Tak... Tak... Tak...
Suara ujung pulpen aku ketukkan keatas meja. Aku terus mematangkan rencana ini, jika Aang mengandalkan keris itu untuk mengguna-guna bang Udin, itu berarti hal pertama yang harus aku lakukan adalah mengambil keris itu dan menyembunyikannya untuk sementara. Sampai bang Aang sepakat untuk berhenti, baru aku akan mengembalikan keris itu padanya. Aku tinggal mencari waktu yang tepat untuk melakukan rencana ini.
Malam ini Aang tidak ada, itu berarti aku bisa tidur dikamar Mila. Tapi gak mungkin juga kan malam-malam begini aku pergi ke ruangan atas dan membuka lemari itu? Tidak, tidak. Itu mengerikan.
"Nimas, kau sudah makan?" tanya kak Fitri menyadarkan dari lamunanku.
"O oh, sudah kak tadi" ucapku.
"Aku dengar kemarin Udin mau lompat ya dari atap? Apa kau melihat kejadiannya?"
Aku terdiam mengingat kejadian itu. "Iya Nimas liat, tapi gak berani mendekat. Nimas gak tega"
"Tapi Udin gak lompat kan?" kak Fitri menatapku khawatir.