Baixar aplicativo
2.29% KETIDAKSENGAJAAN BERAKHIR SALING CINTA / Chapter 8: Part 8 Aneh sekaligus Konyol

Capítulo 8: Part 8 Aneh sekaligus Konyol

Arini pagi-pagi sudah keluar rumah untuk sekedar membeli sayur. Kebetulan pagi ini ada pedagang sayur lewat di depan rumah majikannya. Ketika Arini membeli sayur ternyata sudah ada banyak ibu-ibu yang mengantre untuk membeli sayur. Jadi terpaksa dia ikut nimbrung dan mengobrol dengan ibu-ibu disana. Walaupun Arini masih remaja tapi dia bisa diajak menggosip bersama ibu-ibu yang sedang memilih sayur disana. Kebetulan Arini memang anaknya mudah bersosialisai jadi dia gampang ketika diajak curhat oleh ibu-ibu.

"Tidak seharusnya aku malah ikut cuek sama dia. Lagipula yang salah disini itu aku. Jadi kalau dia cuek ya biarlah lagian dia juga berhak begitu kepadaku."batin Panji sambil mengancing kemejanya berwarna merah. Dia terlihat sedang mengaca di depan cermin. Tidak terasa sudah tiga hari Arini dan Panji tidak saling berbicara setelah kejadian malam itu. Panji merasa gengsi ketika hendak mengajak Arini bicara duluan.

"Tuan sarapannya sudah siap."kata Arini sambil menenteng tas sayuran di tangan kanan dan kirinya membuat Panji terkejut saat menuruni tangga.

"Tumben dia ngajak bicara aku. Bukannya kemarin dia nyuekin aku gara-gara kejadian kemarin."batin Panji berhenti menuruni tangga dan memperhatikan Arini yang masih menatapnya dari bawah.

"Ya."jawab Panji singkat terus menuruni tangga menuju meja makan.

Panji sarapan sendirian di meja makan. Menu makanan kesukaannya adalah nasi goreng. Hari ini Arini telah menyiapkan nasi goreng untuknya. Panji melahapnya sambil memandangi Arini yang sedang mondar mandir di dapur. Kelihatannya Arini sudah tidak sesedih dan secuek kemarin. Kemarin Arini memang benar-benar dalam keadaan yang sangat menyedihkan sampai-sampai Panji tidak bisa berhenti memikirkannya.

Entah dapat dorongan dan motivasi dari siapa Arini tiba-tiba berubah seperti itu hingga Panji penasaran siapa yang telah membuat Arini berubah seperti itu. Disisi lain Panji ikut merasa lega melihat Arini sudah tidak lagi sesedih kemarin dan mau berbicara lagi dengannya. Jadi mulai sekarang Panji tidak akan khawatir lagi pada Arini.

Arini melihat Panji sudah pergi berangkat kerja. Kini dia giliran membersihkan meja makan bekas Panji tadi. Dia tidak menyangka kata-kata semangat yang dia camkan kemarin bisa membuatnya bangkit dari keterpurukan kemarin. Memang wajar siapapun mereka jika posisinya berada pada posisinya pasti akan merasa hancur dan sedih sama yang di alaminya kemarin.

Kembali lagi kalau kita mau menerima dan berusaha bangkit pasti kita akan bisa hidup normal lagi dan rasa sedih itu akan hilang. Walaupun bayang-bayang kejadian yang pernah dialaminya masih terus membekas di dalam ingatannya. Tapi setidaknya hari ini dia masih baik-baik saja dan tidak terjadi apa apa pada dirinya itu sudah cukup bagiya.

"Pokoknya aku harus fokus kerja. Ingatlah pesan bibi. Aku harus bekerja sebaik mungkin disini. Lagian aku juga baik-baik saja setelah kemarin ada kejadian yang membuatku hancur."batin Arini sambil mengelap meja makan agar terlihat bersih.

