Baixar aplicativo
40% Impossible wish / Chapter 24: Melted

Capítulo 24: Melted

Pukul 06.35pm jungkook pulang dari kantornya saat ini dia berjalan kearah apartemennya. Setelah berada di depan pintu jungkook menekan password pada pintunya dan ia pun segera masuk.

Jungkook segera melepas sepatunya namun sesuatu membuat alisnya mengernyit bingung karena dia melihat ada sepasang sepatu di sana dan ia yakin bahwa sepatu itu bukanlah milik nya.

Setelahnya jungkook segera masuk kekamar namun langkahnya terhenti akibat suara gaduh dari arah dapur.

"Akh.. Hiks.. S-sakit.. Hiks hentikan..hiks.."

Suara jimin, jungkook yakin itu suara jimin jungkook yang penasaran ia mulai melangkah pelan ke arah dapur dan jungkook melebarkan matanya. Ia terkejut dengan apa yang ia lihat. Jimin nya meronta karena seorang pria yang mengukungnya dan jungkook pun sangat kenal dengan pria itu.

"BRENGSEK!!"

𝘽𝙐𝙂𝙃𝙃

𝘽𝙐𝙂𝙃𝙃

𝘽𝙐𝙂𝙃𝙃

Jaehyun pun tersungkur kelantai saat jungkook menghajarnya. memukul wajahnya berkali-kali dan diakhiri pukulan pada perutnya yang langsung membuatnya tersungkur ke lantai.

"Berani-beraninya kau menyentuh milik ku jung jaehyun!" Ucap jungkook yang kini telah diliputi oleh emosi.

"Wah.. Jeon jungkook demi jalang itu kau berani memukulku eoh?!" Ucap jaehyun seraya menghapus jejak darah di sudut bibirnya.

"Kau tahu bukan kalau dia milik ku. Kenapa kau masih berani mendekatinya hum? Aku tak suka milik ku di sentuh orang lain."

"Oh.. Seistimewa Kah dia untukmu? Cih! Dia sama saja seperti jalang di club ku." Jaehyun pun berdiri dia pun meringis karena bagaimana pun tubuhnya seakan remuk akibat pukulan jungkook yang tak main-main.

"Baiklah, begini saja. Jika kau sudah bosan jual padaku aku pasti akan membelinya." Jaehyun terkekeh dengan ucapannya sendiri.

"Itu tidak akan terjadi. Sekarang pergi kau dari sini!" Jaehyun akhirnya meninggalkan apartemen jungkook dan kini jungkook menoleh pada jimin yang masih menangis dia sudah terduduk di lantai dengan baju yang masih belum terkancing.

Jungkook pun mendekati jimin, kemudian berlutut di depan jimin kemudian membenarkan kemeja yang jimin kenakan dan mulai mengancingkan satu persatu manik kemeja itu.

"Kau tidak apa-apa?" Ucap jungkook lembut. Dan jimin menjawab hanya dengan gelengan lemah.

"Ku antar ke kamar, istirahat lah." Jungkook pun membantu jimin berdiri namun akibat kaki jimin yang terasa lemas hampir saja jimin kembali jatuh ke lantai dengan sigap jungkook menahan tubuh jimin dan berakhir jungkook mengangkat tubuh jimin bridal style.

Sampai di kamar jungkook merebahkan tubuh jimin yang masih bergetar itu ke atas ranjang dan menyelimutinya.

"Istirahatlah aku akan membersihkan diri dulu." Jungkook pun keluar dari kamar jimin dan menutupnya. Namun dia berhenti di depan pintu kamar jimin dan menyentuh dada kirinya yang dimana terdapat jantungnya yang kini berdegub kencang.

"Ada apa dengan ku?" Seakan memahami sesuatu jungkook mulai menepis pikirannya.

"Tidak, itu tak boleh terjadi. Dia hanya jalang ku dan orang yang ku manfaatkan demi kelangsungan perusahaan ku. Ya.. Hanya itu." Lirih jungkook meyakinkan diri sendiri karena sesuatu yang lain tak boleh terjadi antara dirinya dan jimin.

Jungkook pun akhirnya melangkahkan kakinya ke arah kamarnya dan mulai membersihkan dirinya.

.

.

.

Satu minggu telah berlalu taehyung mulai menyiapkan keperluan untuk pertunangan nya dengan jimin.

"Seung gi-ah bagaimana?" Ucap taehyung terlihat khawatir.

"Tenanglah ia baik-baik saja. Kemarin dia telah menghubungi ku." Ucap seung gi sambil memeriksa berkas-berkas di depannya. Saat ini seung gi sedang menggantikan kekosongan kursi CEO milik jimin karena tak adanya jimin saat ini.

"Syukurlah kalau begitu." Ucap taehyung lega mendengar keadaan jimin tiap harinya.

"Oh ya.. Taehyung-ah kau sudah menyiapkan cincin untuk pertunangan kalian?"

"Sudah aku sudah mendapatkan nya. Aku yakin jimin akan menyukainya."

"Bagus lah aku akan menghubungi jimin untuk membicarakan tentang pertunangan kalian."

Seung gi meraih ponselnya yang berada di atas meja di samping tumpukan berkas yang sedang ia periksa. Setelah mendapatkan ponselnya seung gi mulai menekan kontak jimin dan menekan dial pada layar ponselnya.

𝙏𝙪𝙩 𝙏𝙪𝙩 𝙏𝙪𝙩

"Yoboseo.."

"Jimin-ah! Bisa kita bertemu? Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu."

"Aku akan coba meminta ijin dulu hyung."

