Baixar aplicativo
75% Love bad boy / Chapter 18: part 18

Capítulo 18: part 18

.𝙒𝘼𝙍𝙉𝙄𝙉𝙂🔞

.

.

"Akhhh.. W-wonhohhh.. Emhh.."

Jimin benar-benar menikmati setiap sentuhan suaminya memanjakan tubuhnya. Kini keduanya sudah berada diatas ranjang ruangan khusus yang berada diruang kerja wonho.

Sweater jimin pun sudah terlepas. tubuh atasnya telah polos menampakan kulit putih yang mulus tanpa cacat dada yang berisi karena hormon kehamilannya dan juga dua nipple merah yang mencuat. Penglihatan wonho tak lepas dari dada jimin dan tangannya yang mulai meremasnya dengan gemas. Jimin mendesah nikmat dengan rangsangan yang diberikan wonho.

Wonho mulai mengecupi leher jenjang istrinya. Menjilat dan menggitinya meninggalkan tanda merah keunguan disana. Kecupan wonho turun pada tulang selangka jimin kembali memberikan jilatan nikmat sampai terdengar lenguhan dari bibir jimin.

"Akhhh.. Hmm.. Shh.." Bibir wonho pun kembali turun sampai pada dada jimin kecupan dan gigitan kembali dilakukan sampai pada nipple jimin. jilatan memutar pada area nipple dilanjutkan dengan jilatan dan hisapan pada nipple itu..

"Akhh.. Yahh h-hisaphh kuathh.. Hmm.." Wonho pun memberikan hisapan kuat pada nipple itu benar-benar sensasi yang sangat nikmat membuat jimin menggeliat dan tubuhnya bergerak gelisah.

"S-sayang.. Akuhh s-sudahhh ahh.. Tak tahanhhh.."

Mendengar suara jimin wonho mendongak dengan senyum miringnya menatap ekspresi istrinya saat mendapat kenikmatan darinya.

Merasa kasihan pada jimin tangannya mulai menarik turun celana tanpa kancing milik jimin dengan cepat serta celana dalamnya. Kini tubuh jimin telah polos tak tertutup sehelai benang pun..

"Baby kau semakin sexy dengan tubuh berisimu." Wonho menatap kagum tubuh istrinya dan dalam sekejap membuat miliknya terbangun dan keras. Wonho mulai mengusap perut buncit istrinya yang didalamnya tumbuh seorang penerus keluarga jeon, wonho pun mengecupnya sayang. Tangan kanan wonho turun pada selangkangan jimin bergerilya di paha dalam jimin dan naik pada penis jimin yang tegang. Wonho mulai mengocoknya naik turun tangan kirinya masih memainkan dada jimin.

"Akhh.. Sayanghhh akuhh.. Akanhh sampaihhh... ahhh.." Wonho mulai memasukkan penis jimin kemulutnya dan mengulumnya memaju mundurkan kepalanya. Penis jimin yang berada dalam mulut wonho semakin membesar dan berkedut wonho pun semakin gencar memaju mundurkan kepalanya.

"Sshh.. Empmmhh.. Ahh.. Yahh.. akhh.. A-akuhh.. Ssshh.. Ahh.. cumhh.. C-cumhhh ... akhhh...."

Jimin pun sampai pada dunia putihnya dan mengeluarkan sperma pada mulut wonho dan wonho pun menelannya..

"Baby kita langsung ke intinya ya.. Aku sudah tak tahan." Ucap wonho sambil membuka bajunya satu persatu sampai memperlihatkan tubuh telanjangnya dengan penis besarnya yang sudah mengacung tegak di bawahnya. Jimin pun mengangguk dan Wonho mulai menaikkan kedua kaki jimin pada bahunya dan mulai meraba pintu masuk hole jimin dan memasukan dua jarinya.

"Aakhhh s-sayang i-ini sakit hiks.." Memang sakit karena wonho tanpa memberi pelumas. Wonho mulai memaju mundurkan jarinya.

"AKHHH.. Yahhh.. Ahh.. D-disituhh.. Sshh.." Jari wonho menyentuh tepat pada titik nikmatnya membuat jimin semakin meracau nikmat. Dirasa hole jimin telah basah wonho mencabut jarinya dan jimin mengerang kecewa.

