Hagin segera mengikuti Buya yang terlihat sangat bersemangat untuk menguasai kelas 1-C, dia setuju dengan ide yang Buya katakan. Tentu saja dia mengikuti Buya bukan karena terpaksa, namun dia memikirkannya dengan matang dan merasa apa yang mereka lakukan ini cukup bermanfaat untuk dirinya di lingkungan yang terus terlibat dengan perkelahian.
Pada saat mereka berdua masuk ke dalam kelas, mereka melihat beberapa siswa sedang bergulat, dan pmereka saling beradu pukulan serta saling membanting. Hagin dan Buya yang masih berada di pintu kelas hanya menonton perkelahian itu dengan senyuman masam. Awalnya hanya dua orang saja namun lambat laut perkelahian itu makin membesar, dimulai dengan seorang siswa yang berada di balik meja mendapat sebuah pukulan acak dari salah satu siswa yang bergulat.
Dimulai oleh satu orang saja dan hal itu semakin melebar, akhirnya satu kelas ikut dalam pertarungan itu, tampak seperti ada sebuah pemantapan posisi untuk penguasa kelas. Melihat kekacauan yang semakin menjadi-jadi di kelasnya, Hagin dan Buya pun ikut terseret di dalamnya setelah beberapa orang berlari ke arah mereka sambil mengayunkan sebuah kursi.
Sebuah tinju yang cepat menghantam siswa yang membawa kursi itu, tinju yang amat kuat itu mengirim siswa yang membawa kursi ke dalam mimpi buruk. Sosok yang melayangkan tinju itu ialah Hagin, lantas dirinya terjun ke dalam pertarungan kelas di dampingi Buya. Hagin tidak hanya kuat tapi juga cepat, setiap serangannya selalu membuat siswa jatuh tak berdaya, dari tinju ataupun sepakan kakinya mengirim setiap siswa ke dalam mimpi buruk.
Dua pria jatuh dan merasakan kasarnya lantai begitu mereka menerima tendangan darj Hagin. Setelah menjatuhkan dua pria, Hagin melanjutkannya dengan mengirim beberapa tinju ke pria yang datang ke arahnya. Tidak hanya dari arah depan saja, Hagin juga merasakan adanya bahaya dari balik punggungnya, saat Hagin hendak berbalik dan mengacaukan pria yang hendak memberikan serangan menyelinap, dia mendengar suara yang akrab.
"Lawanmu di depan Bro, punggungmu akan aman di tanganku," seru Buya sambil melompat dan menendang pria yang berlari ke arah Hagin. Tidak sampai di situ saja, Buya mengayunkan kedua tinjunya dan memberikan serangan kombinasi beruntun yang mengarah ke kepala dan perut pria itu.
Hagin tersenyum saat membuat lawannya jatuh terbaring di lantai dan memukul wajahnya tiga kali beruntun. "Pastinya... aku bisa tenang dengan adanya dirimu, Bro." Setelah berkata seperti itu Hagin melanjutkan serangannya, dia berlari dan menghajar pria lainnya, tak satu pun pria yang lewat dark serangannya ketika mereka mencoba untuk bermain-main dengan dirinya.
Dengan kecepatan yang cepat, Hagin mengayunkan tinjunya, dia terus mengirim pria jatuh masuk ke dalam rasa sakit yang menyakitkan. Dia melangkahi banyak pria, setiap kali tinjunya berayun akan selalu membuka jalan baginya. Pertarungan di dalam kelas semakin sengit setelah banyak dari siswa yang berjatuhan dan merintih kesakitan.
Jalan yang terus terbuka itu akhirnya mempertemukan Hagin dengan beberapa pria yang memiliki kemampuan bertarung di atas rata-rata. Hagin mengubah kuda-kudanya dan dia bersiap untuk bertarung dengan mereka, matanya terus tertuju pada mereka seraya mengawasinya, dengan tenang Hagin terus menunggu mereka untuk mengambil inisiatif.
Buya masih berjibaku dengan beberapa pria yang mampu meladeninya, dia cukup tangguh karena melawan tiga pria sekaligus. Keringat menetes di wajahnya ketika Buya menghadapi ketiga orang tersebut, tinjunya yang kuat nan cepat terus memberikan kerusakan pada lawannya, langkahnya yang stabil namun memiliki kecepatan yang bagus membantu Buya untuk menghindari serangan lawannya.
