Baixar aplicativo
79.16% Love bad boy / Chapter 19: part 19

Capítulo 19: part 19

.

.

.

Jungkook benar-benar menyesal dengan perbuatannya yang dia lakukan selama ini. Sudah 3 bulan dia tak mau keluar kamar namun sudah tidak tinggal di rumah utama keluarga jeon melainkan di rumah singgah yang berada tak jauh dari perusahaan tuan jeon, jungkook mengurung diri dikamar nya selama ini hanya para pelayan yang bisa keluar masuk kamarnya mengantar makanan. Tak mau bertemu dengan siapa pun termasuk tuan dan nyonya jeon yang orang tuanya sendiri.

Para sahabatnya namjoon, seokjin, hoseok, dan yoongi mereka selalu datang untuk melihat sahabatnya itu dan berusaha membuat jungkook keluar dari kamarnya namun hasilnya tetap sama. Dan mereka selalu mendengar kata maaf dan nama jimin dari dalam kamar itu.

Seperti saat ini ke empat sahabatnya itu masih mencoba membujuk jungkook untuk keluar dari kamarnya.

𝙏𝙤𝙠 𝙩𝙤𝙠 𝙩𝙤𝙠

"Kook, keluarlah apa kau tidak bosan dikamar terus. Ayolah keluarlah." Ajak namjoon dari luar pintu kamar jungkook yang terkunci.

"Hah.. Bagaimana ini? sia-sia selama ini kita membujuknya tetap saja seperti ini." Ucap seokjin yang juga ada disana.

'Jimin-ah maafkan aku.. Tolong maafkan aku.' terdengar suara jungkook yang selalu mengulang kalimat itu setiap harinya.

"Hyung apa perlu kita panggil jimin kesini?" Ucap hoseok pada seokjin memberi saran.

𝙋𝙡𝙚𝙩𝙖𝙠

"Yak! Sakit hyung.." Pukulan keras dibelakang kepalanya dari yoongi didapatkan nya.

"Kau gila? Tentu suaminya akan melarang jimin menemui jungkook." Ucap yoongi

"Terus bagaimana membujuknya? Hanya itu jalan satu-satunya. Jungkook seperti ini karena merasa bersalah dari jimin meski awalnya aku dan jin hyung sih yang punya ide gila itu." Ucap hoseok tanpa sadar memberi tahu kesalahan dirinya dan seokjin dulu.

"Hoseok!" Seokjin yang sadar ucapan hoseok memperingatkannya.

"Apa maksudmu?" Ucap namjoon sambil memicingkan matanya menatap hoseok dan seokjin bergantian.

"Oh! Ah.. T-tidak bukan apa-apa." Ucap hoseok yang mulai sadar akan ucapannya sendiri.

"Jelaskan sekarang atau kau tak akan melihat matahari terbit besok." Ucap yoongi mengancam hoseok

"Em.. I-itu.."

"Cepat katakan!" Ucap namjoon tegas sambil tangannya menarik kerah kemeja hoseok. Seokjin yang melihat namjoon yang marah mulai tertunduk dan membiarkan hoseok jika memulai ceritanya.

"S-sebenarnya aku dan jin hyung yamg merencanakan penculikan itu agar jungkook yang mencintai jimin bisa memilikinya tapi kami tak tahu kalau akhirnya seperti ini."

"Astaga! jadi ini semua awalnya karena kalian." Tanpa mereka tahu tuan jeon telah mendengar semua yang mereka katakan. Ke empat orang yang berada di sana terkejut dengan suara tuan jeon yang menyela ucapan mereka.

"Kenapa kalian melakukan ini? Kalian tau jimin trauma setelah kejadian itu. Dan saat terjadi yang ke dua kalinya dia hampir keguguran. Apa kalian tak berpikir apa akibat dari itu semua?" Ucap tuan jeon dengan menaikan suaranya.

