Baixar aplicativo
71.95% My Possessive Brother / Chapter 59: Bab 59. Broken Wing

Capítulo 59: Bab 59. Broken Wing

Suasana malam yang dingin, seolah tidak menyurutkan semangat para kaum muda untuk terus melanjutkan pesta mereka, malam yang semakin larut dengan malam yang mulai turun hujan, seolah mengundang mereka untuk memasuki Clup malam ternama untuk menghangatkan tubuh mereka, walaupun ada diantaranya yang memilih untuk segera pulang dengan perasaan yang mengebu, seperti seorang lelaki tampan kita yang sedang terus-terusan mencium setiap lekuk wajah gadisnya.

"kak" rengekan seorang gadis yang terus dicumbu oleh pria yang dipanggil kakak itu, memenuhi setiap sudut ruang tengah di kediaman wilshon.

"aku menginginkanmu sayang" bagaikan kesetanan, Alex terus melayangkan ciuman bertubi-tubi pada lekukan leher Lexsa yang membuatnya terus mendesah nikmat.

"kak ini salah" seolah tuli, Alex menutup rapat-rapat telinganya mendengar protesan dari gadisnya dan memilih membungkam Alexsa dengan bibirnya.

Keadaan rumah yang sepi semakin mendukung kegiatan mereka , tanpa pikir panjang , Alex segera mendudukkan dirinya diatas sofa disana, dan memaksa Lexsa untuk duduk diatas pangkuannya.

"emmmmhh" suara lenguhan sexy itu terus terdengar, saat tangan jail Alex mulai meremas pelan payudaranya dari luar.

"kamu sexy' ucap Alex disela sela ciumannya.

"kakkkk" Alex semakin menggila saat Lexsa mendesah nikmat memanggilnya. Dengan liarnya dia mencium bibir Lexsa dan semakin beringas bermain dengan dada Lexsa. Lexsa semakin mendesah, sepertinya dia tidak bisa lagi menahan lelaki ini seperti biasanya dia lakukan

Pranggggg

Lexsa memekik tertahan, namun kali ini bukan pekikan nikmat seperti yang dia lakukan tadi melainkan pekikan terkejut mendengar benda jatuh tak jauh di depan mereka

Alex membuka mulutnya hendak memaki siapa saja yang sudah mengganggu kegiatan panasnya dengan adiknya, tapi sayang bukannya orang yang menjatuhkan barang itu yang harus terkejut melainkan dia sendiri

Mommy Daddy

"ALEX LEXSA APA YANG KALIAN LAKUKAN" Alex mencoba tersenyum dan menjelaskan ke orang tua mereka kalau yang mereka lihat ini hanyalah sebuah kesalah pahaman, atau pura-pura bertengkar dengan Lexsa seperti biasanya.

Tapi rasanya itu akan sia-sia saja, ini bukan saatnya untuk bercanda. Posisi mereka sudah bisa menjelaskan semuanya. Alex mengusab punggung adiknya yang masih berada di atas pangkuannya. Saat dirasanya adiknya bergetar ketakutan

" mommy Dady" Lexsa menatap takut,walaupun kakaknya terus mengusab pelan punggungnya mencoba menenangkan tapi entah mengapa rasanya kakinya membeku sampai dia tidak bisa beranjak bangun dari pangkuan kakaknya. Sampai akhirnya lengan kekar daddynya menyadarkannya

"Lexsa apa yang kalian lakukan" Lexsa terhentak dan hampir terjatuh saat tangan kekar Daddynya menariknya memisahkannya dari kakaknya.

Lexsa menutup mata mencoba menenangkan diri, karena dia tahu dia harus menghadapi semua ini, dan dia harus kuat untuk kakaknya dan dirinya. Akhirnya hari ini tiba, hari dimana dia akan melihat tatapan kecewa di mata orang tuanya, tanpa sadar Lexsa mengusab pipinya menghapus air mata yang entah sejak kapan sudah mengalir membentuk jalan menuju pipinya, semakin menyadarkannya kalau ini bukan mimpi

"Dady " Robet menatap marah, menatap penuh kekecewaan lelaki yang baru saja memanggilnya Dady

"apa ini cara mu menjaga adikmu, dengan memasukkan lidahmu kedalam mulutnya" Akhirnya tangisan Lexsa pecah dalam pelukan momynya, dia menatap bingung wanita yang sedang memeluknya seolah menenangkannya. Bukannya seharusnya wanita ini kecewa padanya tapi kenapa hanya kakaknya saja yang menerima amukan dan tatapan kebencian itu, bahkan daddynya masih menatapnya lembut. Kenapa. Seharusnya dia juga dimarahi. Seharusnya dia di maki saja, seperti dadynya yang sedang memarahi dan memaki kakaknya

"jangan salahkan kak Alex dad" Lexsa menatap takut saat tangan robet hampir mendarat di wajah kakaknya.

