"Dokter Citra !" panggil salah satu perawat di pukesmas tempat Citra bekerja, "Anak-anak ngajakin makan siang bareng, Anya ulang tahun. Jadi ditraktir." Lapor perawat berkerudung ungu itu, Seraphin.
"Yaah..telat kamu mah bilang nya," Desah Citra penuh sesal, "Saya sudah janji makan siang sama suami." Ungkap nya.
"Yasudah, ajak Pak Suami nya sekalian dokter." Sambar Seraphin lagi, tidak niat serius amat namun juga tidak sekedar candaan. Ya mana tahu mau ikut sekalian.
"Hmmm.." Citra berpikir sejenak, "Emang mau makan-makan dimana, Pin? Nanti kalau suami saya mau, kami nyusul saja."
Mata Seraphin berbinar mendengar, "Semoga saja, kami di Walter Mark simpang empat itu ya dok."
Citra menggangguk paham lalu berpamitan pada Seraphin menuju ruangan nya.
Sudah hampir 1 tahun Citra bekerja sebagai dokter gigi di sebuah pukesmas kecamatan. Klinik Atta tempatnya bekerja dulu kini tidak lagi beroperasi karena pemiliknya sudah pindah domisili. Ya, Atta pindah ke Bandung ke tempat istri nya tinggal.
Kini, klinik tempat Atta dibiarkan kosong. Katanya biar kan kosong dulu sejenak, nanti mana tahu Citra mau buka praktik gigi sendiri jadi bisa terus menggunakan gedung klinik yang sudah jadi, tinggal isi peralatan ke dalam nya. mungkin tidak dalam waktu dekat ini karena masih banyak hal yang harus dibenahi apalagi dirinya baru menjadi istri. Belum juga genap setahun menikah, Ia mau banyak belajar memprioritaskan rumah tangganya. N
Oh ya, kalian ingat Ronal dan Qaira tidak? Dua sejoli itu juga ikutan pindah kerja dari klinik dan alhamdulillah kini sudah jadi perawat gigi di sebuah RSU Jakarta dengan status PNS. Keberuntungan mereka bisa punya kerjaan tetap dan cepat ditarik sebagai tenaga medis. Tak sia-sia selama ini kerja banting tulang magang pagi-siang-malam di klinik Atta. Adapun Rere, pacar nya Ronal saat itu, sudah menjadi karyawan perusahaan Kak Evan.
"Dokter Citra diajak makan siang sama anak-anak nggak?" tanya Dokter Jessita pada Citra. Dokter senior berkulit coklat eksotis berdiri berlipat tangan memandang Citra sedikit sebal.
"Hehehe…iya ada dok." Jawab Citra tersenge-senge. Bukan Ia tak tahu, selama ini dokter senior itu kurang menyukai kehadiran Citra di pukesmas itu. alasan nya karena Citra selalu mendapat perhatian lebih dari perawat, bidan dan juga beberapa dokter pukesmas lain nya. Bahkan, perawat bagian gigi juga semua perhatian dengan Citra. Jessita merasa posisi nya sebagai dokter gigi kesayangan tersingkirkan.
"Kenapa mereka ngajak kamu sih?" tanya nya sewot.
Citra meringis kecil, "Kan saya temanan sama mereka dok." Jawab Citra jujur. "Anya juga lumayan dekat dengan saya, kita - kita seumuran semua gitu Dok. Masih se-frekuensi lah." Jawab Citra santai.
"Maksud kamu saya itu udah tua makanya saya nggak diajak?" cecar Jessita galak.
Ampun ndoro. Kikik Citra dalam hati. Ia tersenyum puas saat Rasa sebal Jessita tercetak jelas di wajah senior nya itu.
Citra hendak menjawab pertanyaan dokter Jessita namun suara seorang lelaki menginterupsi perseteruan keduanya.
"Permisi!"
"Aah…cari siapa?" tanya Jessita ramah dengan mata berbinar melihat lelaki di depan nya. Mata nya menyipit sejenak lalu menutup mulutnya tanda tak percaya, "Bentar, ini Irham kan? FKG angkatan Revolution 44." Tanya Jessita sambil menyebut nama angkatan Irham saat jaman kuliah di FKG dulu.
"Eh benar, tapi siapa ya? Sorry kelupaan."
"Ya ampun Irham. Gue Jessita Christiana. Teman seangkatan lo."
Irham menggelengkan kepala nya sedikit, "Sorry ya, gue benar-benar nggak ingat lo yang mana. Gue juga sebentar di FKG soalnya." Jelasnya lalu meringis kecil.
"Hahaha.." Jessita terkekeh kecil, "Nggak apa-apa, udah lama banget kali." Selorohnya lagi. "Lo kesini ada apa?"
"Oh ini, gue mau jemput istri gue makan siang."
"Istri? Oh siapa emangnya?"
"Citra Wyonna. Dia dokter gigi juga disini, angkatan dibawah kita sih dianya."
Air muka Jessita yang tadinya ceria kini berubah datar dan muram saat mendengar nama Citra keluar dari mulut Irham. Citra lagi Citra lagi. "Oooohhh." Katanya jutek lalu beranjak pergi dari depan ruangan Dokter Gigi itu dengan perasaan dongkol.
