Baixar aplicativo
9.89% PORTAL: terhubungnya dua dunia yang berbeda / Chapter 18: Chapter 17

Capítulo 18: Chapter 17

"Kakak!?" mereka berdua terkejut mendengar perkataan itu yang rupanya berasal dari Kakak mereka, William.

Ia tersenyum dan berjalan mendekati Teo yang sedang beristirahat "Bagaimana keadaanya?"

"Teo baik-baik saja. Teo sempat sadar, tapi sepertinya dia tidur lagi. Yah, memang hanya itu yang dia perlukan sekarang…." ucapan Cattalina tiba-tiba menjadi pelan lalu terus menatap kakaknya itu dengan penuh curiga.

"Ada apa?" tanya William. Cattalina berjalan mendekati William sambil terus menatapi wajahnya, semakin dekat, ia terus menatapi wajahnya "K-Kenapa?"

Cattalina tidak langsung menjawabnya, ia terdiam sesaat lalu memejamkan matanya dan berkata "Jangan lakukan ini lagi. Jika anda ingin mengunjungi keluarga Anda, bawalah tubuh anda, Jenderal." lalu menjaga jarak dengan William.

William hanya tersenyum dengan malu menanggapi perkataan Adiknya itu "Maaf, aku hanya ingin mencari informasi yang kurang lengkap saja, setelah ini aku akan pergi." ucapnya yang sedikit merasa bersalah.

"Eh? Apa maksud Kakak?" tanya Celica setelah melihat Kakak perempuannya terlihat marah kepada Kakak laki-lakinya. Cattalina tidak menjawab, ia hanya memalingkan wajahnya dari William "Ada apa sih?" tanya Celica lagi yang sepertinya mulai khawatir dengan mereka. Lalu pandangannya pun teralih kepada William yang hanya tersenyum sedari tadi. Menyadari tatapannya itu, William langsung menjentikan jarinya untuk menjawab pertanyaanya itu. Saat menjentikan jarinya, William tiba-tiba menghilang dan hanya menyisakan debu abu yang perlahan juga menghilang.

"Eh!? Itu…" lalu tak lama William muncul kembali dari abu yang terkumpul dan membentuk wujudnya "Pantas Kak Cattalina marah..." ucap Celica yang sudah mengerti penyebab Cattalina marah.

"Maaf ya, kalian tahu sendiri bagaimana kondisi sekarang. Jadi Kakak tidak bisa meninggalkan istana, jadi maaf ya." mendengarnya, Cattalina hanya menghela nafasnya.

Setelah itu, ia pun mengembalikan topik utama yang awalnya di bawa oleh Kakaknya "Lalu, apa itu sihir regenerasi? Aku tidak pernah mendengar sihir itu." tanyanya lalu melirik Kakaknya

"Yah, wajar saja itu sihir yang tidak kamu tahu. Sihir regenerasi adalah sihir paling kuno dan juga terlarang."

"Terlarang?"

William mengangguk pelan, lalu ia pun mengambil pedang sihir Teo "Ah ternyata benar, ini sihir regenerasi." ucapnya pelan setelah melihat rune yang masih belum berubah seperti semula "Sihir itu dilarang digunakan, karena efek balik yang didapatkan pengguna bisa sangat fatal, walaupun kemungkinannya kecil."

"Fatal? Seperti apa?" tanya Celica.

William tersenyum tipis lalu berkata "Mereka yang menggunakan sihir itu bisa saja mengalami kelumpuhan dan paling parahnya ada bagian tubuh yang gagal di regenerasi." ucapannya membuat mereka terjekejut dan langsung menoleh kepada Teo "Tapi itu kemungkinan terburuknya, melihat kondisi Teo sekarang, dia hanya kehabisan tenaga, kemungkinan itu juga dampak ringan dari sihirnya."

Setelah mendengarnya, kedua putri Blouse itu terlihat khawatir dengan pengawal mereka "Begitu ya, jadi efeknya sampai seperti itu." ucap Cattalina.

"Terlebih lagi perlu sihir yang sangat banyak energi sihir untuk memakai sihir itu. Karena itu juga sihir ini dilarang dan lebih 'ditiadakan', lalu ada beberapa larangan lainnya seperti menentang Dewa atau apapun itu. Yah, karena itu sihir regenerasi tidak pernah digunakan lagi." penjelasannya membuat mereka semakin murung "A-Ah! Tapi, kalau melihat kondisi Teo…" William terdiam sesaat, ia terlihat ragu ketika ingin melanjutkan perkataanya itu.

"Ada apa?" tanya Celica.

William tersenyum lalu menoleh ke arah Teo "Entah keajaiban atau memang dampak kepadanya itu kecil, tapi… Yah dia baik-baik saja, seperti yang kamu katakan, Cattalina." ucap William lalu ia pun menaruh pedang itu di atas meja, ia pun memberi sedikit hentakan energi sihir dan rune pada pedang itu pun berubah seperti semula

Ia mengingat kembali saat pertarungan Teo dengan boneka-boneka sihir itu. Saat itu 'Abu' miliknya sudah berada disana mengawasi pertarungan Teo, mengingat Teo habis-habisan menggunakan pedang sihir menggunakan stamina, rasanya tidak mungkin jika Teo akan baik-baik saja.

"Lalu, kenapa kamu terlihat seperti mengetahui sihir itu, Celica?"

