Baixar aplicativo
66.66% BECAREFUL / Chapter 14: Jawaban tertolak

Capítulo 14: Jawaban tertolak

Lelapnya jiwa yang lelah telah terjaring dari lingkungan yang basah. Hati, fikiran, mungkin terfokus pada satu masalah yang tampak, dan mengenyampingkan suatu tindakan tercepat melawan kasta.

"Nak, sudah sampai di depan sekolah"

"Oh ya, makasih banyak pak. Saya berangkat dulu" . Akupun turun dari mobil lalu berjalan memasuki gerbang sekolah. Fikiranku masih sama, yaitu memikirkan kejadian kemarin ketika pulang sekolah. Terlihat pak Jono sedang membersihkan halaman sekolah. Akupun tersenyum dan mencoba menyapanya, namun seperti tidak biasanya. Kenapa dengan wajah pak Jono begitu masam melihatku? Namun akupun berfikir sejenak apa ada yang salah denganku? aku mencoba berfikir positif kembali, mungkin penglihatan ku yang salah, atau mood Pak Jono sedang tidak bagus.

Tak membutuhkan waktu yang lama untuk sampai di kelas.

"Hai Ci, tumben siang" ucap Ratih.

"Iya, aku lagi gak enak badan" jawabku.

"Hei teman teman laporan fisika kemarin dikumpulkan ya di depan meja guru" ucap Novi sambil teriak.

"Tumben, ibu negara gercep" tambah Santi meledek Novi.

"Lo tau gimana galaknya gimana kalau kita ngumpulin telat." tambah Novi.

"Vi, jangan dulu di kumpulin ya, gue belum ngeprint. Gue ke depan dulu mau nge print" ucap Diki.

"Iya"jawab Novi.

"Dik, gua titip beli pulpen ya" tambah Sandi.

"Oke" jawab Sandi

Suasana dikelas pun ramai hari menunjukkan pukul 06.35 WIB. Semua teman temanku terlihat sibuk dengan kegiatan nya masing masing.

"Ci, jangan melamun terus" ucap Syifa mendekati mejaku.

"Oh, hai Syif. Kelihatan?" tanyaku

"Banget, oh ya, Lo sehat kan?" tanya Syifa

"Sehat kok" ucapku sambil ragu.

"Sekarang jadi latihan pulang sekolah?" tanya Syifa

"Jadi, aku udah siapin alat alatnya". jawabku.

"Oh ya, satu hal, kalau Lo butuh bantuan. Kasih tau gue" tawar Syifa.

"Oke makasih Syif". jawabku. Tak lama Syifa pun pergi ke tempat duduknya.

Ku lihat Syifa dan Santi melirik ke arahku. Apa ada yang salah denganku hari ini? Mengapa Syifa terlihat marah ketika melihat kearahku. Akupun berpura pura untuk tidak melihat mereka, lalu mengumpulkan tugas Laporan Fisika ke depan meja guru.

Bel masuk pun berbunyi, terlihat Diki lari lari ke arahku dan hampir mau menabrak

"Awass" teriak Diki sambil berlari dan berhenti mendadak begitu saja.

"Sreeet" tanganku ditarik Sandi ke pinggir sehingga tak jadi bertabrakan dengan Diki.

"Oppss sorry" ucap Sandi berlari ternwngah engah dan berhenti dihadapanku.

"Gak usah lari lari juga" ucap Sandi dengan ketus.

"Gue kan takut kesiangan, karena bel masuk sudah berbunyi" jelas Diki.

"Lo PMS San? Citra aja yang mau gue tabrak dia nyantei, nah Lo sewot kaya emak emak yang kehilangan jemuran nya. Nih pulpen titipan Lo" ucap Diki menjelaskan.

"Makasih" ucap Sandi.

Akupun hanya tertawa melihat interaksi Sandi dan Diki.

"Awas minggir, gue mau ngumpulin tugas" ucap Diki sambil menyingkirkan badan Sandi yang menghalanginya. Sandipun menarik tanganku dan membiarkanku duduk di kursi terdekat.

"Kamu gak apapa?" tanya Sandi khawatir.

"Gak apapa" jawabku

"Syukurlah"

"Jangan terlalu khawatir, aku baik baik aja"

"Oke. Udah sarapan? aku bawa Roti kesukaan kamu. Aku bawain ya, aku udah bikin dan bawa di rumah. " ujar Sandi.

"Boleh boleh" jawabku antusias. Sandi pun mengambil bekal roti di dalam tasnya. Lalu Akupun dan Sandi mamakan roti tersebut bersama.

Tak lama kemudian kami mulai belajar seperti biasanya.

"Anak-anak ada yang tidak hadir hari ini?"