"Kenapa sih tuh orang, aneh banget." Gumam Irham dengan suara kecil lalu masuk ke ruangan Citra. Bukan ruangan khusus Citra sih namun hanya Citra yang menghuni nya
Citra duduk di kursi kebesaran nya dengan tangan bersidekap di dada, "Udah puas reunian nya?" tanya Citra ketus.
"Siapa maksudnya? Gue?" tanya Irham polos sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Siapa lagi?" balas Citra gemas.
"Haaaahh.." sarkas Irham tertawa, "reuni apaan, itu orang aja sok kenal sama aku Yang, aku mah nggak tahu dia siapa."
"Kakak nggak bohong kan?" tanya Citra memastikan.
"Ya semisal nih ya, aku mau bohong manfaat nya apa Yang? Nggak ada juga kan." Sahut Irham santai. "Lagian kamu kenapa sih sensitif amat, jutekan banget juga sekarang. Itu orang SKSD aja kamu permasalahin."
"Iiihh…aku kesal banget sama dia tahu nggak sih Kak." Ungkap Citra menggebu-gebu, "Dia selalu sewot dan suka marah-marah nggak jelas sama Citra, Cuma gara-gara perawat disini tuh temanan sama aku."
"Nggak usah diladenin lah orang gitu." Pesan Irham pada Citra.
"Nggak seru dong, masa didiemin aja. Nggak bisa dong." Ujar Citra tersenyum usil, "Greget sendiri Citra ngelihat orang gitu."
Irham mendengus kecil mendengarnya, ada-ada saja istrinya itu. "Ya sudah, ayo makan."
"Eh ini anak-anak ngajakin makan di Walter Mark sih, ada yang traktiran ulang tahun gitu sih."
"Oh ya, siapa?"
"Anya, dia perawat gigi juga kok. Sepupu nya Rere. Mau ikut nggak?"
"Boleh, boleh. Yukk deh."
Citra melepas jas dokternya dan kini tersisa tampilan formalnya, Rok span mocca dipadu dengan blouse dan hijab maroon senada. Tak lupa Ia juga mengambil tas dan ponselnya lalu mengunci pintu ruangan nya.
"Gandeng!" Pinta Citra manja sambil menyerahkan tangan nya pada Irham.
Irham tersenyum simpul dan menggenggam tangan Citra mesra tak lupa mengecupnya mesra. "You are so cute." Ujar Irham gemas. Bisa saja istrinya itu. Tak perlu diminta pun Irham pasti akan menggandeng tangan Citra. Itu sudah jadi hal favoritnya sejak mereka bersama.
Oh ya, Citra sedang hamil saat ini. Usia kandungan nya sudah memasuki 4 bulan. Sebuah berkah dari Yang Maha Kuasa dipercaya titipan Nya. Irham tak berhenti-henti menangis saat tahu Citra hamil malam itu, bahkan sampai pagi nya Irham demam tinggi karena capek menangis semalaman. Walau bukan tangisan memilukan melainkan tangisan kebahagian, Irham tetap saja jadi lemas dan demam hari esoknya.
Sikap sensitive dan jutek Citra berkembang pesat selama masa hamil ini. Rasanya, ada saja yang membuat nya dongkol. Et, bukan masalah itu saja sih. Sifat manja nya juga memuncak.
Sekarang, Citra hampir setiap hari meminta Irham menjemputnya di pukesmas untuk makan siang bersama. Jangan lupa, belakangan ini dirinya juga tidak mau mengendarai mobil sendiri, kalau nggak di antar jemput ya pakai transpotasi online. Pokoknya nggak mau capek sama sekali.
Urusan dapur di rumah beruntung nya bisa diatasi, karena Citra dan Irham tinggal bersama dengan orangtua Citra masih. Kedua orangtuanya itu memfasilitasi ART di rumah dan itu sangat membantu Citra yang manja super.
"Itu anak-anak ngajakin kemana sih ?" tanya Citra pada Irham. Ia menjadikan lengan Irham sebagai bantal kepalanya.
Malam menjemput dan Citra memilih bergelung manja di kasur bersama sang suami. Ia mengecek ponsel nya yang dari tadi ribut notifikasi dari grup WA. Grup yang berisi semua sepupu Irham beserta pasangan nya juga.
"Apa dibilang ?"
"Sunmori ke Bogor. Maksudnya apa sih ?"
"Oooohh…" cicit Irham, "Sunday Morning Ride, jalan-jalan naik motor sekedar turing atau kongkow bareng gitu. Seru sih anak-anak pada ikut semua."
"Kakak mau ikut ?"
"Aku mah hayu, tapi malas lah kamu nya nggak bisa ikut?"
"Why me ?" protes Citra.
"Iya, nggak mungkin lah aku ngajakin kamu sunmori juga kamu lagi hamil gitu. Naik motor pula. Bisa tinggal nama aku Yang dilibas ibu mertua kamu tuh kalau ketahuan."
