Randika keluar dari rumah Christina dengan terbirit-birit, dia berlari dengan cepat menuju kamar Viona.
Randika menyadari bahwa pintu yang dia dobrak masih tergeletak begitu saja, dia harus pergi secepat mungkin untuk menghindari masalah.
Di kamar Viona, Randika disuguhkan es teh manis yang sudah dipersiapkan oleh Viona.
"Ran, kamu pasti haus." Kata Viona sambil memberikan gelasnya pada Randika.
"Vi, aku bukan hanya haus tapi juga lapar." Senyuman nakal milik Randika mulai naik kembali.
"Ah? Baiklah aku ambilkan cemilan dulu." Viona lalu berdiri hendak ke dapur untuk membuatkan cemilan.
"Maksudku aku lapar akan kasih sayangmu, biarkan aku menikmatimu sekali lagi." Kata Randika sambil tersenyum sekaligus menahan tangan Viona agar dia tidak bisa kabur.
"Ran…." Wajah Viona sudah tersipu malu. Kata-kata Randika mengacu pada keterusan momen mesra mereka tadi.