Baixar aplicativo
37.5% EVSHILLAN / Chapter 3: Chapter 02 : EVSHILLAN

Capítulo 3: Chapter 02 : EVSHILLAN

Untuk sejenak aku bisa lega,

tapi bagaimana dengan besok. Juga seterusnya?

...............................

Masih sama seperti hari di beberapa minggu sebelumnya. Dunia tetap berputar dan udara tetap bergerak. Hujan dan panas tetap terjadi. Matahari dan bulan juga masih betah berada di langit siang dan malam, yang berbeda hanyalah dunia asmara Reev. Hubungan Reev dan Shillan sudah diambang batas kiamat sugro. Tidak ada yang lebih mengesalkan dari keadaan tidak bisa menghubungi tapi ingin. Bertemu tapi tidak saling menyapa.

Mulanya hubungan mereka baik-baik saja. Sepulang sekolah Shillan masih berada di jok belakang motornya. Masih dengan obrolan ringan seputar sekolah dan rencana remeh temeh yang mereka buat selayaknya hubungan normal berpacaran pada umumnya. Tapi Reev merasa ganjal, Shillan tiba-tiba membalas pesan sekadarnya, tidak lagi ada obrolan yang mereka habiskan di waktu senggang istirahat. Reev paham jika Shillan sedang fokus dengan olimpiadenya. Untuk beberapa saat Reev merasa jika Shillan sengaja menjaga jarak. Bahwa Shillan perlahan menjauh, dan keberadaannya sudah tidak berarti lagi untuk gadis itu. Reev merasa tidak dilibatkan lagi dan berada pada batas dimana ia merasa sudah tidak dibutuhkan.

Reev butuh penjelasan. Bukan serta merta dijauhi tanpa sebab yang pasti, selama ini ia merasa baik-baik saja. Bahkan mereka tidak pernah terlibat pertengkaran yang serius.

Gimana?

Udah ada kabar dari Shillan?

Pesan dari Gamma.

Nanti gue hubungi.

Buruan Reev,

keburu terbit buletin gue.

Iya, sabar.

Sudah dihubungi, hanya saja Reev terlalu kaget dan dia sama sekali tidak menjawab. Hanya diam. Akankah ia menjelaskan demikian kepada Gamma. Sayaangnya hal semacam itu tidak akan mungkin Reev lakukan.Tanpa sebab yang jelas Reev merasa kesal dengan Gamma yang menerornya. Padahal bukan salah cowok itu juga. Kenapa pula dia harus renggang dengan Shillan di keadaan yang seperti ini. Menyebalkan.

Agar tidak selalu diteror Gamma, Reev sekali lagi mencoba menghubungi Shillan. Kali ini cukup hanya dengan melalui pesan saja. Hal ini akan mempermudah dirinya agar  spontanitas seperti kemarin tidak terjadi lagi. Reev gugup dan menjawab panggilan dengan terbata. Itu sangat tidak keren.

Lan, Gamma butuh

kontak kamu untuk kebutuhan buletinnya.

Tidak ada jawaban, tapi Shillan sedang dalam mode online. Ini lebih baik ketimbang mode online, read tapi nggak dibalas.

Boleh Reev.

Hanya itu.

Boleh apa?

Reev sengaja, memperlambat durasi. Ini salah satu ego Reev yang merindukan momen chatting bersama.

Aku rasa kamu paham.

Maafkan waktu yang telah membuat kami telah saling mengenal satu sama lain.

Ok, aku paham.

Tapi salahnya dimana

kalo aku sengaja ngulur

untuk sekedar

memperlambat waktu.

Reev merubah posisi duduknya pada kursi malas di sebelah jendela kamarnya.

Reev. Kamu sulit banget sih untuk ngerti .

Apanya yang sulit?

Aku cuma minta waktu.

Kamu sibuk dengan

olimpiademu aku paham.

Tapi, Lan. Kamu sengaja menghindari aku itu yang buat aku nggak paham.

Reev, tolong.

Kayaknya aku deh yang

minta tolong disini.

Untuk sekedar kamu tanya bagaimana keadaannya

mungkin.

Lanjut Reev, tapi tidak ada jawaban setelahnya. Entah sengaja atau tidak, Reev tidak mengerti. Tidak lagi paham. Ada apa sebenarnya dengan Shillan. Mengesampingkan Shillan yang tidak menjawab pesannya lagi, Reev kemudian mengirim kontak Shillan kepada Gamma. Bagaimanapun Shillan sudah setuju tadi. Walaupun berakhir dengan pesannya yang diabaikan tanpa dibalas.

~¤¤¤~

Sejak semalam. Setelah Shillan tidak lagi membalas pesanya. Reev berfikir semakin renggang saja hubungan mereka. Ada jarak yang semakin nyata diantara keduanya.