"M-mafkan kami paman, kami sangat menyesal karena melakukannya. Kami hanya memikirkan kebahagiaan jungkook tanpa tahu akibatnya." Ucap seokjin menyesal. Hoseok ikut menunduk merasa bersalah dengan apa yang dia lakukan.

"Paman apa tidak sebaiknya jimin dibawa kesini agar bisa membujuk jungkook? Mungkin dia bisa meminta maaf pada jimin karena kami setiap hari mendengar jungkook selalu mengatakan maaf untuk jimin." Ucap namjoon pada tuan park.

"Entahlah namjoon-ah paman juga tidak tahu karena wonho pasti melarang jimin menemui jungkook karena takut kejadian yang lalu terulang lagi."

"Tolong bujuk wonho dan jimin paman agar menemui jungkook sebentar saja." Ucap namjoon meyakinkan tuan park.

"Akan aku coba tapi kita tidak bisa berharap banyak."

"Ne paman."

Setelah obrolan mereka namjoon, seokjin, hoseok dan yoongi pamit pulang. Dan tuan jeon pun harus kembali ke perusahaannya karena mendapat telpon dari sekertarisnya akan ada pertemuan.

***

"Sayang kau baik-baik saja?" Ucap wonho cemas karena jimin tiba-tiba merasa tak enak badan dan meringis kesakitan saat bayi yang di dalam perut jimin menendang dengan keras. Usia kandungan jimin kini sudah menginjak 7 bulan dan jimin sering merasakan kesakitan karena merasakan tendangan sang baby. Berjalan pun juga susah karena perutnya yang besar, jimin menjadi kesulitan karena berat tubuhnya dan juga saat melihat ke bawah karena besarnya perut menghalangi pandangannya ke bawah kakinya karena itu sekarang jimin dan wonho pindah ke kamar tamu di lantai bawah untuk sementara agar jimin tidak lagi naik turun tangga.

"Baby tak mau diam dari tadi 𝘚𝘴𝘩𝘩.. Entah kenapa tapi, kenapa aku jadi teringat jungkook hyung." Ucap jimin dengan memelankan suaranya saat menyebut nama kakak iparnya.

"Hah.. Sudah beberapa hari kau seperti ini. Apa baby rindu ayahnya?."ucap wonho meski dalam hatinya tidak rela.

"Wonho-ah jangan seperti it-Akhh.. Shh.." Ucapan jimin terpotong karena tendangan dari dalam perutnya.

"Sepertinya benar, baby ingin bertemu ayahnya." Ucap wonho dengan mengusap perut jimin. Jimin pun diam dan ikut memgusap perutnya jimin sebenarnya juga merasa rindu pada jungkook entah kenapa.

"Baiklah kalau begitu demi baby kita akan bertemu dengan jungkook hyung. Kau tidak apa-apa kan sayang demi baby?" Tanya wonho pada jimin meski tidak rela namun demi calon anaknya apapun akan dia lakukan. jimin sedikit berfikir dan berakhir ia menganggukkan kepalanya.

"Um.. Baiklah."

"Bersiaplah bae kita pergi sekarang."

"S-sekarang?" Jimin terkejut karena ajakan wonho.

"Iya sekarang apa kau ingin baby jeon marah dan membuatmu kesakitan lagi hum?" Jimin pun menggelengkan kepalanya cepat karena tendangan baby diperutnya benar-benar menyakitkan.

Jimin pun segera beranjak dari duduknya dan segera ke kamarnya untuk bersiap. Setelah jimin pergi wonho segera mengambil ponselnya yang berada dalam kantong celananya dan menghubungi seseorang.

"Yeoboseo.. Appa!"

"𝘈𝘥𝘢 𝘢𝘱𝘢 𝘸𝘰𝘯𝘩𝘰-𝘢𝘩 𝘢𝘱𝘱𝘢 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯."

"Maaf mengganggu appa, aku hanya mau mengatakan kalau aku akan mengajak jimin bertemu dengan hyung."

"𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘵𝘪𝘣𝘢-𝘵𝘪𝘣𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘮𝘶𝘪𝘯𝘺𝘢?"

"Sepertinya bayi di perut jimin ingin bertemu dengan ayahnya."

"𝘒𝘢𝘶 𝘺𝘢𝘬𝘪𝘯 𝘸𝘰𝘯𝘩𝘰-𝘢𝘩? 𝘚𝘦𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘱𝘱𝘢 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘮𝘶𝘪 𝘫𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬. 𝘉𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘱𝘢-𝘢𝘱𝘢 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘏𝘺𝘶𝘯𝘨 𝘮𝘶 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘮𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘮𝘢𝘢𝘧 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯 𝘬𝘢𝘳𝘦𝘯𝘢 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘮𝘢 𝘪𝘯𝘪 𝘥𝘪𝘢 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘶𝘳𝘶𝘯𝘨 𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘥𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘥𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘵𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘢𝘧 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯. 𝘉𝘢𝘪𝘬𝘭𝘢𝘩.. 𝘱𝘦𝘳𝘨𝘪𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘦 𝘴𝘢𝘯𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘰𝘨𝘢 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘥𝘢𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘫𝘪𝘮𝘪𝘯, 𝘫𝘶𝘯𝘨𝘬𝘰𝘰𝘬 𝘮𝘢𝘶 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘢𝘮𝘢𝘳𝘯𝘺𝘢."

"Ne appa sebentar lagi kami kesana."

"𝘉𝘢𝘪𝘬𝘭𝘢𝘩 𝘯𝘢𝘬 𝘩𝘢𝘵𝘪-𝘩𝘢𝘵𝘪."

"Ne.."

Wonho pun mematikan ponselnya dan menghela nafasnya. Tak berapa lama jimin pun keluar kamar dan segera mereka berangkat ke rumah singgah keluarga jeon dimana jungkook sekarang tinggal.

***

Setelah 15 menit jimin dan wonho pun sudah sampai dan sudah memasuki halaman rumah itu. Wonho pun turun lebih dulu untuk membukakan pintu mobilnya untuk jimin. Setelah pintu mobil sebelah jimin terbuka wonho pun menuntun jimin turun dari mobilnya.

"Hati-hati sayang." Ucap wonho sambil tangannya memegangi pinggang dan tangan kanan jimin.

Jimin dan wonho pun memasuki rumah itu dengan di sambut para pelayan yang ada di sana.

"Selamat siang tuan dan nyonya Jeon." Ucap salah satu pelayan sambil membungkuk kan tubuhnya di ikuti para pelayan lainnya.

"Ne, apa jungkook hyung ada ahjuma?" Tanya wonho pada pelayan yang tadi menyapanya.

"Ada tuan, sudah tiga bulan tuan muda jungkook tidak keluar dari kamarnya hanya saat waktu makan tiba tuan jungkook baru membuka pintunya."

"Bukankah sekarang sudah saatnya makan siang?"

"Ne tuan. Seharusnya pintunya sudah bisa dibuka."

"Biar saya yang mengantarkan makanannya." Ucap jimin menawarkan diri.

"Apa tak apa sayang?" Ucap wonho ragu.

"Bukankah aku yang harus bertanya begitu? Bolehkah aku mengantarkannya?" Tanya jimin pada suaminya untuk meminta ijin menemui jungkook.

"Ya boleh demi baby, aku mengijinkan. Ahjuma bawa makanannya aku akan membawa jimin terlebih dulu."

"Ne tuan." Pelayan itu pun segera ke dapur untuk menyiapkan makan siang untuk jungkook dan wonho membawa jimin ke lantai atas lebih dulu dengan hati-hati.

"Ini tuan. Saya permisi."

"Ini sayang dan hati-hati membawanya. Aku akan membuka pintunya."

Wonho pun membuka pintu kamar jungkook dan terlihat hyungnya sedang berdiri di balkon kamar itu jimin pun menoleh pada wonho dan wonho pun menganggukkan kepalanya.