Panji sedang memainkan penanya di ruangan kerjanya. Terlihat di wajahnya kini sedang memikirkan sesuatu. Ternyata yang sedang dipikirkannya adalah membayangkan Arini tadi pagi yang mulai bersikap seperti biasanya. Setelah sempat sebelumnya Arini menghindarinya dan selalu menunduk ketika diajak bicara.

"Ya masuklah."kata Panji dari dalam ruangannya setelah mendengar suara ketukan pintu;

"Selamat siang Pak."ada sosok wanita cantik menghampiri Panji. Kesan pertama yang dilihat Panji saat melihat cewek itu adalah penampilannya tidak jauh beda dengan Raisa yaitu terlihat seksi. Ditambah lagi polesan make up nya yang tidak kalah dengan make up yang biasa dipakai Raisa membuat wajahnya terlihat semakin cantik dan berkelas. Memang Panji kalau menilai seorang wanita dari cantik wajahnya dan penampilan yang seksi. Itu masih standardlah buat laki-laki seperti dirinya.

"Silahkan duduk. Siapa ya?"Panji mempersilahkan wanita itu duduk di kursi depannya. Panji terlihat sangat asing dengan wanita itu.

"Perkenalkan saya Alena.Saya sengaja kesini karena saya ingin membawakan sesuatu pada anda."kata wanita itu dengan manis sekali. Sampai-sampai Panji serasa ingin terhipnotis dengan perkataannya. Alena memberikan bekal makan siang untuk Panji. Kebetulan saat itu sudah waktunya makan siang.

"Maaf apa kita pernah bertemu sebelumnya?"tanya Panji sambil menatap Alena dengan serius.

"Kita memang tidak pernah bertemu sebelumnya. Tapi aku sudah tahu kamu."kata Alena sambil menyandarkan kepalanya ke kursi. Panji melihat penampilan Alena dari ujung rambut sampai ke bawah membuatnya terpesona. Panji tahu kalau Alena sedang menggodanya dengan penampilannya yang sangat modis itu.

"Tahu apa."tantang Panji.

"Aku tahu, kamu habis putus sama pacarmu itu. Mantan pacarmu Raisa kan?"Alena memajukan wajahnya mendekat kearah Panji. Panji melihat wajah Alena seakan-akan tidak bisa berpaling.

Akhirnya mereka berdua saling mengobrol disana. Panji merasa kalau Alena tidak jauh berbeda dengan Raisa. Alena yang memiliki kemiripan dengan Raisa membuatnya mulai tergoda. Namun dia tidak segampang itu langsung jatuh cinta pada Alena yang baru dikenalnya walaupun terlihat modis dan sesuai dengan typical yang dia cari. Rasa sakit hati dan kecewa pada Raisa masih membekas di hatinya. Setelah diakal berbincang-bincang cukup lama, Panji mulai merasa nyaman pada Alena. Alena sangat menyenangkan orangnya.

Tanpa diketahui Panji sebelumnya kalau Alena adalah mantan teman akrab Raisa. Alena sengaja tidak memberitahu kepada Panji mengenai hubungannya dengan Raisa dulu, Tapi sekarang hubungan mereka sedang tidak harmonis karena ada masalah diantara keduanya. Alena yang tahu hubungan Raisa tengah kandas dengan pengusaha muda yang bernama Panji itu dimanfaatkannya untuk merebut Panji dan menaklukan hati pengusaha muda itu. Siapa yang tidak tahu akan ketajiran dan ketampanan Panji. Panji yang terlahir dari keluarga terpandang dan pengusaha itu pasti membuat banyak wanita yang mengharapkannya.

Alena awalnya niatanya ingin membuat Panji takluk kepadanya biar bisa memanasi Raisa yang sekarang menjadi musuhnya. Dengan begitu dia bisa membalaskan rasa dendamnya pada Raisa. Namun ketika bertemu pertama kalinya dengan Panji malah membuatnya langsung kepincut.

"Ya sudah saya pamit pulang dulu ya."Alena berdiri berpamita setelah berbincang-bincang cukup lama dengan Panji.

"ya hati-hati. Makasih bekalnya"jawab Panji dengan singkat.

