Baixar aplicativo
80% Be your self / Chapter 12: 11. Di jodohi

Capítulo 12: 11. Di jodohi

11. Di jodohi

Hari ini Luci ingin pergi kembali ke sekolah nya seperti biasa, nyeri pada lututnya sudah sedikit menghilang hanya saja sekarang lututnya masih menggunakan hendsaplas.

"Selamat pagi Pa, Ma," sapa Luci setibanya di meja makan.

Dia segera duduk di samping Aan dan memakan roti yang telah di siapkan oleh Mamanya.

"Pagi sayang," balas Mama Luci.

"Kakinya masih sakit?" tanya Papa Luci.

"Masih nyeri tapi sedikit," jawabnya sembari tersenyum.

"Gue nggak di sapa ni!" tegur Aan.

"Males nyapa gundoruo kayak Abang!" kata Luci dengan ketusnya.

Aan hanya mendegus kasar. " Nggak Abang anter sekolah baru tau rasa lo!" balasnya

"BODO AMAT LA BODO AMAT" jawab luci sembari memakan rotinya.

"An ngomongnya nggak boleh kasar," ujar Papa yang mendengar perkataan Aan yang menggunakan kata Gue, Lo, kepada Luci.

"Maaf Pa," jawab Aan.

"Udah di meja makan jangan ribut," ujar Mama Luci.

"Lia Papa sama Mama mau ngomong sama kamu," ujar Papa Satria.

"Ngomong aja, Lia dengerin kok," jawabnya sembari terus memakan rotinya.

"Mama mau jodohin kamu," ujar Mamanya.

Empat kata dari Mama Luci itu, membuat Luci terbatuk batuk.

"Uhukk uhuk!" batuk Luci sembari mengelus dadanya.

Aan segera memberikan Luci minum, dan Luci segera meminum minuman yang di berikan oleh Aan.

"Mama apaan sih bercandanya nggak lucu, Lia tau kok bentar lagi Lia ulang tahun, jadi jangan mau nge prank Lia!" jawabnya setelah meminum air yang di berikan oleh Aan.

"Mama serius," sambung Mama Lina.

"Mama kenapa sih," ujarnya sembari tersenyum.

"Mama serius dek, mau jodohi kamu sama anaknya teman Mama." ujar Mama Lina lagi.

Papa dan Aan tidak ada yang ingin menyela pembicaraan Mama dan Luci.

"Mama ini ke banyakan nonton sinetron FTV, mangkanya jadi ngalu hehe," jawab Luci sembari terkekeh.

Dia tidak ada sedikit pun menganggap ucapan Mamanya itu serius mangkanya sedari tadi dia terkekeh.

"Mama sama Papa serius dek mau jodohi kamu," sambung Aan.

Luci menghadap ke arah Aan untuk meyakinkan ucapan Aan barusan, kemudian Aan menganggukkan kepalanya tanda ucapannya tadi serius.

Kemudian Luci beralih menatap ke arah Papanya. "Bener Pa?" tanya Luci memastikan.

Papa Satria menganggukkan kepalanya sembari tersenyum.

Luci menghela nafasnya, kemudian dia menatap ke arah Mamanya. "Ganteng nggak calon nya Ma?" tanya Luci sembari tersenyum.

Mama Lina, Papa Satria serta Aan sangat terkejut mendengar pertanyaan Luci.

"Perasaan di setiap film yang aku tonton, kalau orang tua mau jodohi anaknya, pasti anaknya marah marah karena nggak mau di jodohi, tapi kok anakku beda sih," batin Mama Lina.

"Oo kalau ganteng jangan lagi di tanya dek, dia orangnya ganteng banget," ujar Mama Lina.

Luci hanya mengangguk anggukan kepalanya tanda mengerti.

"Gimana kamu setuju mama jodohi?" tanya Mama Lina.

Luci menggelengkan kepalanya. "Belum tau, nanti aja Lia Pikir pikir, Btw cuma di jodohi kan Ma, bukan mau di nikahi sekarang?" tanya Luci.

"Secepatnya mau di nikahi," jawab Aan.

"HAA! Lia bakalan jadi istri muda dong! kan lucu jadinya Hahahaha!" kata Luci sembari tertawa ngakak.

"Lia, apa yang di omongi Mama sama Papa itu serius," ujar Papa.

"Iya Pa, Lia tau kok, Lia juga serius nanggapinya," jawabnya sembari menghentikan tawanya.

"Udah ah entar telat lagi, Lia mau pergi sekolah, ayo Bang" ujarnya sembari berdiri dari duduknya .

Luci menyalami ke dua tangan orang tuanya. " Bai Ma, Pa Lia pergi dulu ya, Assalamualaikum." pamitnya.

"Iya hati hati, Waalaikumsalam." jawab Mama Lina.

Luci segera berjalan keluar rumah menyusuli Abangnya yang telah duluan.

"Bang bawak motor aja, takutnya macet," ujar Luci.