"Hadir semua pak"

"Baiklah kita mulai mata pelajaran ekonomi syariah untuk hari ini. Silahkan buka buku paket halaman 113"

Tak lama kemudian kami bercanda, karena Pak Satrio sedang bercerita. Namun secara tiba tiba Syifa mengajukan pertanyaan.

"Pak, kalau toilet putra mau di bongkar, tapi bau tak sedap itu masih tetap ada. Apa ruangan yang berpintu biru itu sebaiknya di bongkar juga? dan memanfaatkan ruangan itu untuk yang lainnya.

"Oh itu cuma gudang biasa, gak ada pengaruh buat penataan ruang baru" ucap Pak Satrio panik.

"Justru gudang itu bisa dijadikan ruangatau tempat yang bermanfaat" ucap Diki menambahkan.

Akupun tertarik dengan pembicaraan mereka

"Pak kenapa di pintu tersebut ada tulisan 'Dilarang masuk, jika kalian masuk hanya Tuhan yang tau' apa maksud tulisan tersebut pak?" Tanyaku antusias.

"Oh iya itu bukan apa apa. Anak anak, hari ini bapak cukupkan sampai disini saja, dikarenakan 3 menit lagi bel istirahat akan berbunyi" ucap Pak Satrio sambil meninggalkan kelas kami secara tergesa gesa.

'Apa ucapanku salah?' gumamku dalam hati.

Bel istirahat pun berbunyi. Kami pun beristirahat dan makan dikantin seperti biasa, "Andre?"

"Hai Ci? kamu sendirian?"

"Aku bareng sama temanku di meja sebelah sana" jawabku.

"Gue boleh gabung?" tanya Andre

"Mejanya penuh" ucap Sandi yang datang secara tiba tiba di arah sampingku, sambil menarik tanganku ke meja yang sudah dipesan.

"Dre, aku duluan" teriakku dari kejauhan. Andrepun mengangguk mengiyakan.

"Kamu kenapa San?" tanyaku sedikit kesal.

"Gak apapa, ayo duduk. Aku jemput karena kamu kelamaan ngantri pesen makanan" jawab Sandi dengan nada cuek. Suasana pun canggung, Aku, Sandi dan teman temanku makan bersama di kantin. Tak terasa hari semakin siang, tak lama terdengar bel pulang berbunyi.

"Temen temen, hari ini aku gak bakalan ikut latihan full. Karena ada les renang" ucap Santi.

"Oke" jawabku.

"Kamu ada lomba Ti?" tanya Novi.

"Perlombaan nya sebulan lagi, tapi gue harus latihan tiap hari" ucap Santi sambil memelas.

"Semangat latihan nya" ucap Novi.

"Jangan lupa traktiran dan kita party kalau Lo menang tingkat provinsi" tambah Ana samhil tertawa.

"Kali ini gue setuju sama Ana" ucap Ratih bersemangat.

"Apa aku harus menyetujui pendapat Ana juga?" tanyaku sambil bercanda.

Semua orangpun tertawa..

"Ci, ayo latihan keburu sore" ucap Syifa.

"Ayo" jawabku bersemangat.

Latihan pun berjalan dengan lancar, kamipun pulang dengan tepat waktu.

(Keesokan harinya)

Pagi ini terlihat semua anak kelas sudah berada di lapangan untuk mengikuti mata pelajaran olahraga beserta prakteknya. Hari ini kami akan belajar tentang bola basket, yang mana setiap orangnya kami di tuntut harus bisa mendribble bola basket.

"Mau aku ajarin?" tawar Sandi

"Modus lu". Ujar Diki sambil berteriak. Tak lama kemudian Dikipun dihadiahi lemparan bola basket oleh Sandi.

"Gue yakin cuma ke Citra doang,Sandi menawarkan diri buat ngajarin basket" tambah Ana sambil merangkul bahuku.

"Eh Lo bilang aja sirik, iya kan Ci?" ucap Ratih becanda sambil memelukku dari belakang.

Sesekali Akupun tersenyum melirik Sandi. Begitu pula sebaliknya, Sandipun tersenyum sambil melirikku.

"Udah udah, Lo semua bikin salting mereka, lihat tuh wajah mereka merah semua gara gara kalian godain" ucap Novi sambil menunjuk Sandi dan Aku.

"Siatuasi macam apa ini? apakah hanya aku yang merasa tidak nyaman?" ucap Santi sambil tertawa.

"Eh itu bukannya Syifa? Syif, ayo kesini gabung sama kami" ucap Novi berteriak memanggil Syifa.

"Ayo sini gabung gabung" ujar Santi bersemangat.

"Buruan Syif, kita bully dua jiwa yang sedang kasmaran ini" tambah Ana

Syifa pun mengangguk tersenyum, sambil menghampiri kami semua.

