Malam itu, persis malam di mana semua keindahan hadir sebelum membawa petaka. Rembulan bersinar begitu terang, desau angin yang menyentuh dedaunan. Pada akhirnya, manusia memang suka sekali membuat kesalahan yang sama.
Keduanya tak tahu siapa yang memulai, yang mereka tahu hanyalah kehangatan yang merangkak naik bersama segala kenikmatan duniawi. Tak ada satupun dari keduanya yang sedikit menggunakan logika untuk berhenti, bahkan tanpa sadar jemari itu bergerak cepat seolah matahari akan segera terbit dan menemukan mereka yang kembali masuk ke dalam kubangan yang sama.
Dengan beralaskan tanah, keduanya saling menjamah dalam pikiran yang sama; ingin mendapatkan puncak itu segera. Napas keduanya menyatu, mata terbuka, dan sesekali terpejam tatkala jemari itu menyentuh titik-titik ternikmat pada tubuh. Pakaian yang mereka gunakan satu hari yang lalu, kini tergeletak di atas tanah. Alan kembali meraup bibir itu, menciumnya lembut, sebelum akhirnya bergerak tak sabaran.