meronta dan melirik kearah wajah Theresa yang sudah ada tepat disamping matanya "Fufufu~, itu informasi yang berguna kan? Karena itu berhentilah meronta …," Bisiknya lalu terus mendekatkan wajahnya ke leher Teo "Lalu … Biarkan Aku," Teo dapat mendengar dengan jelas dan merasakan hembusan nafas Theresa dan Nafas Teo semakin tidak beraturan, detak jantungnya juga berdegup dengan cepat.

"Aaaaa …."

*Gyut!*

"AAAAAAAAAAAAAAAAH!" Teriakan panjang Teo itu terdengar sampai keluar ruangan dan membuat para guru menjadi tidak fokus dan membayangkan hal yang aneh.

"Ahahahahaha! Maafkan Aku! Maafkan Aku! Ahahahahahaha!" Ucap Theresa terlihat begitu puas mengerjai Teo dan kondisi Teo, ia mematung dan tatapannya terlihat bagaikan ikan mati.

Bagi Teo, apa yang ia alami tadi adalah pengalaman terburuknya ketika berhadapan dengan seorang wanita dan mungkin, ia akan trauma ketika di dekati Teo. Lalu sekarang, ia membelakangi Theresa dengan tubuhnya yang masih berbaring di kursi panjang itu "A-A-Aku sudah tidak suci," Ucap Teo.

"Apa-apaan itu? Memangnya Kau itu perempuan?" Meski pertanyaan Theresa terdengar meledeknya, tapi itu tidak membuat Teo bergerak sama sekali "Maafkan Aku, ya. Lagipula gigitan ku tidak sakit kan?" Pertanyaan itu bukanlah pertanyaan yang tepat dengan apa yang Teo rasakan, meski begitu itu membuatnya bangun.

"Haaah … Mengerikan, aku merasa umurku berkurang 10 tahun," Ucap Teo lalu mengusap leher yang di gigit Theresa, dan itu membekas.

"Tunggu! Itu berlebihan!" Ucap Theresa sedikit keras meski begitu ia juga terlihat masih menahan tawanya "Ya biarlah, karena Kau sudah membiarkanku untuk bermain, Aku akan memberimu informasi itu," Ucapnya lagi dengan wajah yang terlihat bahagia. Theresa terdiam sesaat sambil terus melihat kearah Teo yang masih terus memegangi lehernya "Aku mempunyai kenalan, dia ahli dalam sihir kuno dan dia bilang dia bisa menggunakan sihir portal itu," Ucapannya membuat Teo terkejut.

"Ka-Kalau begitu … Itu berarti …,"

"Dia bilang … Dia bisa memulangkanmu kembali ke duniamu, Teo," Informasi yang singkat itu sangat berarti untuk Teo, bahkan Teo sampai menunjukan senyum yang belum pernah ia tunjukkan dan itu membuat Theresa sedikit terkejut melihatnya. Theresa pun ikut tersenyum "Sepertinya Kau benar-benar bahagia ya," Mendengar itu, Teo langsung berusaha untuk menutupi ekspresinya dan mencoba untuk tenang "Ya itu lebih baik. Tapi Teo, untuk saat ini dia tidak bisa di temui. Karena masalah yang sebelumnya Aku katakan," Ucap Theresa lalu berjalan menuju pintu "Bersiaplah untuk itu, Teo. Karena percuma saja kalau Kau mati kan?" Ucapan dengan nada bercanda itu terdengar serius, karena ucapannya itu, Teo jadi menanggapi itu dengan serius.

Teo pun beridiri dan mendekatinya yang ingin membuka pintu. Ketika Theresa membuka pintunya, para guru menoleh kearah mereka dan wajah mereka sedikit merona "Hey, Kalian tidak menguping kan?" Pertanyaan itu membuat para guru langsung terfokus dengan pekerjaan mereka, lagi "Jadi ingatlah apa yang Aku katakan hari ini, oke? Baiklah, Kau pasti kelelahan karena tadi kan, apalagi tadi Kau menjerit,"

"Itu kan salahmu karena tiba-tiba menggigit," Ucapan Teo membuat para guru semakin merona dan mereka tidak dapat menyembunyikan ekspresi wajah mereka yang terlihat menahan malu.

"Aku sudah minta maafkan? Ya karena Kau pasti lelah, Aku akan menteleportasi mu ke lantai pertama, oke?" Theresa pun memegang pundaknya, tiba-tiba ia mendekati telinganya "Lain kali, bermain lagi dengan ku, ya. Tapi, lebih lama, ya,"

"Apa yang Kau bicarakan, bodoh!" Bentakan Teo itu menarik perhatian seluruh para guru, mereka terlihat begitu terkejut dan ketakutan.

"D-Dia baru saja menyebut Nona Theresa bodoh,"

"Y-Ya Saya juga mendengarnya,"

Teo menyadari apa yang barusan ia katakan adalah kesalahan fatal, karena ia baru ingat kalau sosok Theresa terlihat seperti sosok yang sangat dihormati di sekolah ini, dan baru saja, dia menyebut sosok itu bodoh "Ma-Maaf," Ucap Teo sambil memalingkan wajahnya dan Theresa menahan tawanya, ia terlihat ingin tertawa sangat keras namun ia menahannya dan itu membuat Teo semkain jengkelnya.

"Baiklah, baiklah. Teleport!" Theresa pun melakukan teleport pada Teo, kembali ke lantai pertama.

Ia teleport ke lantai pertama dan dia langsung menjadi pusat perhatian para murid yang ada disana, lagi. Ketika ia di tatapi oleh para murid, seeseorang tiba-tiba memanggilnya "Tu-Tuan?" Yang memanggilnya itu adalah gadis yang kemarin berterima kasih kepadanya sambil berlutut

"Oh Kamu," Gadis itu mendekati Teo "Bagaimaa keadaanmu?" Tanya Teo kepadanya.

"U-Um. Apa yang Anda lakukan disini?" Tanya gadis itu.

"Ah, Aku habis dari ruang guru, lalu di teleport oleh Theresa kemari, ahaha," Ucap Teo dengan suara yang terdengar sedang bergurau, meskipun gadis itu masih terlihat canggung dengannya "Kalau begitu Aku akan kembali ke belakang, sampai jumpa … Umm," Teo kesulitan memanggilnya karena tidak tahu namanya.

"Na-Namaku Elise," Ucap Gadis itu.

"Begitu, Namaku Teo. Kalau begitu Aku akan kembali, sampai nanti Elise," Ucap Teo sambil membungkuk, lalu ia pun pergi menuju belakang sekolah.

Elise terlihat masih ingin berbicara dengannya, namun ia menahan diri dan hanya menatap Teo yang berjalan menjauh darinya "Elise! Sedang apa Kamu?" Tanya seorang gadis dan ia berlari mendekati Elise.

"Ah tidak … Itu," Gadis itu menyadari apa yang Elise lihat sedari tadi.

Gadis itu tersenyum jahil "Begitu ya," Ucap Gadis itu lalu mencubit pipi Elise dari belakang "Jadi tipe mu itu begitu ya?"

"A-Apwa? Ti-Tidak! Buwkwan begitu! Sakit!" Ucap Elise sambil mencoba untuk melepaskan cubitan temannya itu.

Lalu ia pun dibawa dengan paksa kembali ke kelas mereka, dengan pipi Elise yang masih di cubit oleh temannya "Aku bilang, sakiiit!"

To be continue


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C34
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login