"Eh? Aku tidak mengetahui apapun tentang sihir itu, hanya saja…" ucapan Celica terhenti sesaat, ia memalingkan wajahnya dari Kakaknya dan kembali berkata "Hanya saja, aku bisa merasakan ada sihir kuno yang begitu kuat di dalamnya, sejenis seperti sihir penyembuh, tapi lebih kuat lagi dan saat aku tau sihir itu bangkit, aku sudah bilang soal ini kan? Saat itu aku benar-benar tidak tahu, aku pikir itu hanya sihir penyembuh yang sama seperti milik Kakak. Karena saat itu aku diam dan tidak memberitahu Kakak… Maaf." ucapannya itu, kedua Kakaknya dapat mendengar ucapan yang penuh rasa penyesalan, mereka merasa berbeda dengan Adiknya sekarang, biasanya ia akan selalu mengelak dan berkata kalau itu bukan kesalahannya. Tapi, ia meminta maaf karena ketidaktahuannya dan menyesali perbuatan yang tidak di sengaja itu.

Cattalina mengelus lembut kepala Celica "Tidak apa-apa, lagipula kamu tidak tahu. Teo juga baik-baik saja, jadi jangan terlalu dipikirkan ya."

Melihat Kakaknya tersenyum kepadanya membuat dirinya sedikit lebih baik, lalu Cattalina bertanya lagi "Tapi, kenapa sihir itu bisa aktif saat Teo terluka parah? Bukankah seharusnya sihir itu aktif saat Celica mencoba memicu-nya?"

"Tidak aneh, kemungkinan pencipta pedang ini membuat aktivasi otomatis untuk sihir itu aktif, jadi kemungkinan sihir itu hanya memberitahu kalau ia bisa digunakan dan akan aktif secara otomatis saat kondisi tertentu atau secara manual dengan menggunakan energi penggunanya. Jadi itu tidaklah aneh." Jelas William yang menjadi jawaban untuk Adiknya itu.

"Oh begitu?"

"Ya, aku pernah melihatnya sih, pedang milik ksatria suci kerajaan juga memiliki pedang seperti itu. Jadi aku tahu."

"Eh sungguh?" Celica terdengar sangat terkejut mendengar perkataan Kakaknya itu.

"Ya begitul–."

"Ah jadi begitu!" ucap Cattalina tiba-tiba "Celica sebelumnya berkata kepada ku kalau ia merasa energinya hanya di simpan dan tidak menguatkan pedang itu sendiri. Mungkin energi sihir Celica yang tersimpan itu sudah menjadi energi untuk menjalankan sihir penyembuh itu! Karena itu energi sihirnya tidak bisa menguatkan pedang sihir!" dengan penjelasan Cattalina yang masuk akal dengan penjelasan Celica sebelumnya akhirnya mulai menemukan titik terang tentang apa yang terjadi dengan Teo dan bagaimana bisa itu terjadi.

"Tapi, aku melihat Teo menggunakan energinya untuk bertarung, bukankah seharusnya energi Teo ikut terserap menjadi bagian dari energi pedang itu?" tanya William.

"Itu karena stamina milik Teo langsung dikeluarkan dan tidak bisa disimpan oleh pedang itu, seperti yang dikatakan Celica. Saat aku merasakan kemampuan pedang ini, yang aku rasakan hanyalah jejak dari energi sihir milik Celica yang tersimpan, namun aku tidak bisa merasakan jejak energi milik Teo. Kemungkinan benar kalau pedang ini hanya menyimpan energi sihir dan menolak menyimpan energi atau stamina milik Teo!" penjelasan Cattalina membuatnya masuk akal, William tersenyum kepadanya dan sedikit menundukan kepalanya.

"Penjelasan yang luar biasa, Cattalina." ucapnya memuji adiknya itu.

"Tidak, aku bisa mengerti karena apa yang Celica katakan. Aku hanya mengambil penjelasannya saja." ucap Cattalina lalu berdiri di belakang Celica dan memegangi pundaknya.

"Kakak…"

William tersenyum kepada mereka "Terima kasih, Celica. Berkatmu, aku bisa memberitahu Ratu dengan jelas lagi. Pedang yang luar biasa, menyimpan energi sihir tanpa ditahan oleh penggunanya, pembuatnya pasti orang hebat."

"Ah, aku tahu siapa yang membuatnya." ucap Celica.

"Eh? Benarkah?" tanya William sedikit terkejut

"Ya, Aku membeli pedang itu untuknya di tempat seorang penempa besi yang biasa kami beli untuk pengawal kami."

"Eh? Yang itu?" tanya Cattalina yang sedikit terkejut.

"Ya, dia bilang. Pedang ini dibuatnya bersama dengan seorang penyihir."

"Oh begitu, dimana kamu membelinya?" tanya William.

"Di kota Elbraun."

"Begitu, ya. Kalau begitu aku akan–. Eh?" pundak William tiba-tiba di cengkram oleh Cattalina.

Ia tersenyum kepadanya lalu berkata "Jenderal, bukankah ada yang lebih penting untuk di kerjakan?"

Pertanyaanya itu seperti sebuah perintah untuknya. William menghela nafasnya dan dengan terpaksa menganggukan kepalanya "Baiklah, baiklah. Aku kembali, terima kasih atas informasinya. Ratu pasti terkejut mendengar ini."

Cattalina hanya memalingkan wajahnya, sepertinya ia masih kesal dengan William yang menggunakan sosok lain untuk menemui mereka. Sesaat sebelum William menjentikan jarinya, ia berpamitan kepada kedua Adikknya dan berkata "Oh iya, sampaikan ini kepada Teo jika ia sudah bangun. Untuk sementara, gadis yang ia bawa ada di istana. Jika ingin membawanya, maka dia harus pergi ke istana." ia menjentikan jarinya, lalu kembali menjadi abu dan menghilang.

"Tunggu, gadis?" tanya Celica lalu menoleh ke Kakaknya.

Cattalina hanya diam tidak menjawabnya, Cattalina melihat ke arah Teo. Ia tiba-tiba teringat tentang gadis yang dikatakan oleh William "Oh iya, semalam saat Kakak membawa Teo kemari, ada seorang pelayan bersama mereka, sepertinya dia pelayan dari Keluarga Cruile. Dia sangat khawatir dengan Teo, sepertinya gadis itu yang di maksud Kakak."

