Begitu tiba di ruang gawat darurat, dokter di sana segera menangani Alexa, sementara Skylar terduduk lemah di kursi panjang ruang tunggu. Rasa sakit di jarinya akibat goresan pisau pun diabaikan. Dia sibuk dengan pikirannya sendiri, tak menyangka harus berada dalam dua kondisi yang sama di waktu berdekatan. Semuanya berkaitan dengan hidup dan mati tunangannya.
Pemuda itu duduk sambil membungkuk dan melamun. Darah di jarinya menetes sesekali karena lukanya sedikit dalam.
Jika seperti ini, tampaknya Skylar tak bisa meninggalkan sisi gadis itu lebih dari satu detik. Ini kedua kalinya Alexa berusaha menggapai maut saat Skylar sedang lengah dan tak berada di sisinya. Dia merasa amat bodoh menganggap Alexa sudah baik-baik saja hanya karena gadis itu tak menangis lagi atau tak mengeluh.