Joshua di bandara.
Tidak salah lagi. Foto itu menunjukan ruang tunggu tempat tadi aku dan mama duduk. Dia sudah di sana. Tidak peduli dengan barang-barangku yang sudah masuk pesawat, aku menerobos keluar. Masih ada beberapa menit jika aku masih ingin mengejar keberangkatanku. Tetapi persetan dengan Amerika! Nyawa mamaku lebih penting!
Mataku melihat ke segala arah, mencari jejak mama. Dia cepat sekali perginya. Baru saja dia melemparkan senyum terakhirnya itu padaku di sana, sekarang dia sudah tidak ada. Panik menguasaiku, gemetaran aku menggenggam handphoneku yang tidak jadi kumatikan. Dua pilihan muncul dalam kepalaku, menelepon mama untuk menyuruhnya sembunyi atau... Menelepon Joshua.
Jika aku bisa menghentikan Joshua, mama tidak perlu panik dan bermain kejar-kejaran dengan Joshua. Sungguh, beban mama sudah berat, aku tidak mau membuatnya semakin stres.
Tapi, bagaimana jika aku tidak bisa menghentikan Joshua?