Celica tidak berkata apa-apa, ia hanya mengerutkan keningnya sambil terus menatapi Cattalina "Ada apa?" tanya Cattalina sambil menoleh ke arahnya

"Kakak… Apa Kakak lupa kalau keluarga Cruile tidak punya orang yang benar-benar seorang pelayan?" Cattalina terdiam sesaat mendengar ucapan Adiknya itu, pandangannya teralih kembali kepada Teo.

Keluarga Cruile memang tidak memiliki orang yang benar-benar seorang pelayan, kebanyakan pelayan dari keluarga Cruile adalah seorang budak. Itulah yang membuat Cattalina sedikit terkejut.

"Kakak, kita tahu seperti apa keluarga Cruile, mereka pasti meminjamkan budaknya kepada orang yang ingin di hukum. Sebelumnya juga pernah terjadi kan?" dugaan Celica membuat Cattalina sedikit kesal mendengarnya.

"Tidak tidak, Teo tidak mungkin seperti itu." Cattalina mencoba mempercayai Teo karena.

Celica memegang pundaknya lalu berkata "Kakak, Teo juga seorang laki-laki. Ditambah kita belum mengenalnya." perkataan Adiknya yang masuk akal itu membuatnya ikut berpikir kalau Teo melakukan hal yang tidak-tidak kepada budak itu.

Itu membuatnya sedikit kecewa dengan Teo, mengingat dirinya adalah orang yang menentang keras perbudakan, tentu ia tidak akan memaafkan siapapun yang bermain dengan seorang budak.

***

Keesokan harinya, Teo terbangun kembali di pagi hari, berbeda dengan sebelumnya, Ia terlihat lebih baik dari sebelumnya. Meskipun, sekarang ia masih belum bisa berdiri atau bergerak.

"Permisi." ucap seseorang lalu masuk kedalam ruangannya "Oh anda sudah bangun." suara itu, suara gadis. Sudah lama ia tidak mendengar suara itu. Seorang gadis berambut hitam pendek dengan pakaian pelayan datang dengan nampan yang di atasnya ada cangkir teh.

"Tiara, kan?" tanya Teo yang memastikan kalau itu dirinya.

"Ah, Anda masih mengingat saya. Lama tidak bertemu." ucap Tiara lalu menaruh cangkir teh itu di atas meja dekat ranjang.

"Kalau tidak salah kau seharusnya berada di panti kan?"

"Ya, tapi Nona Cattalina meminta ku kemari untuk menjaga mu selama mereka bersekolah."

"Sekolah… Eh, tapi kemarin pagi…"

"Ah soal itu, karena kemarin anda tidak sadarkan diri, Nona Cattalina dan Nona Celica tidak masuk sekolah. Berterimakasihlah kepada mereka nanti."

"Ya…" Teo terdiam lalu melihat cangkir teh yang ada di sampingnya. Ia mencoba mengangkat tangannya untuk meraih cangkir itu, namun tangannya sama sekali tidak terangkat, ia tidak memiliki tenaga sama sekali untuk itu.

Tanpa berkata apa-apa, Tiara mendekatinya lalu membantunya untuk duduk di ranjang, ia mengambil cangkir teh itu lalu membantunya untuk minum.

"Maaf…" ucap Teo lalu berbaring lagi di ranjangnya setelah minum teh.

"Tidak apa-apa, ini pekerjaanku." ucap Tiara, ia pun mengambil kursi lalu duduk di sampingnya "Tapi, kamu hebat juga ya. Belum lama tinggal di keluarga ini, tapi sudah membuat keributan disana-sini."

"Maaf… Aku hanya melakukan tugasku saja, hanya itu." ucapnya lalu menejamkan matanya.

"Ya, kamu sudah melakukan pekerjaan dengan sangat baik. Terlalu baik sampai para bangsawan menjadi waspada dengan keluarga Blouse, lebih tepatnya kepadamu."

"Begitu ya…." Tiara menganggukan kepalanya pelan. Memang itu kemungkinan terjadi, karena itu ia tidak terlalu terkejut dengan berita yang di bawa oleh Tiara itu.

"Oh iya, Nona Cattalina menitipkan pesan untukmu, lebih tepatnya Tuan William yang menitipkan pesan. Tuan bilang, gadis yang anda bawa berada di istana sedang dalam pemeriksaan. Jika anda ingin menemuinya, maka datanglah ke istana, Itu yang Tuan William katakan."

"Eh… gadis?" Teo melupakannya. Ia melupakan Karina, seorang gadis dari dunianya yang menjadi budak keluarga Cruile. Ia terdiam sesaat dan kembali mengingat apa yang ia lalui tiga hari yang lalu, ia melihat tubuhnya dan berkata "Begitu ya… Aku masih belum bisa bergerak… Jadi–."

"Apa ada yang ingin kamu katakan kepadanya?"

"Eh? Apa tidak merepotkan?"

"Tidak apa-apa, jadi apa ada pesan yang ingin kamu sampaikan?"

Teo terdiam sesaat sambil memejamkan matanya "Baiklah, katakan kepada William kalau aku akan kesana kalau kondisi ku sudah normal."

"Baiklah."

"Ah, lalu katakan ini kepada gadis itu. 'Kau sudah aman, Aku akan membawamu pulang.' " Tiara terdiam mendengar perkataannya itu. Perkataan Teo, membuatnya menduga kalau ia memiliki hubungan spesial dengan gadis itu, ditambah ia tidak sengaja mendengar pembicaraan Tuannya saat sedang sarapan.