Hagin tetap menanti serangan lawannya meskipun mereka belum mengambil gerakan dalam waktu yang lama, mereka hanya mengawasi Hagin dan mengawasinya. Salah satu dari mereka mulai habis kesabarannya dan melancarkan sebuah serangan berupa tendangan yang teramat cepat, dia melompat lantas memutar tubuhnya di udara lalu mengeluarkan tendangannya.
Serangan itu tidak dapat Hagin tangkis sehingga dia menghindarinya dengan melangkah ke samping lalu dengan kecepatannya, dia mengirim sebuah tinju yang dengan telak membuat pria yang menyerangnya jatuh dan bersimpuh di lantai. Hagin mengarahkan pandangannya pada sisa lawannya, dia sedikit melotot dan aura di tubuhnya mencekik mereka berdua.
Tanpa pikir panjang Hagin lari, dia menggunakan tendangannya untuk merobohkan kedua pria tersebut namun Hagin belum selesai, dia melanjutkan serangannya dengan beberapa kombo tinjunya.
Begitu ketiga pria roboh, sisa siswa di dalam kelas semakin menipis dan hanya tersisa beberapa siswa saja. Hagin mengalihkan pandangannya dan melihat Buya yang berhasil mengalahkan lawan terakhirnya.
Mereka berdua mengarahkan matanya pada siswa yang masih bisa bertahan di kelas, lantas mereka berteriak dengan keras dan memulai pertarungan terakhir. Melawan enam siswa Hagin dan Buya berbagi lawan, mereka saling menghadapi tiga siswa. Hagin sama sekali tidak menunjukkan belas kasihan, tinjunya yang sangat kuat merontokkan gigi salah satu siswa dan tendangannya yang kencang memberikan kerusakan tinggi pada lawannya, lawan terakhirnya ia habisi dengan sebuah kombo tinju dan tendangan.
Begitu menyelesaikan lawannya, Hagin mengambil sebuah bangku lalu duduk sambil melihat pertarungan Buya dengan tiga siswa. Kecepatan yang dimiliki Buya berada di bawahnya namun tinjunya yang kuat akan memberikan ancaman tersendiri, Hagin tidak habis pikir mengapa Buya memperlama pertarungannya padahal dia mampu merobohkan mereka bertiga hanya dengan beberapa tinju saja.
"Kebiasaanmu ini... akan menjadi masalah suatu hari nanti, Bro. Setelah ini kau harus bisa menjadi lebih efisien lagi, jangan terlalu mengulur-ulur waktu... itu tidak menghormati lawanmu," gumam Hagin saat melihat Buya yang terus mengulur waktu sembari mengirim beberapa serangan pada lawannya.
Dengan berakhirnya pertarungan Buya maka perebutan kekuasaan kelas 1-C telah selesai dan Hagin menjadi sang pemimpin, ini dapat terjadi karena Buya tidak terlalu ingin menjadi seorang pemimpin, dia lebih senang ketika menjadi tangan kanan Hagin. Mereka berdua mulai memantapkan posisinya dan membentuk sebuah kelompok di kelas tersebut, sebuah kelompok yang nantinya akan memiliki reputasi bagus. Hagin menamai kelompok itu dengan nama HB Gang.
Hari berikutnya peresmian kelompok ini terjadi di sebuah gedung di halaman belakang sekolah, Hagin dan Buya beserta seluruh siswa kelas 1-C berada di sana, mereka saling bercengkerama sembari meminum beberapa kaleng soda, disertai dengan camilan ringan.
Hagin dan Buya berdiskusi untuk merencanakan pengambilalihan kelas lain, mereka berdua berdebat dengan seru, Hagin tidak ingin terlalu cepat menelan kekuatan lain dan lebih memilih untuk memantapkan posisinya terlebih dahulu sedangkan Buya merasa jika ini adalah waktu yang sangat tepat untuk menyerang kelas lain apalagi pertempuran di kelas dua masih berlangsung dengan sengit dan semakin alot.