PLAKKK

Tapi sayang dia terlambat, Lexsa menatap perih saat kakaknya Alex menyentuh pipinya yang memerah karena tamparan Robet, bahkan sudut bibirnya pun kini sobek. Lexsa meronta minta dilepaskan, dia harus segera menghapus darah di sudut bibir kakaknya. Kakaknya tidak boleh dilukai, bahkan cedera di lengan kakaknya baru saja sembuh, dadynya tidak boleh memukul kakaknya.

Tidak boleh

"dady aku_ akuuu" Alex kehilangan kata-katanya dia tidak tahu apa yang harus dia katakan sekarang, saat melihat tatapan penuh kekecewaan dimata Robert. Alex menatap Lexsa yang berusah melepaskan diri dari pelukan Robecha. Gadis itu terluka, Alex bisa melihat itu, gadisnya khawatir, dia tahu itu

"bawa Lexsa pergi" Alex menatap marah, Dadynya membentak adiknya, cukup sudah, dia tidak akan membiarkan ini hilang sudah ketakutannya saat melihat robet membentak Lexsa, sampai gadis itu terkejut dan semakin menangis.

"jangan membentak Lexsa" Robet menatap merendahkan mendengar suara Alex yang mulai meninggi, Robet semakin mendekati Alex yang berusaha mengendalikan amarahnya dengan tangan terkepal erat disisi kanan dan kiri tubuhnya

"apa hak mu, bahkan aku bisa saja berbuat lebih dari itu" Lexsa menahan tangan Robecha yang hendak membawanya pergi, Dady nya pasti akan menghajar kakaknya. Ini tidak boleh terjadi,

"Dady Lexsa mohon jangan sakiti kak Alex. "Robech menatap marah, dia merasa kecewa. Kedua anaknya telah membuatnya kecewa

"sudah ku bilang masuk" dengan emosi yang sudah meledak, robet mendorong Lexsa kasar sampai gadis itu terjatuh dan mengenai pecahan gelas yang dijatuhkan Robecha tadi, tanpa bisa ditahan, darah segar segera merembas keluar mengenai lantai

"dady keterlaluan, "Alex berteriak marah, sambil berusaha menggapai Lexsa. Tapi sayang dia kurang cepat. Satu tendangan telak di kakinya berhasil menghentikan langkahnya

Lexsa menjerit tertahan, dadynya keterlaluan, tanpa peduli dengan luka ditangannya Lexsa berusaha bangun dan menghampiri Alex yang sedang meringis kesakitan. Tapi sayang dia kurang cepat, momynya kembali menahannya

"demi tuhan kalian saudara" ucap Robecha tanpa sadar kalau itu semakin membuka luka di hati Lexsa, yang berusa melupakan fakta tersebut. Fakta yang membentuk tembok diantara mereka.

Robert menatap penuh penyesalan pada gadis kecilnya, tapi ini harus di hentikan, dan putranya harus diberi pelajaran

"jangan sakiti Lexsa, kau tidak punya hak atasnya. " Robech berdecih pelah, menatap meremehkan kepada putranya yang berusaha bangun menahan nyeri di kakinya.

"aku punya hak atas kalian" ucap Robert sebelum melayanggkan satu tendangan tepat mengenai perut Alex, hingga menyebabkan lelaki itu terbatuk-batuk perih.

Lexsa menatap sedih, dia sudah menyakiti dadynya dan kakaknya. Rasanya dia ingin berlari dan memeluk lelaki itu yang sedang menahan nyeri di perut dan kakinya. Tapi lagi-lagi momynya seolah menahannya.. wanita itu membenci kakaknya. Apakah itu benar

"lepas mom, aku harus menghentikan Dady,, kak Alex kesakitan, cedera di kakinya baru saja sembuh. Aku mohon" Robecha sesaat terkejut, dia sudah melewatkan banyak hal, bahkan dia tidak tahu tentang cedera yang dialami putranya. Apa karena basket atau karena hal lain.