"S-sayanghh kena-Akhhhh.. Emphhh.."

Wonho yang sudah tak tahan langsung memasukkan penisnya pada hole jimin dan dengan perlahan memaju mundurkan pinggulnya.tangannya mulai mengocok penis jimin yan sudah kembali tegang.

"Ahh.. Baby sungguh nikmat lubangmu ini ahh.. Sshh.."

Wonho terus menumbuk lubang ketat istrinya dengan tempo yang bertambah cepat sampai tubuh jimin terhentak mengikuti tempo hentakan penis wonho pada hole jimin.

"A-akuhhh ahh.. Akanhh ahh.. W-wonho ahhh.. Cumhh.."

"Bersama baby." Gerakan Wonho semakin cepat dan keduanya sampai bersamaan.

"Akhhh..." Tubuh jimin membusur mendongakkan kepalanya dengan mulut yang terbuka kedua jemari tangannya meremat kuat bantal yang digunakan untuk bantalan kepalanya merasakan nikmatnya pelepasannya.

Wonho menjatuhkan tubuhnya di samping tubuh jimin kemudian menghadap kesamping ke arah jimin. Tanganya mengusap kening jimin yang terdapat helaian surai hitam jimin yang basah oleh keringat.

"Tidurlah kau terlihat lelah baby, biar aku yang membersihkan tubuhmu."

"Ne.. Sayang. hm..  bisakah aku minta segelas jus strawberry? Aku ingin sekali." Ucap jimin manja.

"Baiklah biar OB yang membuatkannya."

"Ne gomawo. Aku ingin duduk diruangan kerjamu saja sambil menunggu jus ku."

"Baiklah sayang."

Jimin dan wonho kini sudah diruang kerja wonho setelah membersihkan diri sebelumnya. Jimin sedang duduk santai disofa dengan ponsel ditangannya sedangkan wonho yang kembali memeriksa beberapa berkasnya. Jimin pun mengingat sesuatu yang dari tadi berada di pikirannya dan sekarang dia ingin menanyakannya pada suaminya.

"Oh ya Sayang, wanita tadi siapa?"

Wonho yang ditanya melirikan matanya pada jimin dan menaikkan sebelah alisnya dengan tangannya menopang pada dagunya.

"Kenapa hum? Apa istriku ini sedang cemburu."

"Ish.. Kau ini aku hanya bertanya apa tak boleh?" Ucap jimin sambil mengerucutkan bibirnya.

"Ahahaha... Ya ya ya.. Boleh sayang. Oke, dia sekertaris ku sayang" Jimin yang telah mendapat jawaban hanya ber 'o' ria.

𝙏𝙤𝙠 𝙩𝙤𝙠 𝙩𝙤𝙠

Terdengar suara ketukan pintu, Wonho pun mempersilahkannya masuk mungkin saja minuman jimin datang. Dan pintu pun terbuka ternyata lisa tadi yang kata Wonho adalah sekertaris nya. Lisa pun masuk dan melirikan matanya pada jimin seakan tak suka keberadaannya di sana.

Sebenarnya jimin menyadari itu namun seolah tak perduli jimin kembali memainkan ponselnya.

"Tuan ini berkas dari perusahaan kim's company silahkan diperiksa. Dan ini dari klien anda yang di China."

"Hum. Aku akan periksa nanti."

Wonho di sibukan dengan berkas-berkas di depannya dan masih berbicara dengan sekertaris nya.

Namun jimin yang mulai melihat interaksi antara wonho dengan sekertarisnya dibuat tak nyaman dengan apa yang dilihatnya.

Lisa mulai merundukkan tubuh atasnya sampai belahan dadanya terlihat jelas dan juga buah dadanya yang seolah ingin keluar. Lisa juga mulai mendekatkan tubuhnya pada wonho sampai wonho yang merasa risih menyuruhnya memberi jarak darinya namun lisa sama sekali tak menghiraukan ucapan wonho. Jimin pun geram melihatnya segera dia bangkit dari duduknya berjalan menuju meja suaminya. Setelahnya jimin menarik lengan lisa dan membawanya sedikit jauh dari suaminya. jimin berjalan mendekati wonho dan mendudukkan tubuhnya ke atas paha suaminya. Lisa yang melihat itu pun merasa kesal dengan apa yang dilakukan jimin.