*Beberapa saat sebelumnya

"Kakak, kenapa kamu kelihatan khawatir? Tidak, kesal?" tanya Celica setelah melihat wajah Kakaknya yang terlihat sedikit kesal, juga sedikit khawatir. Cattalina menghela nafasnya "Kakak, menghela nafasmu saat sedang makan itu tidak boleh, tidak sopan." ucap Celica memperingatkannya perilakunya di meja makan, mengingat mereka adalah seorang bangsawan, tentu itu hal yang dilarang karena melanggar etika seorang bangsawan.

"Diamlah." ucapannya terdengar sedikit kasar sampai membuat Celica terkejut "Ini salahmu sampai aku tidak bisa berhenti memikirkan Teo."

"Eh? Kenapa aku?"

"Yang membuat dugaan Teo melakukan itu dengan budak memangnya siapa?" Cattalina benar-benar memikirkannya, ia benar-benar tidak menyukai jika ada keluarganya yang bermain dengan seorang budak.

"Eh? Aku hanya mengatakan hal yang masuk akal, tidak mungkin Teo akan menolak seorang budak. Ditambah kalau tidak salah ingat, keluarga Cruile sangat ahli memilih budak. Hah, pasti Teo sangat puas bis–."

"Permis–."

*Whoosh!*

Cattalina melemparkan garpu kepada Adiknya sendiri dan nyaris mengenai leher Celica "Wa… Wa… Kamu gila atau apa!? Kamu mau membunuh Adikmu sendiri!?"

"Celica, berteriak di meja makan itu tidak mencerminkan seorang bangsawan yang baik." ucapnya sambil memalingkan wajahnya.

"Memangnya melempar garpu saat makan itu mencerminkan bangsawan!?" wajahnya begitu terlihat kesal saat melihat Kakaknya.

"(Jarang sekali Nona Cattalina marah kepada Nona Celica, Nona Celica juga tidak biasanya membentak Nona Cattalina. Kenapa?)" Tiara diam-diam mendengarkan mereka yang ribut di dalam ruang makan dari balik pintu.

"Hah! Kakak kesal karena tidak bisa membantah perkataan ku kan? Yah, walau Teo pengawal yang hebat, tidak mungkin dia bisa menahan nafsunya kan? Pasti dia menyukai budak itu dan dengan alasan menyelamatkannya, dia membawa gadis itu. Ya! Pasti begi–."

"Grrrrrr!"

"(Nona Cattalina menggeram, seperti macan yang siap menerkam saja.)" ucap Tiara dalam hati dari balik pintu.

"Aku sudah selesai." ucap Cattalina lalu berdiri tanpa menghabisi makanannya. Mendengar itu, Tiara langsung masuk kedalam dengan wajah biasa saja, seolah ia baru saja datang "Permisi. Eh? Nona Cattalina, Anda sudah ingin pergi?"

"Tiara?" tatapan Cattalina langsun menjadi tajam, ia mencurigainya "Kamu menguping ya?"

"Menguping? Apa yang Anda katakan?" Tiara memasang wajah seolah tidak tahu apa-apa, ia juga menenangkan dirinya seolah tidak mengetahui apa-apa. Ia seperti itu karena mengingat Tuannya mempunyai kemampuan merasakan 'Jiwa' orang lain.

Menatapinya selama beberapa saat, Cattalina memejamkan matanya "Begitu. Ya, Aku pergi ke sekolah, Kamu sudah mengerti pekerjaanmu disini kan? Lakukanlah, lalu awasi Dia." ucapannya terdengar dingin, lalu ia berjalan pergi melewatinya "Celica, kalau Kamu masih makan, kamu akan terlambat!" teriaknya.

***

"Baiklah, akan aku sampaikan. Sepertinya gadis itu spesial ya?" pertanyaanya membuat Teo menoleh kepadanya.

"Ah... Ya, kalau kamu bilang spesial, mungkin saja (Yah dia korban penculikan sih, ditambah di culik ke dunia lain.)" jawab Teo lalu berkata dalam hati.

Tiara langsung mengerutkan keningnya dan sedikit terkejut dengan jawabanbya itu "(Eh? Kalau begitu, apa yang di curigai Nona Cattalina itu benar? Ah tidak, mungkin saja aku yang salah paham.) Oh begitu ya, apa jangan-jangan kamu sudah punya hubungan dengan gadis itu ya? Seperti sepasang kekasih, begitu?" Tiara berusaha bertanya lagi agar ia tidak salah paham.

Namun, Teo langsung menggelengkan kepalanya. "Tentu saja tidak, aku baru bertemu dengannya di rumah keluarga Cruile."

Jawabannya membuatnya sangat terkejut sampai dirinya bergetar sedikit "(Kalau begitu… Kalau begitu…)"

"Tapi, walaupun aku tidak mengenalnya dengan jelas, orang itu sangat penting untukku (Benar, dia adalah orang yang penting. Karena dialah alasan ku ada disini. Tidak, bukan hanya dia, tapi mereka semua yang menghilang, adalah orang yang sangat penting untuk ku.)" Teo hanya tersenyum kecil lalu menundukan sedikit kepalanya saat berkata dalam hati.

Tiara mendengar kalau gadis itu adalah orang yang penting membuatnya semakin menduga kalau ucapan Celica itu ada benarnya, ia berjalan sedikit menjauh dan merasa bimbang "Begitu ya, dia orang yang penting. (A-Astaga… Haruskah aku memberitahu Nona Cattalina? Tidak, tidak. Kalau aku memberitahunya, bisa-bisa pria ini mengalami hal yang lebih buruk lagi. Sebaiknya aku pura-puea tidak tahu saja!)" Tiara berusaha menutupi ekspresi terkejut dan takutnya dari Teo, lalu ia pun memegang pundak Teo dan berkata kepadanya "Tenang saja, Teo. Aku mengerti perasaan mu, aku tidak akan berbicara kepada Nona–. Tidak maksudku berbicara kepada orang lain, tenang saja, ya." Tiara tersenyum kepadanya setelah berkata seperti itu.