"Kok dia bisa tahu aku. siapa emangnya yang telah memberitahunya? Apa urusanku. Ah udahlah."batin Panji tidak peduli sama cewek yang baru dikenalnya itu.

"Kok dia bisa masuk kesini tadi. Dasar aku ya kalau lihat cewek cantik langsung klepek-klepek. Jadi kelupaan nanya itu. Masa bodoh dah."batin Panji sambil menampar kecil pipinya.

Arini sedang mengelap kaca jendela. Tiba-tiba mobil Panji terlihat sedang masuk garasi. Arini langsung berdiri menyambut kepulangan Panji dari kantor. Arini sekarang benar-benar sudah bangkit dari keterpurukan dan kesedihan kemarin.

"Anak ini benar-benar sudah kembali normal."Panji memandangi Arini yang sudah berdiri menyambutnya di pintu.

"Makanannya sudah siap tuan."kata Arini membuyarkan lamunan Panji.

"Hmm"jawab Panji langsung meninggalkan Arini.

"Katanya Rehan kemarin kalau sudah melakukan kayak begituan bisa membuat ceweknya hamil. Lha ini Arini nggak tuh."tiba-tiba Panji terpikirkan sesuatu mengenai pertanyaannya kepada Rehan. Panji tambah merasa lega ketika melihat Arini yang sekarang terlihat baik-baik saja dan tidak menunjukkan sesuatu terjadi padanya.

"Tapi kalau dia sampai begitu habislah riwayatku. Aku kan masih muda. Masak ya aku udah jadi ayah. Terus papah sama mamah nanti gimana kalau kejadian itu benar-benar terjadi padaku."batin Panji sambil membayangkan sesuatu. Dia tidak makan malah sibuk membayangkan yang tidak-tidak.

"Arin ."panggil Panji kepada Arini yang masih berada di luar. Pendengaran Arini masih tajam dan normal jadi dia bisa mendengar Panji yang sedang memanggilnya. Dengan cepat Arini langsung masuk kedalam rumah dan menghampiri Panji.

"Ya tuan. Ada yang bisa saya bantu?'tanya Arini sudah menghadap di samping kursi duduk Panji.

"Akum au tanya sesuatu padamu."kata Panji mulai menatap kearah Arini kemudian matanya turun untuk melihat perut Arini.

"Silahkan tuan mau tanya apa?"Arini tiba-tiba takut ketika Panji akan memberi pertanyaan padanya Seketika dia langsung menunduk dan mengusap perutnya yang sempat dilihat Panji tadi.

"Tatap mataku dan jawablah dengan jujur."suruh Panji. Arini langsung menatap kearah Panji. Perasaannya kini menjadi tidak karuan.

"Setelah kejadian kemarin, apa kamu merasakan ada sesuatu terjadi padamu?"Panji langsung berterus terang. Sebenarnya maksud Panji adalah memastikan kalau Arini tidak tengah hamil setelah kejadian kemarin.

"Maksud tuan apa?"tanya Arini bingung apa yang sedang dimaksud Panji. Tatapan Arini terlihat lucu kearah Panji. Panji tiba-tiba merasa aneh sekaligus ingin ketawa sendiri mengenai pertanyaannya tadi..Apalagi Arini yang terlihat menatapnya dengan tatapan konyol akan pertanyaannnya barusan.

"Saya nggak paham dengan pertanyaan tuan barusan."kata Arini lagi

"Kok aku malah jadi aneh gini sih. Kan emang benar-benar sekarang dia tidak sedang terjadi apa-apa kenapa aku tanyain gitu. Dasar kamu itu ya"Panji menyesali pertanyaannya tadi barusan yang terllihat membuat Arini bingung.Panji mengacak-acak rambutnya sendiri..

"Nggak jadi. Kamu lanjutin aja pekerjaanmu."suruh Panji. Arini langsung pergi meninggalkan Panji dengan terus memikirkan maksudPanji barusan. Panji masih mengamati punggung Arini hingga hilang.


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C8
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login