Panji pulang ke rumah dengan emosi yang belum stabil. Masalahnya dengan Arini yang masih menggantung itu membuatnya jadi murung sekarang. Dia tiidak ceria lagi karena terus kepikiran sikap Arini yang begitu membuatnya khawatir sekaligus sedih itu.
"Tarik nafas lepaskan. "sebelum Panji masuk kedalam rumah, dia menata emosinya terlebih dulu dengan mengontrol nafasnya yang masih naik turun itu.
Ceklek
Alangkah terkejutnya Panji ketika pintu rumahnya terbuka. Terlihat mamah dan papahnya sedang mengobrol dengan Alena. Dia tidak menyangka kalau pulangnya itu akan disambut Alena disana. Setelah kemarin bertengkar di jalan sekarang harus berhadapan lagi.
"Sini nak duduk dulu."suara Nyonya Diana terdengar tidak biasa kayak sedang memendam amarah.
"Ada apa mah?"tanya Panji dengan heran sambil berjalan mendekat kearah mamahnya dan ikut duduk didekat mamahnya.
"Apa benar yang dibilang Alena kalau kemarin kamu sama pacarnya Reihan?"Nyonya Diana langsung berterus terang pada Panji.