"(Hah? Apa maksudnya itu? Barusan dia bilang Nona kan? Siapa yang dia maksud? Yah terserah lah, lagi pula aku juga akan segera memberitahu Cattalina tentang ini.) A-Ah terima kasih." ucap Teo yang tidak mengambil pusing untuk kesalahpahaman ini.

***

Di perjalanan menuju sekolah sihir dengan kereta kuda, Cattalina terus membolak-balik buku sihir kuno pemberian gurunya, sampai membuat Adiknya penasaran dengan apa yang dilakukan Kakaknya, meskipun dia masih menjaga jarak dengan Cattalina karena pertengkaran mereka.

"Hei, apa itu?" pertanyaan Celica terdengar sedikit kasar, karena itu Cattalina tidak langsung menjawabnya dan terus membolak-balik buku sihir kuno itu "Kakak, kamu lihat apa sih?" Celica semakin mendekatinya dan sampai menempel padanya.

"Celica, kalau kamu menempel seperti itu, aku tidak bisa membaca bukunya." ucap Cattalina lalu menutup bukunya.

"Salah sendiri tidak menjawab pertanyaan ku tadi." jawabnya sambil menatap tajam Kakaknya itu.

Cattalina mengehla nafasnya lalu membuka buku sihir itu lagi "Aku hanya sedang memeriksa, ternyata sihir itu. Ternyata benar-benar terlarang ya, sampai dibuku ini pun tidak ada. Tapi, jika itu dilarang, kenapa sihir itu ada di pedang milik Teo? Kenapa penyihir dan penempa besi itu menaruh sihir terlarang ini pada pedang sihir itu? Aku tidak mengerti."

Celica pun sedikit menjauh darinya "Kalau begitu, kenapa kita tidak tanya langsung saja? Dengan begitu, kita dapat tau alasannya, kan?"

Cattalina tidak menjawab pertanyaanya itu, ia terdiam dan memejamkan matanya. Menganggap Kakaknya mengabaikanya lagi, Celica manatap tajam kearahnya lalu langsung menggigit pundak Cattalina tanpa pikir panjang "Aaaaaaaa! Sakit, kamu ini kenapa sih!?"

"Kakak sendiri kenapa mengabaikan ku!? Hanya karena aku memberitahu faktanya, Kakak sampai maeah seperti itu!" ucapnya mengungkit permasalahan mereka pagi tadi.

"Aku tidak mengabaikanmu! Lalu, apa yang kamu katakan itu belum tentu benar, Teo tidak mungkin melakukan itu!" ucapnya masih membantah perkataan Celica meskipun sebenarnya dia tidak menolak kemungkinan itu dapat terjadi kepada Teo.

"Iya, iya. Lalu kenapa Kakak tidak diam begitu?"

Cattalina menghela nafasnya mendengar pertanyaan, ia mengalihkan pandangannya dan melihat keluar jendela kereta "Kita tidak bisa kembali ke kota begitu saja, karena kondisinya seperti ini, penjaga gerbang pasti tidak mengizinkan bangsawan yang ada di Ibukota untuk keluar dari kota. Jadi kita harus menunda ini terlebih dahulu, kecuali Kakak melakukannya, mungkin kita akan mengetahuinya lebih cepat. Tapi aku tidak ingin Kakak fokus dengan ini, ada yang lebih pantas untuk dikerjakan lebih dulu daripada ini."

Jawaban Kakaknya membuatnya terdiam, ia tidak menyangkalnya karena perkataanya itu benar. Saat perintah dari ratu turun, selain mencurigai para keluarga bangsawan, keselamatan para keluarga bangsawan pun menjadi alasan kenapa para bangsawan dilarang untuk berkeliaran keluar masuk kota atau berada diluar wilayah kota mereka.

Tanpa disadari, mereka pun sampai di depan sekolah. Saat masuk gerbang sekolah, beberapa murid yang ada disana menatapi kereta kuda mereka "Sepertinya kita menjadi pusat perhatian, ya?" ucap Cattalina.

"Itu karena dia sih, yah selama tidak ada yang mengganggu ku, aku tidak peduli sih." ucapnya lalu membuka pintu kereta kuda dan keluar dari kereta.

Disekolah, semua berlangsung normal, meskipun penjagaan sekolah lebih di perketat daripada sebelumnya. Tidak hanya di sekolah, bahkan sampai area luar sekolah.

Siang hari, Cattalina berada di perpustakaan, tujuannya untuk mencari lebih jauh tentang sihir terlarang, karena mungkin saja perpustakaan sekolah menyimpan sesuatu yang berkaitan dengan sihir terlarang itu.

Namun, itu hanya ada di pikirannya. Sudah selama 2 jam ia mencari, namun hasilnya tetap saja tidak ada "Ca-Cattalina?" seseorang memanggilnya, ketika ia menoleh untuk menjawab, ia melihat seorang lelaki yang sedikit lebih tinggi darinya "Se-sedang apa kamu disini?" tanya lelaki itu.

"Tuan Fleure?" mendengar Cattalina menyebut nama keluarganya, membuat lelaki itu kehilangan sedikit semangatnya.

"A-Ah, Cattalina… tidak perlu se-formal itu kepadaku."

"Ah begitu, maaf Noah. Habisnya jarang melihat penerus keluarga Fleure bertemu dengan ku." ucapannya terdengar menggoda Noah yang merupakan penerus bangsawan besar.

Mendengar ucapannya membuat Noah sedikit memalingkan wajah dari Cattalina "Be-Berhenti berkata seperti itu. Jika bukan karena mu, mungkin aku tetap bersikeras menolak posisi ini."