Tahu kan siapa Ibu Mertua yang disebut Irham? Benar, beliau adalah Nyonya Cindy Nur Aisyah. Posesif amat sama menantu nya. Irham sudah dianak tirikan sama nyonya Cindy tersebut. Bahkan, setelah menikah Cindy melarang Irham naik motor dengan Citra walau tidak pernah dituruti oleh Irham.
Nah sekarang mau bawa Citra Sunmori ke Bogor pakai motor. Bisa bye-bye kehidupan Irham setelahnya kalau ketahuan.
"Haaaa…." Rengek Citra, "Ih mau ikut juga. Seru deh kayaknya. Biasa nya Cuma motoran sama Kakak doang keliling Jakarta. Ini kan rame-rame, pasti lebih seru."
"Nanti lah kita ikut juga kalau debay nya udah lahir." Sahut Irham sambil mengelus perut istrinya. Masih lama bisa bertemu dengan calon anak nya itu.
"Lamaaaa…"
"Terus mau gimana? Pulang Sunmori jadi janda lu, mau ?" tanya Irham pada Citra.
Citra ngakak lebar mendengar pertanyaan Irham, lalu mengeplak dada Irham keras, "Sembarang aja."
"Makanya jangan ngeyel." Seru Irham kemudian.
"Tapi aku ngidam Sunmori itu deh, penasaran."
Irham menghela nafas kasar dan tak lagi menanggapi ocehan Citra. bisa makin panjang aja nanti debat mereka berdua. Dengan kondisi Citra yang sensitive, bisa-bisa nangis nanti. Berabe.
Irham memaki kakak sepupunya yang memberi ide Sunmori, Kang Ares. Ada saja tingkah perjaka lumutan itu kalau sudah weekend.
Kang Ares bangke sunggutnya sambil scroll chat di grup yang berisi bacotan mereka tentang agenda Sunmori nanti.
"Ini Irsyad juga ikut sama cewek nya?" tanya Citra saat membaca kabar yang mengatakan bahwa Irsyad akan boncengan sama seorang perempuan selama Sunmori nanti.
"Iya, mau dikenalin sama semua nya."
"Irsyad seriusan mau nikah sama ceweknya itu, emang berhasil perjodohan mereka?" tanya Citra kepo. Ia sendiri sangat ingat bagaimana kaku nya Irsyad. Saat mendengar adik suaminya itu dijodohkan, Citra excited banget. Gimana lelaki kaku itu menghadapi perempuan.
"Nggak tahu. Tapi makin hari makin lengket. Cewek nya juga anteng banget walau pertama-tama nolak."
"Alhamdulillah. Semoga saja langgeng."
[****]
"Selamat pak ibu, anak nya lelaki. Sehat wal alfiat." Kata Dokter Mita yang membantu persalinan Citra.
Setelah 9 bulan mengandung calon buah hati mereka. Akhirnya, tiba juga waktunya untuk melahirkan bayi mereka ke bumi ini.
"Selamat datang jagoan nya Papa." Sambut Irham haru menggendong anak nya kemudian dilanjutkan dengan prosesi Adzan dan Iqamah untuk sang bayi.
Citra sudah dibersihkan dan kini berbaring lemah penuh kelegaan saat putra mereka lahir. Irham mendekati Citra dan memberikan sang putra pada istrinya untuk disusui.
"Hei, thank you ya." Kata Irham lembut, "Terimakasih banget udah berjuang untuk anak kita, kamu perempuan hebat. Aku bangga sama kamu Citra. Maaf udah buat kamu kesakitan seperti tadi. Nggak ada kata lagi yang bisa aku katakan untuk kamu selain terimakasih, maaf dan I love you."Ujar Irham tulus lalu mengecup dahi Citra penuh cinta.
"I love you too Kak." Balas Citra lalu mendongkak sedikit untuk mengecup sudut bibir Irham.
Pintu ruangan Citra terbuka dan masuk beberapa orang ke dalam nya. ada orangtua dari pasutri itu juga sanak saudara nya.
Semua nya mengucapkan selamat dan berterimakasih telah melahirkan cucu pertama keluarga Setiawan itu.
"Nama nya siapa Mas ?" tanya Irsyad pada Irham. Lelaki itu begitu terpana melihat bayi kecil dalam gendongan istrinya, Sabila.
"Raid Daniyal Setiawan, artinya Pemimpin cerdas dan setia." Sahut Irham sambil tersenyum. "Coba kamu yang gendong Syad, belajar jadi seorang bapak."
Wajah Irsyad langsung pucat dan mundur tiga langkah, "Nggak usah. Nggak berani."
Suara tawa memenuhi ruangan.
Suka cita menyambut cucu baru dalam keluarga besarnya. Sebelum nya sudah ada anak Arkan yang menjadi cucu pertama kelurga besar mereka. Anak perempuan bernama Almira Arwi Medina. Almira juga menjadi cucu pertama di keluarga Setiadi, keluarga paman nya Irham.
Selamat datang di kehidupan baru Irham dan Citra. tantangan baru dalam kehidupan pernikahan mereka, menjadi orangtua dari anak-anak mereka.
END
— Fim — Escreva uma avaliação