"Sayang.. Kenapa lama sekali jus ku? Baby sudah haus." Ucap jimin manja sambil memainkan jarinya pada dada bidang wonho. Wonho yang tadinya terkejut dengan yang dilakukan istrinya kini tersenyum lembut sambil mengusap surai jimin yang lembut.

"Ah iya.. Kenapa lama sekali? Sebentar ne.." Wonho pun meraih telpon yang ada dimejanya menekan angka disana untuk menghubungi orang yang dibagian dapur. Dan panggilan itu diterima oleh seseorang disana.

"Kenapa lama sekali minumannya?"

"Maaf tuan jeon persediaan buah sudah habis dan tadi salah satu OB sudah membelikannya dan baru saja siap untuk diantar tuan."

"Cepatlah!" Sambungan pun diputus oleh wonho.

"Sebentar lagi datang, sabar ne.." Jimin pun mengangguk dan tak berapa lama pesanan jimin pun datang. Setelah OB masuk dan menaruh jus pesanan jimin di meja dekat sofa jimin memekik senang dan turun dari pangkuan wonho menuju meja namun saat berpapasan dengan sekertaris wonho yang masih disana jimin mendengar umpatan dari mulut lisa

"Dasar jalang!" Umpat lisa seperti berbisik dan hanya dapat didengar oleh jimin. Langkah jimin terhenti dan menolehkan kepalanya pada wanita itu.

"Coba katakan sekali lagi?"

"Dasar jalang." Ucap wanita itu dengan lebih menekankan kata-katanya.

Jimin pun melayangkan tangannya pada pipi Lisa dengan kencang sampai sudut bibirnya berdarah. Wonho dibuat terkejut dengan apa yang dilakukan istrinya.

"Jimin apa yang kau lakukan?" Tanya wonho sambil mendekat pada dua orang didepannya.

"Dia mengataiku jalang." Ucap jimin santai.

"Apa yang dikatakan jimin benar? Kenapa kau mengatakan itu padanya? Apa kau ingin kupecat?" Wonho pun bertanya pada lisa setelah mendengar jawaban dari jimin. Dan jimin yang melihat suaminya emosi hanya menggendikan bahu meraih gelas jus dimeja dan meminumnya sambil melihat drama di depannya.

Lisa seolah tak menghiraukan posisinya yang terancam lisa kembali berucap.

"Astaga tuan apa karena jalang ini kau ingin memecatku? Dia seorang pria bagaimana bisa wajahnya secantik ini  pasti kau melakukan oplas untuk merayu pria kaya eoh?!. Benar-benar menjijikan." Ucap Lisa yang sudah tak tahan melihat jimin yang bertingkah manja dan tak tahu malu pada atasannya yang notabenenya adalah pria yang ia sukai.

"CUKUP! Kau sudah keterlaluan lisa. Mulai sekarang jangan datang lagi ke kantor dan aku akan membuat surat pemecatanmu." Tegas Wonho.

"Tidak tuan biarkan aku tetap bekerja padamu aku tak ingin berpisah darimu. Aku mencintaimu tuan."

"Tapi aku tidak mencintaimu dan cintaku hanya untuk istriku seorang." Lisa dibuat terkejut dengan pernyataan dari atasannya.

"I-istri?"

"Ya. Dan kau tahu siapa yang kau hina sebagai jalang ini?.... —Wonho pun menarik jimin membawanya ke dalam pelukannya— ...dia istriku dan sedang mengandung anakku."

"A-apa?" Lisa benar-benar terkejut dengan apa yang didengarnya.

"Dan satu lagi, kau tahu wajah istriku ini cantik alami tanpa oplas." Ucap wonho sambil mengecup kening jimin dan jimin berakhir dengan wajahnya yang memerah merona.

𝙏𝙗𝙘


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C18
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login