Cattalina tertawa kecil melihatnya "Saya tidak melakulan apapun, itu hanya keputusanmu sendiri, Noah." ucap Cattalina lalu menaruh buku yang ia ambil sebelumnya ke rak buku "Saya hanya sedang ingin membaca, Anda sendiri? Tidak biasanya Anda berada di perpustakaan." jawabnya untuk pertanyaan dari Noah sebelumnya.

"Ah padahal aku sudah bilang… Yah sudahlah." meskipun sudah menyebut namanya, panggilan 'Anda' kepada dirinya masih terdengar formal baginya. Meski begitu ia tidak mau terlalu memaksa dan membiarkannya "Aku hanya ingin mencari buku tentang sihir tingkat lanjut." jawabnya dari pertanyaan Cattalina.

"Oya? Anda sudah ingin belajar sihir tingkat lanjut? Luar biasa ya." pujiannya membuat Noah sedikit merasa malu dan memalingkan wajahnya sedikit dari Cattalina.

"T-Tidak juga, kamu yang lebih luar biasa. A-Aku tidak ada apa-apanya." ucap Noah yang terdengar malu-malu.

"Wah merendah ya." lalu Cattalina mengambil sebuah buku di rak yang cukup tinggi, ia hampir tidak bisa mengambilnya, namun ia berjinjit dan berhasil mengambil buku itu "Saya sarankan anda membaca buku ini, lebih mudah di pahami dan juga di pelajari." ucap Cattalina sambil tersenyum saat memberikan buku itu kepadanya.

Melihat senyumannya itu, membuatnya semakin malu dan mengambil buku itu dengan memalingkan pandangannya dari Cattalina. Detak jantungnya semakin tidak beraturan melihat senyumnya itu, ia juga terus memalingkan wajahnya. Cattalina yang dapat merasakan 'Jiwa' nya yang tengah menahan rasa malu itu "Apa Anda baik-baik saja?"

"Eh? Ah ya aku baik-baik saja. Terima kasih, aku akan membacanya–. Eh? Buku ini…" buku itu, ia sedikit terkejut ketika melihat pencipta buku sihir itu.

"Ya, buku itu dibuat oleh ahli sihir dari benua utama. Karyanya benar-benar luar biasa, bahkan buku sihir yang dia buat pun mudah sekali untuk dipahami. Apa Anda sudah tahu?" Cattalina terlihat begitu antusias saat menjelaskan sedikit tentang buku itu.

"Y-Ya aku tahu sedikit tentangnya."

"Benarkah? Dia benar-benar orang yang hebat kan!" matanya berkilauan saat semakin antusias membicarakan pencipta buku itu. Noah yang melihat keantusiasannya sedikit terkejut, ia memalingkan pandangannya saat Cattalina tiba-tiba mendekatinya dan membuat mereka sangat dekat "(Terlalu dekat!)" ucapnya.

"A-Ah maaf. Kalau begitu, Saya pergi dulu. Saya baru ingat ada yang harus diberitahu kepada pengawal Saya."

Mendengar kata pengawal dari mulut Cattalina, Noah jadi teringat dengan kejadian beberapa hari sebelumnya "A-Ah Cattalina…" saat memanggilnya, ia terdengar ragu. Namun melihat Cattalina sudah menoleh ke arahnya, ia melanjutkan kembali perkataanya "Itu… Tentang pengawalmu… Aku dengar dia juga terlibat pada malam itu ya?"

Cattalina tidak langsung menjawabnya, ia terdiam sesaat dan terus melihat kearahnya. Lalu, ia tersenyum kearahnya dan menganggukan kepalanya "Ya begitulah, Tuan Cruile menghukumnya karena sudah melukai putranya, di malam yang sama kerajaan menangkap Tuan Cruile. Yah, banyak yang terjadi menimpanya."

"Begitu ya... Bagaimana keadaanya sekarang?"

"Dia sudah baik-baik saja, tidak perlu dikhawatikan." jawabnya sambil tersenyum

"Begitu, syukurlah kalau begitu."

"Iya, kalau begitu, Saya pamit keluar." ucap Cattalina lalu berjalan keluar dari perpustakaan itu.

Meskipun sudah keluar dari perpustakaan, Noah masih terus melihat ke arah pintu perpustakaan, rasa khawatir dan penasaran dirasakannya ketika mendengar berita itu dari Cattalina "(Sepertinya pengawalnya itu bukan orang biasa sampai bisa hidup dari hukuman keluarga itu…)" Ia memejamkan matanya lalu melihat buku yang di sarankan oleh, seketika rasa khawatir itu menghilang "Aaaah… aku akan membaca buku ini!"

Waktu pun berlalu, sore hari, kedua putri Blouse tidak kembali ke asrama sekolah, namun mereka kembali ke rumah mereka yang ada di ibukota. Ketika mereka tiba di rumah, Tiara menyambut mereka "Selamat datang, Nona Cattalina, Noma Celica. Akan saya siapkan kamar mandinya." ucap Tiara lalu masuk kedalam rumah.

Saat mereka ingin masuk kedalam, setelah mengikat kereta kudanya, Zack tiba-tiba memanggil Cattalina "Nona Cattalina." panggilnya, Cattalina menoleh kebelakang lalu Zack kembali bertanya "Nona Cattalina, apa boleh… saya melihatnya? Saya merasa bersalah, jadi izinkan saya untuk menemuinya." ucap Zack dengan wajah yang begitu murung.

Cattalina tersenyum kepadanya dan menjawab "Tentu saja, tidak ada yang melarangmu bertemu dengan Teo. Kalau kamu ingin menemuinya, temui saja."

