"Tidak akan ada hari itu!" pintu ruang rapat yang tertutup tiba-tiba saja didorong dari luar.
Setelah mendengar suara itu, Nico dan Keara langsung berbalik dan melihat ke arah pintu.
Ia melihat sosok Anya yang cantik dan menawan berdiri di ambang pintu. Ia berdiri dengan tegak dengan tatapan dingin saat memandang wajah Keara.
"Apa katamu?" Keara menatapnya dengan terkejut.
"Aku bilang, kamu tidak akan pernah bisa kembali ke sisi Aiden. Hari-hari yang kamu dambakan itu hanyalah mimpimu karena hari itu tidak akan pernah ada. Aiden hanya mencintaiku," kata Anya dengan dingin.
Bibirnya sedikit melengkung membentuk senyum sinis seolah merendahkan Keara.
"Anya, apakah kamu pernah berkaca? Apakah kamu tidak merasa bersalah mengatakannya?" cibir Keara.