"aku akan membawa Lexsa pergi dari sini jauh dari orang-orang yang ingin memisahkan kami.. aku mencintainya AKU MENCINTAINYA" Alex berteriak marah, sambil berusa berdiri dan menatap penuh kebencian kearah lelaki yang selama ini di panggilnya dady. Dadynya ingin memisahkan mereka. Dia tidak akan membiarkan ini.

"apa kau bilang. Hah.. " Robect menatap meremehkan satu tangannya kembali dia layangkan, kali ini dia kembali meninju wajah Alex sampai Alex terjatuh dan membentur meja kaca yang menyebabkan kepalanya berdarah.

Lexsa menjerit histeris, dengan cepat dia berlari kearah kakaknya, walaupun momynya kemabli menahanya."dady hentikan" Robect menatap marah, gadis kecilnya sudah berani meninggikan suara atasnya.

"Lexsa masuk kamar kamu sekarang!!" Alex menatap marah, dadynya kembali berteriak kearah Lexsa, Lexsa yang masih berusaha menetralisir keterkejutannya tidak bisa melawan saat kali ini momynyya menahannya dengan sangat kuat

Alex mengelengkan kepala berkali-kali berubahasa agar tetap sadar, dan kembali membalas ucapan robet

"Aku mencintainya, dia hanya milikku. Jangan Membentanya" Balasnya berusaha menghilangkan rasa pening di kepalanya yang semakin banyak mengeluarkan darah itu. dan semakin mengikis kesadarannya

Lexsa semakin menangis melihat apa yang terjadi. Lelaki yang dicintainya sedang mengerang kesakitan disana, dia ingin menghentikan kedua lelaki itu, tapi tangan momynya yang masih menahannya membuat nya hanya bisa menangis, kenapa semuannya jadi serumit ini.

" dia adikmu, dia saudaramu, apa kau gila hah" seperti kesetanan, robet terus menendang Alex yang sudah tidak berdaya menahan rasa pening dikepalanya dan rasa nyeri di perut dan kakinya yang kembali di tentang oleh robet. Kakinya yang pernah cedera itu semakin sakit akibat tendangan Robect yang sedang kesetanan

"aku mencintainya, dia bukan adikku" Alex terus mengucapkan kata-kata itu seolah ingin menyulut kemarahan robet.

" pergi kau dari sini, pergi ..."seolah semuanya hancur, seolah dunianya runtuh. Lexsa menatap tak percaya, dadynya mengusir kakaknya , mengusir putra kesayangannya, dia menatap Robecha meminta bantuan, tapi sayang itu rasanya sia-sia, dia tidak bisa melakukan apa-apa, wanita yang sedari tadi mendekapnya kini tak jauh berbeda daarinya, mereka hancur.

"aku akan membawanya" Alex berusaha bangun, berusaha berdiri, walaupun berkali kali dia kembali terjatuh lagi dan lagi.

Robect menatap marah, dengan kasar dia menarik tangan Alex tanpa peduli lelaki itu yang berulang kali kembali terjatuh saat berusaha bangun saat di seret paksa olehnya.

"jangan pernah bermimpi untuk kembali kesini dan berniat membawa lexsa pergi dari sini' dengan kasar Robec menghempaskan tubuh lemah Alex ke lantai, sampai kepalanya kembali terbentur dengan lantai teras rummahnya.

Darah segar kembali mengalir, rasa pening dikepalanya kembali menyerang. Dia harus berdiri, dia harus membawa pergi gadisnya dari sini, dia tidak mau Dady nya menyakiti gadisnya.

"jangan sakiti Lexsa" ucap Alex lemah, tapi masih bisa ditangkap indra pendengaran Robert yanng masih berdiri menatap penuh kebencian kearah nya

Lexsa sudah tidak tahan lagi. Walaupun mereka salah, tapi dia tidak akan membiarkan dadynya membunuh kakaknya. Tidak akan.