Namun, wajah Zack masih saja murung. Cattalina tidak bertanya, ia mengerti kenapa wajahnya begitu murung "Jangan selalu salahkan dirimu, Zack. Teo juga tidak menyalahkan mu." ucap Cattalina lalu masuk kedalam rumah meninggalkan Zack.

Meskipun mendengar perkataan Tuannya, Zack masih tetap merasa bersalah atas apa yang menimpa Teo. Dengan sedikit memaksakan dirinya, ia pun masuk kedalam rumah untuk menemui Teo.

Saat sampai di depan kamat Teo, ia sedikit ragu ketika ingin mengetuk, rasa bersalah yang terus ia rasakan membuatnya terus berdiri di depan pintu. Namun, ia pun memaksakan dirinya dan langsung masuk tanpa mengetuk pintunya "Ah…" ia lupa dengan itu, karena rasa bersalah yang ia rasakan.

"Oh, Zack? Begitu, jadi mereka sudah pulang. Oh iya, tolong ketuk pintunya sebelum masuk."

"A-Ah… Teo, kau sudah sadar? Bagaimana keadaanmu!?" ia terkejut melihat Teo sedang menoleh ke arahnya, ia sama sekali tidak di beritahu kalau rekannya sudah sadar dari tidurnya.

Teo teraenyum tipis "Yah, seperti yang kamu lihat." ucapnya. Perlahan Zack mendekatinya, ia sedikit memalingkan wajahnya dari Teo. Ketika melihatnya, ia kembali teringat dimana Teo membelanya dan keluarga Blouse, ia merasa bertanggung jawab untuk itu "Ada apa?" tanya Teo.

Zack tidak menjawabnya dan terus memalingkan wajahnya "Kau ini kenapa?"

pertanyaan itu, membuatnya memaksakan dirinya untuk menoleh kepada Teo "Maaf!" ucapnya tiba-tiba sampai membuat Teo terkejut.

"Eh? Untuk apa?"

"Aku merasa bertanggung jawab karena kejadian itu, seharusnya aku mencegah itu, tapi aku hanya diam saja… maafkan ak.u!" ia menundukan kepalanya saat berkata seperti itu, ucapannya benar-benar penuh dengarn rasa penyesalannya.

.

"Apa yang kau katakan? Seharusnya aku yang meminta maaf karena sudah seenaknya, aku bahkan hampir membuat keluarga ini kesulitan."

"Tapi…"

"Sudahlah, tidak perlu dipikirkan..." meski begitu, Zack masih terlihat murung, masih ada rasa penyesalan di dalam dirinya. Melihatnya masih begitu, Teo menghela nafasnya "Kalau begitu, aku memaafkanmu. Lain kali tolong cegah aku kalau aku melakukan itu lagi." ucapan Teo merubah sedikit raut wajah, ia terlihat lebih merasa lega setelah mendengarnya.

*Tok! Tok!*

Setelah ketukan pintu itu, dua gadis berambut pirang masuk kedalam ruangannya "Nona Celica, Nona Cattalina."

"Bagaimana keadaanmu, Teo?" tanya Cattalina.

"Lebih baik daripada kemarin, terima kasih."

"Kalau begitu saya pamit, masih ada yang harus saya kerjakan." ucap Zack.

Setelah melihat anggukan kepala Cattalina, Zack langsung berjalan keluar dari ruangan itu. Sekarang ruangan itu hanya ada Teo yang tengah berbaring lemas dan dua gadis yang menatapnya dengan tatapan curiga.

"Emm, apa terjadi sesuatu?" Cattalina menggelengkan kepalanya sebagai jawaban pertanyaan Teo itu. Lalu ia mengambil kursi dan duduk di sampingnya

"Aku akan memeriksamu, tolong diam sebentar ya." ucap Cattalina lalu menaruh tangannya di atas tubuh Teo, cahaya pun keluar dari tangan Cattalina, perlahan ia mengangkat sedikit tangannya dan mulai mengarahkannya ke seluruh tubuh Teo.

Suasana hening itu membuat Teo merasa risih, tidak ada satupun yang berbicara, Cattalina sedang memeriksa tubuhnya dan Celica hanya memalingkan wajahnya dari Teo. Wajah Celica juga terlihat lebih kesal daripada biasanya "Apa terjadi sesuatu di sekolah?" tanya Teo tiba-tiba.

"Tidak ada apa-apa, hanya para guru yang meminta kami untuk lebih berhati-hati, mungkin karena masalah keluarga Cruile yang berkhianat, jadinya seperti ini." Cattalina tiba-tiba menyinggung masalah yang dimana Teo juga ada di dalam masalah itu.

"A-Ah begitu ya."

Hening kembali, Cattalina masih terus tersenyum sambil memeriksa tubuhnya, entah kenapa Teo merasa pemeriksaan tubuhnya lebih lama daripada kemarin. Suasana hening yang aneh ini pun membuat ruangan ini menjadi menyeramkan, ditambah Cattalina yang terus tersenyum tanpa sebab.

"(Ah biarkan saja, lebih baik aku tidak bertanya.)" ucap Teo dalam hati, lalu perlahan memejamkan matanya

Saat ingin memejamkan matanya, tiba-tiba Cattalina bertanya kepadanya "Oh iya, Teo. Aku dengar kamu membawa seorang pelayan dari keluarga Cruile ya?"

"Eh? Ah iya… benar, aku baru–."

"Kenapa kamu membawanya? Apakah orang itu menjadi orang yang penting untukmu?"

"Ya sebenarnya–."

"Aku mendapat kabar, kalau tidak salah orang-orang yang bekerja di keluarga Cruile akan di ambil oleh keluarga kerajaan, kenapa kamu membawanya dan tidak membiarkan keluarga kerajaan mengurusnya? Apakah dia spesial?"

"(Tunggu apa-apaan ini!? Kenapa dia terdengar marah!?) N-Nona Cattalina, apakah ada yang salah?"