"Aku akan menunggu di ruangan sana kau jangan khawatir sayang." Ucap wonho dan kemudian mengecup kening jimin dan di jawab anggukan oleh jimin.

Setelah wonho pergi keruangan yang berada di ujung lantai atas itu dan tak jauh dari kamar jungkook, jimin pun masuk ke kamar jungkook dan tak lupa menutup pintunya. Jimin kemudian melangkah pelan dengan berhati-hati mencoba mendekat pada jungkook.

"Taruh saja di meja" Suara berat dari jungkook menyapa telinga jimin. Jimin sedikit tersentak dan mulai berdebar entah perasaan apa yang kini berkecamuk di hatinya namun jimin mencoba menetralkan debarannya dan segera dia menaruh makanan itu pada meja yang berada di dekat sofa yang ada di dalam kamar itu.

"J-jungkook." Dengan rasa sedikit takut jimin memberanikan diri untuk memanggilnya. Dan jungkook yang merasa kenal dengan suara itu, suara yang selalu dia rindukan dan pada akhirnya ia pun menolehkan kepalanya kebelakang.

"J-jimin.." Jungkook ragu di depannya berdiri orang yang dirindukan nya. Dia bertanya-tanya apa itu nyata atau karena efek dari rasa rindunya pada jimin.

"Jimin apa benar ini kamu?" Ucap jungkook masih ragu.

"Ne ini aku." Setelah mendapat jawaban dari jimin, jungkook pun berlari mendekat dan segera meraih tubuh jimin dan segera membawanya kedalam pelukannya.

"Jimin maafkan aku.. Hiks.. Aku benar-benar menyesal telah menyakitimu.. Hiks.." Ucap jungkook sambil menangis di bahu sempit jimin.

"Tenanglah jungkook aku sudah memaafkan mu. Oh ya.. Baby sepertinya merindukanmu." Ucap jimin dengan senyum manisnya.jungkook melepas pelukannya dan menatap perut jimin yang buncit.

"Benarkah? Baby hey ini Daddy. Apa kau merindukan daddy hum?" Ucap jungkook sambil berjongkok didepan perut jimin dan mengusapnya.

𝘿𝙪𝙜 𝘿𝙪𝙜

"Eoh baby senang bertemu daddy hum..?" Ucap jimin dan ikut mengusap perutnya.

"Aku merasakan pergerakkan nya." Ucap jungkook senang.

"Um.."

Jungkook pun berdiri dan kembali memeluk jimin.

"Aku sangat merindukanmu jimin." Jungkook melepas pelukannya dan menangkupkan kedua tangannya pada wajah jimin dan mulai mendekatkan wajahnya pada jimin mengikis jarak sampai bibir keduanya bertemu. Jungkook mulai menghisap bibir penuh jimin yang sudah menjadi candunya. Mengulum dan terus menikmati rasa manis pada bibir jimin. Jimin yang awalnya terkejut kini mulai menikmati cumbuan itu seperti hilang akal jimin pun larut dalam peraduan itu. Jimin perlahan melingkarkan tangan pada leher jungkook. kemudian Jungkook mulai membawa tangannya masuk kedalam sweater yang jimin kenakan mengusap punggung halus jimin memberikan sedikit rangsangan pada tubuh mulus seputih susu itu.

"Emphh.. Ahh.." Jimin mendesah tertahan akibat pagutannya dan jungkook mengambil kesempatan saat bibir jimin terbuka dan langsung memasukan lidahnya mengabsen deretan gigi putih jimin dan membelit lidah jimin dengan miliknya.

Jimin mulai mendorong bahu jumgkook karena merasa kehabisan nafas dan jungkook memutus pagutannya dan menempelkan keningnya pada kening jimin.

"Aku ingin mengunjungi baby. Boleh kah?" Jimin yang sudah tertutup kabut nafsu menganggukkan kepalanya memberi ijin pada jungkook untuk menyentuhnya.

𝙏𝙗𝙘


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C19
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login