"Sini duduk Syif dekat gue, biar Citra yang duduknya pindah. Kan dia ada pawangnya" ucap Ratih sambil tertawa. Semua orangpun heboh, dan menyeretku ke arah Sandi. Sandipun hanya bisa tertawa melihat perlakuan sahabat sahabatku. Dengan secara terpaksa, Akupun pindah tempat duduk dan sekarang duduk bersama Sandi.

"San, gue duduk disana ya" ujar Diki sambil meninggalkan kami berdua lalu tersenyum kearah Sandi.

"Anak anak, hari ini kita akan belajar basket, cari pasangan kalian, kalau sudah ketemu. Ayo kita mulai olahraga ini." Akhirnya akupun berpasangan dengan Sandi, Ratih dengan Ana, Santi dengan Syifa, Novi dengan Diki, dan diikuti oleh pasangan lainnya. Kamipun berolahraga dengan bersemangat.

"Anak anak, olahraga hari ini dicukupkan sampai disini. Jangan lupa pulang sekolah langsung pergi ke kolam renang".

"Baik pak" jawab aku dan temana temanku serempak.

Bel pulang pun berbunyi. Aku dan teman temanku langsung pergi ke kolam renang.

"Ci, kalau udah selesai renang, telepon aku ya, aku nunggu di kantin" ucap Sandi.

"Oke. aku duluan ya" balasku sambil tersenyum. Aku dan Sandi berpisah, kami bersiap siap untuk memasuki area kolam renang yang sudah disediakan, kolam renang putri berada di atas dan kolam renang putra ada di bawah.

Bapak Kuncoro selaku guru olahraga pergi ke tempat kolam renang putra terlebih dahulu untuk melakukan penilaian praktek renang. Sambil menunggu pak Kuncoro dateng ke tempat kolam renang putri, Aku, Ratih, Ana, Novi, Syifa dan teman teman siswi lainnya sudah bersiap siap di kolam renang, bahkan salah satu dari kami sudah menjeburkan diri ke kolam renang.

"Lihatlah bintang kelas kita sudah memasuki wilayah kekuasaan nya" ucap Ana menunjuk Santi.

"Ayo buruan, gue juga gak sabar pengen masuk ke kolam renang". ucap Ratih.

"Ayooo" ucap Novi sambil berlari dan "Byurrr" Novipun sudah mendahului mereka untuk masuk ke kolam renang. Semua orangpun tertawa dan bersenang senang di kolam renang.

"Syif, ayo turun" ajakku yang sudah masuk ke kolam renang.

"Oke Ci, tapi aku mau ngabisin dulu roti ini, soalnya laper" ucap Syifa sambil cemas dan gemas seperti orang yang kelaparan.

"Oke, aku duluan ya" ucapku

"Oke" jawab Syifa.

Semua orang tampak bersemangat untuk berenang. Sesekali Akupun tersenyum dan menyemangat Santi yang sedang serius latiha renang.

"Ana, jangan bercanda deh" ucapku sambil menoleh ke belakang. Aku merasakan jariku dipegang sesekali.

"Apa Ci?" ucap Ana berteriak di depanku.

"Lo gak apapa Ci?" tanya Novi.

"Gak apapa" Akupun tersenyum sambil kebingungan.

"Ci ayo kesini" ucap Ratih berteriak jauh dari depanku. Akupun sesekali melanjutkan aktivitas renangku, walau sebenarnya aku gak bisa renang, aku cuma bisa main air.

"Buk buk buk" suara seperti gelembung air terdengar jelas.

"Grep" jari telapak tanganku kembali disentuh didalam air aku mencoba menangkap tangan jail itu,

"Grep" ketiga kalinya tangan kecil itu menyentuh telapak tanganku, lalu aku menggenggamnya.

"Akhirnya aku menangkap tangan jail itu, sambil mengangkat tanganku keatas dua duanya, namun anehnya Akupun tak menggenggam tangan siapapun. Namun tiba tiba kakiku terasa ada yang narik dari bawah, menyebabkan ku jatuh terpeleset, kemudian tenggelam dengan tangan melambai keatas. Aku mencoba bangun dan berdiri, namun sesekali wajahku muncul keatas permukaan kemudian kembali lagi ke dasar air, sedikit terdengar Syifa berteriak menyebut namaku

"Citra"

Dalam kolam renang, mataku tertutup, dan aku masih mengingat dan mencoba memberontak lalu berdiri. Namun sepertinya kakiku diseret jauh ke kolam renang yang kedalamannya 3 meter.

'aku bersumpah dalam hati, jika dia seorang manusia. Ini adalah candaan yang tidak lucu'

"bukbukbuk" aku mencoba mengatur nafasku di air, sesekali aku memberanikan diri membuka mataku untuk melihat siapa yang menyeret kakiku. Kubuka perlahan mataku, dan aku melihat sesosok makhluk kecil hitam memegang kakiku, aku mencoba memberontak, sayang lagi lagi ditarik kebawah dan tenggelam kembali.