"Tidak, bukan salah sih. Tapi, apa kamu tau kalau keluarga Cruile itu hanya memiliki gadis budak di rumah itu?"

"Eh… Budak… " ucapan Cattalina itu membuatnya teringat tentang hubungan Cattalina dengan budak, lebih tepatnya perbudakan.

Ia mengingat apa yang Cattalina katakan bila orang di dekatnya memiliki budak atau memiliki hubungan dengan perbudakan, ia juga mengingat apa yang Tuan Cruile katakan kalau Cattalina adalah pemimpin organisasi yang menolak perbudakan, sekarang ia mengerti kenapa Cattalina terlihat marah di sampingnya.

"T-Tunggu! Anda salah paham!"

"Apanya yang salah paham, orang itu pasti meminjamkan mu budak kan? Kami tahu betul bagaimana keluarga Cruile. Pastinya setelah melayani mu budak itu meminta pertolongan kepadamu, kan?" Celica yang sedari tadi diam saja, tiba-tiba berbicara dan apa yang dia katakan itu membuat Cattalina semakin marah kepadanya.

"A-Aku tidak seperti itu, lalu gadis itu bukan budak! Tapi, dia memang budak sih, tapi bukan budak yang seperti itu!" ucapan Teo yang tidak jelas itu membuat kedua Tuannya meragukan Teo.

"Hah, aku bilang juga apa, dia pasti sudah di pengaruhi oleh budak itu." ucap Celica yang membuat suasana semakin panas.

"Ya sepertinya begitu, mungkin aku harus membuatnya mengerti agar menjauhi perbudakan. Bagaimana, Teo?" ucapan Cattalina terdengar santai, namun memiliki arti yang menakutkan.

Tubuh Teo yang masih tidak bisa bergerak hanya bisa terus menolak tuduhan dari Celica "Aku sudah berkata jujur! Aku tidak melakukannya! Aku bersumpah!"

Ucapannya hanya mendapat senyuman manis dari kedua Tuannya, meski begitu, Teo sama sekali tidak senang. Mereka mendekati Teo dan Teo tidak bisa lari dari mereka karena kondisinya, ia hanya bisa menjauhkan wajahnya dari mereka yang semakin dekat "T-Tidak… Ini hanya salah paham… Aku mohon ampuni aku." Teo ketakutan.

"Tenang saja, kami akan melakukannya dengan lembut." ucap Cattalina.

"Benar, kami hanya ingin membuat ulang ingatanmu saja." ucap Celica.

Ucapan mereka benar-benar membuat Teo ketakutan, tangan-tangan mereka, perlahan mendekati wajahnya "T-Tidak… Ampuni aku!"

*Tok! Tok!*

"Permisi." terdengar suara tiara dari luar. Berkat suara itu, Cattalina dan Celica berhenti mendekati Teo.

"Siapa?" tanya Cattalina.

"Tiara, ada seseorang yang ingin menemui Teo, Nona Cattalina." ucap Tiara dari balik pintu.

Cattalina pun mendekati pintu lalu membukanya. Selain Tiara, ia melihat seorang gadis dibelakangnya, gadis yang sama yang ia lihat semalam. Gadis dengan rambut hitam pendek dan tubuh yang ramping, wajahnya terlihat begitu khawatir dan juga masih terlihat ketakutan "Siapa dia?"

"Gadis ini adalah gadis yang diselamatkan Teo, Tuan William yang membawanya kemari. Tuan bilang akan membawanya untuk pemeriksaan lagi di istana nanti malam."

"Tujuannya?"

"Untuk menemui Teo."

"T-Tolong izinkan aku bertemu sersan!" ucap Karina dengan wajah yang tiba-tiba menjadi serius.

"(Sersan?)" Panggilan yang tidak pernah, panggilannya juga terdengar asing untuknya "Apa tujuanmu bertemu dengannya?" tanya Cattalina.

"Aku ingin bertemu dengannya, aku ingin berterima kasih kepadanya!" ucapan Karina terdengar sungguh-sungguh, namun itu bukan alasan yang kuat untuk bertemu dengan Teo.

"Kalau begitu akan kusampaikan rasa terima kasihmu, kembalilah." ucapan Cattalina terdengar dingin, namun bukan tanpa alasan, ia melakukannya karena terpaku dengan kebijakannya untuk menjaga keluarganya dari apa yang berkaitan dengan budak atau perbudakan.

"Tidak! Ada hal penting yang harus aku katakan dengannya! Izinkan aku bicara dengannya!" Karina marah kepadanya, ia mengeratkan giginya dan menatapnya begitu tajam. Cattalina dapat merasakan emosi yang bergejolak itu, ia benar-benar marah kepadanya, lebih tepatnya ia merasa benci kepada Cattalina.

"Aku tanya sekali lagi, apa tujuanmu bertemu dengannya?" meski pun Karina sudah begitu, ia tetap dengan kebijakannya dan mengulang pertanyaanya untuk memberikan kesempatan untuk Karina.

Karina terdiam sesaat sambil terus mengeratkan giginya, ia memikirkan alasan apa yang kuat agar ia bisa bertemu dengan Teo. Ia menarik nafas untuk menenangkan dirinya "Aku mohon izinkan aku bertemu dengannya, kami berasal dari tempat yang sama, karena itu aku pikir Teo bisa membuatku kembali ke tempat asal ku."

Ucapannya itu membuat Cattalina terdiam terkejut mendengarnya. Berasal dari tempat yang sama, tentu itu tidak dapat dipercaya, tapi alasannya itu mendapat sedikit kepercayaan dari Cattalina. Karena, ia masih percaya kalau Teo membawa budak ini bukan tanpa alasan "Apa kamu berkata jujur?"

To be continue


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C18
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login