Reev mempercepat langkah menuju ruang guru setelah melirik jam di pergelangan tangan yang menunjukkan pukul 06:52. Ia harus segera mengumpulkan lembar folio jurnal penyesuaian miliknya di meja sir Fendi dengan segera jika tidak ingin tugas itu sia-sia. Jam 07:00 adalah batas waktu mutlak pengumpulan Pekerjaan Rumah bagi kelas ekonomi-akuntansi dibawah bimbingannya.

"Reev."

Shillan.

Reev hampir saja ingin langsung membalas sapaan itu. Jika saja ia lupa dengan apa yang terjadi semalam. Shillan meninggalkan pesan tanpa membalasnya. Reev menganggkat kedua tangannya memberi kode untuk menunggu. Ada tugas yang harus ia kumpulkan dengan segera. Setidaknya ada jeda untuk Reev sebelum memulai obrolan secara langsung dengan cewek itu. Usai mengumpulkan tugas di atas meja sir Fendi Reev segera keluar dari ruang guru. Di depan sana Shillan masih menunggu Reev.

"Reev. Aku mau kita break."

Spontan Reev langsung menahan pundak cewek itu. Karena setelah mengatakan break selancar mungkin Shillan hendak pergi meninggalkannya begitu saja. Oh, ayolah. Bahkan tidak ada basa-basi. Dan Shillan langsung pada inti. Bagaimana Reev bisa menerima ini dengan mudah dan tanpa penjelasan yang berarti.

Sadar mereka masih didepan ruang guru, kemudian Reev mengait lengan Shillan dan membawanya ke tempat yang lebih kondusif untuk bicara. Untungnya Shillan menurut tanpa perlawanan.

"Lan."

Shillan menatap Reev dengan yakin.

"Kenapa?"

"Bahkan aku nggak tau alasan pasti kita bisa serenggang ini."

"Reev. Aku tau. Tapi memang mungkin ini yang terbaik."

"Terbaik apanya, Shillan. Bahkan kamu nggak menjelaskan apa-apa."

Shillan lagi-lagi hanya bungkam. Air matanya menggenang tanpa sebab. Bahkan Reev tidak membentak atau bernada tinggi sama sekali. Keadaan Shillan yang seperti ini semakin membuatnya bingung.

"Lan. Mungkin aku nggak tau sebab sebenarnya kamu seperti ini. Tapi tolong, aku juga butuh penjelasan. Mana mungkin aku bisa mengerti isi pikiran kamu, tanpa kamu yang menjelaskan."

Shillan hanya menunduk menyembunyikan isakan kecilnya yang tertahan. Matanya sudah sembab sebelumnya. Entah apa sebabnya yang pasti jika sudah seperti ini jelas ada yang disembunyikan Shillan tanpa mau menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Karena Shillan masih bertahan dengan kebungkamannya, Reev memutuskan untuk membiarkan Shillan tenang terlebih dulu. Tidak mencoba untuk semakin membuat Shillan tertekan untuk menjelaskan. Sayangnya jam pelajaran akan segera di mulai.

"Lan. Kamu perlu waktu sendiri atau mau ke kelas? Sebentar lagi jam pelajaran mau di mulai."

"Aku nggak apa-apa kok, Reev." Shillan menjawab, hanya saja matanya menghindari Reev yang ada di hadapannya.

Karena Reev masih tidak mengerti dengan keadaan ini, Reev masih bisa menahan sabar untuk tidak bersikap egois. Entah masalah apa yang Shillan sembunyikan sampai Reev sama sekali tidak ada bocoran untuk sekedar menerka-nerka.

"Kalo gitu aku antar kamu ke kelas."

"Nggak perlu, aku bisa sendiri."

"Kapanpun, Lan. Setelah kamu siap aku harap kamu mau berbagi beban."

Shillan hanya mengangguk. Lalu berlalu. Walaupun Shillan tidak mengizinkan ia tetap mengikuti dari belakang  hingga cewek itu masuk ke dalam kelasnya.

Bumi Swarang, 15 Agustus 2020

Tubico!

Hope you have a nice day, thanks for reading.

Terima kasih sudah hadir, jangan lupa votement. Kalau kamu suka silahkan save di library.

Hai-hai...

Kalo udah ada pembacanya,

boleh dong aku kepo asal kabupaten

kamu dari mana ?

kenapa kabupaten

Ya... Barangkali namanya ada yang unik

Yang belum pernah aku dengar:>

Atau kalo malah kamu yang kepo sama aku bisa stalking di akun sosmedku wkwk

°•°

||

V

Find me on :

Instagram : @in_tanns

Wattpad : @dioreenote

___________

________________

____________________

D

I

O

R

E

E

N

O

T

E


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C3
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login