"bukbukbukbuk" suara gelembung air dari arah pernafasan ku. Kakiku kram, kemudian aku lemas, dan aku mencoba sadar tenagaku sampai akhirnya seseorang yang aku ken datang menghampiri ku dan membantuku.

Dilain waktu..

Dipinggir kolam renang Syifa berteriak.

"Citra, tolong Citra".

"Dimana?" ucap Ratih sambil panik dan menangis.

"Teakhir aku lihat dia ada di tengah kolam sebelah sana"

"Gue coba cari dulu" ucap Santi sambil panik.

"Gue coba ikut nyari disekitar sini" tambah Novi.

"Ra, Lo harus tenang" ucap Ana sambil memeluk dan Ratih.

"Itu Santi, ayo cepet cepet kenpinggirkan. Tolong bantu gue" ucap Syifa.

"Ci, bangun" ucap Ratih panik.

"Oho oho oho" Akupun terbatuk

"Akhirnya Lo sadar" tambah Santi sambil memelukku. Tak lama kemudian Pak Kuncoro datang untuk mengabsen kehadiran para siswi yang masuk dan mengikuti praktek renang.

"Anak anak ada apa ini kalian berkerumun"

"Citra hampir tenggelam pak" sahut Ana.

"Yaampun ayo amankan, mari di pinggir.

Pada akhirnya aku tidak mengikuti praktek renang. Akupun mengaganti bajuku, lalu istirahat di tempat duduk pinggir kolam.

Praktek renang pun beres, semua orang panik dan berlari kearahku, sesekali ada yang pamit pulang ada juga yang menunggu berharap mendapatkan penjelasan yang lengkap.

"Gue bener bener gak tau, kalau akhirnya dia bertindak sejauh ini sama Citra" ucap Syifa

"Gue bener bener berterimakasih sama Lo karena Lo udah memperingati gue buat jaga Citra."nucal Santi.

"Apa Lo tau ini bakalan terjadi?" tanya Ratih menyelidiki Syifa.

"Ya, gue gak tau kalau akhirnya bakalan kaya gini, tapi pengen coba memastikan sesuatu, gue gak menjeburkan diri ke kolam renang, hanya karena ingin memastikan bahwa Citra baik baik saja, dan dia tidak mengganggunya. Sudah dua hari Citra diikutin anak kecil" ucap Syifa. Sesekali aku mendengarkan dengan perasaan panik dan tak karuan.

"Pagi tadi, gue lihat anak kecil itu dibawah memeluk kaki Citra. Gue udah nyuruh dia pergi. Bahkan Mbah Jono pun marah, karena Anak kecil itu tidak bisa pergi dari Citra.

Anak kecil itu merupakan salah satu arwah dari anak yang ditinggalkan oleh orang tuanya, dia terjatuh, tenggelam kemudian meninggal saat terjebur di kolam renang, dia meninggal ketika dibawa ke rumah sakit. Dikarenakan jasadnya tidak ada yang mengambil, terpaksa anak tersebut dikubur dihalaman belakang Rumah Sakit, seiring berjalannya waktu, Rumah Sakit Belanda itu dijadikan sekolah dan itu sekolah yang kita tempati sekarang. Karena dia merasa terpanggil dengan lukisan yang pernah kamu buat sebelumnya akhirnya dia muncul. Anak kecil itu mengajak kamu bermain, namun tak bisa, bahkan kamu sempat menantang dia, sampai pada akhirnya diapun marah. Gue udah nyoba dan mencari tau, siapa yang menyuruh anak kecil itu menganggu kamu, namun masih belum ada jawabannya". Aku, Ratih, Ana, Santi dan Novi sangat terkejut dengan penjelasan Syifa. Hari semakin sore, aku dan teman temanku memutuskan untuk pulang, di gerbang kolam renang, kamipun berpisah.

Kulihat Sandi sedang berlari ke arahku

"Ci, Lo gak apapa?" tanya Sandi panik.

"Aku gak apapa. Mau makan dulu apa langsung pulang?"

"Pulang aja"

"Oke, nih makan dulu roti ini buat ganjel perut kamu" ucap Sandi sambil menyodorkan roti sandwich kepadaku.

"Akupun memakan roti sejenak sambil duduk"

"Nih minumnya" ucap Sandi sambil membuka Aqua botol lalu memberikannya kepadaku.

"Makasih"

"Sama sama. Ci, tunggu sebentar aku bawa dulu motor kesini"

Tak lama kemudian Sandi datang lalu kami pulang bersama.

#To be continue


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C14
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login