"Iya dek." jawab Aan.

***

Akhirnya Luci sampai di sekolahnya, dia turun dari motor Abangnya.

"Luci masuk dulu ya Bang," ujarnya kepada Aan.

"Iya, belajar yang benar." kata Aan sembari tersenyum.

"Siap bos," jawab Luci kemudian dia segera memasuki sekolahannya.

Luci berjalan melewati koridor kelas sepuluh, ada beberapa adik kelas Luci, yang menyapa Luci serta tersenyum kepadanya.

Luci terus melangkah sembari tersenyum menanggapi adik kelasnya.

Sesampainya di kelas Luci tidak menemukan Puput. Namun, tas Puput telah ada di bangkunya.

"Leon lo liat Puput nggak?" tanya Luci kepada Leon teman kelasnya.

"Tadi Puput keluar katanya mau latihan dance." jawab Leon.

Luci hanya mengangguk anggukan kepalanya tanda mengerti.

Dert dert!

Luci segera merogo saku roknya saat merasakan ponselnya bergetar.

"HAA!!" kaget Luci saat melihat poto yang dikirim oleh Mamanya.

"Aldo?" ujarnya dengan mulut terbuka lebar.

"OMO! OMO! OMO! OMO!" teriaknya sembari bertepuk tangan.

"AAAAAHHHHH! YA ALLAH TERIMA KASIH, TELAH MEMBERIKAN LUCI ANUGRA TERINDAH!!" teriaknya dengan keras.

Semua murid dalam kelas menatap ke arah Luci yang kini tengah berteriak tidak jelas sembari tersenyum senyum.

"Gila lo Ci!" ujar salah satu Siswi teman kelas Luci sembari terkekeh.

"Kalian lebih gila lagi! Kalau tau kabar gembira Luci ini!" ujarnya sembari tersenyum manis.

"Udah stres dia," ujar Leon.

"Diam lo singa!" kata Luci sembari menatap Leon dengan intens.

"Enak aja nama gue itu Leon bukan Lion!" bantah Leon.

"Terserah!" jawab Luci..

"Hello All!" sapa Puput yang berjalan memasuki kelasnya.

"Aduh, budek telinga gue," kata Sinta yang duduk di meja paling depan.

"Biasa aja kali Sin," jawab Puput.

"Put Luci ada cerita! New! New! Masih anget banget!" ujar Luci dengan girangnya.

"Ha, apaan?" tanya Puput yang kini telah berdiri di hadapan Luci.

"Jadi gini Put, asal lo tau Luci mau dijo___

Kring! Kring! Kring!

"Pak Amri datang, duduk semuanya!" kata Leon yang segera berjalan ke bangkunya.

Semua murid berhamburan duduk di bangku nereka masing-masing.

"Nanti aja ceritanya," ujar Puput.

Luci menganggukkan kepalanya tanda setuju atas perkataan Puput.

"Selamat pagi semuanya!" sapa Pak Amri yang berjalan memasuki kelas.

"Pagi Pak."

"Sampai di mana pelajaran kita minggu kemarin?"

"Sampai cerita Luka di atas penderitaan!" teriak Bowok.

"Itu bukan pelajaran Wok, itu cerita, gimana kau ini." kata Pak Amri sembari geleng-geleng kepala.

Bowok hanya menyengir kuda mendengar perkataan Pak Amri.

"Sebelum belajar saya mau memberikan informasi sedikit." kata Pak Amri.

"Info apa pak?" tanya Sinta.

"Info terkini," jawab Pak Amri.

"Bulan depan ada olimpiade Fisika antar sekolah di gedung saraswati, bagi yang minat boleh nanti mendaftarkan diri ke saya, nanti bagi kalian yang telah mendaftar kalian akan di seleksi terlebih dahulu oleh sekolah." jelas Pak Amri.

"Mundur Alon-alon mah gue, kalau Fisika." ujar Leon.

"Kalau gue mah bukan Alon-alon lagi yon! Tapi udah lari duluan," sahut Bowok yang membuat pasa Siswa-siswi tertawa.

"Sudah-sudah, jika kalian tidak berminat tidak apa-apa." ujar Pak Amri.

"Pak," kata Luci sembari mengangkat tangannya.

"Beh dek Luci mau jadi Profesor lab Fisika, kayak nya ni." ujar Bowok.

Luci hanya menatap Bowok dengan tajam.

"Kenapa Luci, Kau mau ikutan?" tanya pak Amri.

"Nggak Pak, saya mau nanya aja ntar berapa orang yang terpilih setelah selesai seleksi?" tanya Luci.

"Dua orang saja yang memiliki nilai terbaik." jawab Pak Amri.

Luci mengangguk anggukan kepalanya tanda mengerti. "Ya udah, saya nanya itu saja pak, terimakasih." kata Luci sembari duduk dari berdirinya.

"Sama-sama," kata Pak Amri.

.

.

.Bersambung

Salam author

@hyo.yolan


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C12
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login