"kamu mau kemana" Robecha menatap penuh tanya saat melihat Lexsa bangun dan menghempaskan tangannya kasar

"kak Alex bisa mati my , dady jahat, demi tuhan kak Alex pernah cedera, kalian menyakiti nya" ucap Lexsa sambil terus menatap lurus kedepan dimana kakaknya yang berulang kali berusaha bangun namun kembali terjatuh,

"dady hentikan" teriak Lexsa saat melihat Robert yang kembali ingin menendang Alex yang sudah berlumuran darah. Bahkan darah yang keluar dari kepalanya yang terluka, sudah mengotori baju dan lantai. Apa dadynya tidak melihat itu

"kembali kedalam Lexsa" Alex tersenyum tulus saat melihat gadisnya mulai mendekat kearahnya. Dia kembali berusaha bangun dia harus membawa gadisnya pergi dari sini. Harus,.

" masuk Lexsa, masuk. Jangan sampai Dady berbuat kasar" Alex kembali emosi, dia tidak peduli dengan rasa pening yang semakin mengikis kesadarannya.

" Dady bisa membunuh kak Alex.. dia sudah terluka, Dady jahat" Lexsa berteriak nyaring, saat melihat seberapa banyak darah kakaknya yang sudah berlumuran di lantai.

"masuk Lexsa, masukk!!!" Robect menatap marah, Alex berusaha berjalan walaupun sesekali terjatuh lagi, dia harus membawa Lexsa pergi, dadynya akan menyakiti Lexsa, dia harus cepat

"Tidakkk" bantah Alexsa lantang. Robect menatap geram, pelan tapi pasti tangan nya mulai mulai melayang diudara, Alexsa menutup matanya takut, menunggu tangan besar itu mendarat di pipinya

"jangan sakiti Lexsa, jangan"

Plaakk

Lexsa menutup matanya rapat, suara kakaknya terdengar lemah beriringan dengan suara tamparan itu, tapi kenapa rasanya tidak sakit

"Alexx" momy? Lexsa mebuka pelan matanya saat mendengar suara momynya yang berteriak nyaring memanggil kakaknya. Ada apa, kenapa momynya berteriak sekarang.. tapi kenapa tadi wanita itu hanya diam saja, tapi kenapa sekarang wanita itu berteriak pilu, ada apa. Lexsa menatap tangan siapa yang menyentuh kakinya, disana .. Alex kakaknya

"kakak.." rasanya dunianya hancur,, seolah lututnya lemas, Alexa meluruh dilantai , di depannya terbaring tubuh kakaknya yang bersimpah darah. Darah yang keluar dari kepalanya belum berhenti keluar, dan sekaran sudut bibir kakaknya juga muulai mengeluaran darah lagi.

"kakak kakak bangunnn.. kakak" Lexsa berusaha membangukan lelaki di depannya.

"HIIkkk, kakak bangun,,, " tapi tetap tidak ada respon yang bearti

"dady" Lexsa menatap tak percaya lelaki yang selalu di panggilnya dady sekarang sudah membunuh kakaknya..

" tolong,, tolongg, tolong kakakku, dia dia. Tolongg" Lexsa berucap miris seolah tak mampu lagi untuk berteriiak..

"Robect " Robecha berteriak nyaring, seolah baru tersadar , Robech segera berjongkong memeriksa keadaan putranya.

"ini." Robech menatap tak percaya ulah tangannya, dia sudah membuat putranya terluka parah

Lexsa menatap miris, rasa pening mulai mengusainya, seolah kesadarannya mulai direngut paksa darinya.. "dady sudah membunuh kak Alex" ucapnya miris sebelum kegelapan mengambil alih kesadarannya

"Lexsa" Robecha berucap panik, kita kedua anaknya dalam keadaan pinsan,

"bawa dia kerumah sakit,, cepat" Robecha kembali terisak. Seolah baru tersadar, Robech segera mengangkat tubuh lemah Alex dan Alexsa dan membawanya kerumah sakit.

"Maafkan momy sayang,maaf" Becha terus meminta maaf sambil terus mengelus kepala Lexsa dan sesekali melihat keadaan Alex yang bahkan darahnya masih belum mau berhenti

Robet menatap penuh penyesalah, dengan apa yang dia lakukan, bisa-bisanya dia dikuasai emosi, danhampir membunuh anaknya. Tapi mungkin memang ini yang terbaik, Alex harus dijauhi dari Alexsa.

Mereka harus dipisahkan. harus

****


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C59
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login