"Harus ijin?"

"Ne hyung hah.. Semoga saja aku mendapatkan ijin itu." Terdengar helaan nafas jimin. Karena jungkook sekarang lebih posesif pada jungkook setelah kejadian jaehyun satu minggu yang lalu.

"Baiklah jimin kabari aku jika kau sudah mendapat ijinmu."

"Ne hyung."

"Baiklah hyung tutup dulu."

Seung gi pun memutus sambungan teleponnya kemudian memijit pelipisnya.

"Ada apa seung gi-ah?" Tanya taehyung saat melihat seung gi yang terlihat memijit pelipisnya.

"Jimin harus mendapat ijin dari pria brengsek itu terlebih dulu."

"Aish!" Taehyung hanya bisa mendengus kecewa karena sangat sulit hanya untuk bertemu dengan calon tunangannya.

.

.

.

Setelah mendapat telepon dari seung gi, jimin yang saat ini berada di ruang tv mulai beranjak bangun dari sofa yang ia duduki menuju ke kamar jungkook. Jungkook saat ini berada di rumah dia sudah mengatakan pada jimin tidak pergi ke kantor karena merasa lelah.

Jimin pun Melangkahkan kakinya perlahan dengan perasaan ragu menuju ke pintu kamar jungkook.

𝙏𝙤𝙠 𝙏𝙤𝙠 𝙏𝙤𝙠

Setelah sampai di depan pintu kamar jungkook, jimin mengetuk pintu di hadapannya itu.

"Kookie... Kook.. Bisa bicara sebentar?" Ucap jimin pada orang yang ada di dalam sana.

𝙏𝙖𝙥 𝙩𝙖𝙥 𝙩𝙖𝙥

Terdengar suara langkah yang mendekat ke arah pintu dan tak berapa lama pintu pun terbuka.

𝘾𝙚𝙠𝙡𝙚𝙠

"Ada apa?" Ucap jungkook dingin.

" Em.. Kook aku ingin bertemu seung gi hyung sebentar. Apa boleh?" Lirih jimin sambil menundukkan kepalanya tak berani menatap pada jongkook.

"Untuk apa? Kau mau kabur?" Jimin menggelengkan kepala dengan cepat

"Tidak aku janji akan kembali setelah urusan kami selesai."

"Kapan?"

"Besok pagi."

"Akan ku antar."

"Eh? t-tidak perlu aku akan ke sana sendiri."

"Tak ada penolakan. Kau sedang hamil kalau kau lupa."

"Ah hehe..i-iya baiklah. K-kalau begitu aku akan ke kamar dulu." Jimin mengusap tengkuknya gugup dan segera pergi dari hadapan jungkook namun jungkook tetap melihat ke arah jimin dengan pandangan yang tak bisa di artikan sampai jimin masuk ke dalam kamarnya.

Jimin segera masuk ke dalam kamarnya dan segera mengirimkan pesan pada seung gi bahwa dia telah mendapat ijin dari jungkook.

/𝘩𝘺𝘶𝘯𝘨 𝘣𝘦𝘴𝘰𝘬 𝘱𝘶𝘬𝘶𝘭 9 𝘱𝘢𝘨𝘪 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶 𝘥𝘪 𝘤𝘢𝘧𝘦 𝘹𝘹𝘹𝘹𝘹𝘹. 𝘈𝘬𝘶 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘪𝘫𝘪𝘯 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘬𝘦𝘭𝘶𝘢𝘳/

Setelah mengirim pesan pada seung gi jimin merebahkan tubuhnya ke ranjang dia merasa senang bisa keluar dari rumah itu meski hanya sebentar.

"Chagi, kita besok akan jalan-jalan dan menghirup udara segar di luar. Mommy senang sekali." Ucap jimin sambil mengusap perut besarnya yang kini telah menginjak usia 8 bulan. Seakan mengerti ucapan jimin bayi dalan perut jimin pun bergerak.

𝘿𝙪𝙠 𝘿𝙪𝙠 𝘿𝙪𝙠

"Eh? Kau juga senang baby?" Ucap jimin sambil terkekeh.

Jimin terus berinteraksi dengan bayi yang ada di dalam perutnya karena selalu mendapat respon dari bayi di dalam perutnya tanpa di ketahui jimin bahwa jungkook melihat apa saja yang dilakukan jimin saat ini karena jungkook meletakkan kamera CCTV dan alat penyadap suara di kamar jimin tanpa sepengetahuan jimin pastinya.

Jungkook terus memandang layar laptopnya yang terhubung dengan CCTV dan alat penyadap di kamar jimin yang menampilkan jimin yang saat ini sedang berbicara dengan kandungannya dan melihat saat jimin tertawa.

"Cantik."

Tanpa sadar bibir jungkook mengeluarkan kata pujian saat melihat jimin tertawa. Ia pun tersenyum dan terus menatap layar laptop di depannya.

Malam semakin larut dan tiba-tiba hujan mengguyur kota seoul. Udara malam menjadi lebih dingin. Jimin yang tengah duduk di sofa ruang tv merasa tak nyaman akibat udara yang begitu dingin.

"Astaga.. Kenapa udaranya dingin sekali? Ah.. Aku kembali ke kamar saja." Jimin pun berjalan ke arah tangga menuju kamarnya.

Setelah sampai di depan kamarnya  jimin segera masuk kedalam menuju dan melangkah ke ranjangnya. Jimin pun merebahkan tubuhnya keranjang namun saat akan meraih selimutnya pintu kamarnya terbuka dan kembali di tutup. Terlihat jungkook berjalan ke arah jimin yang kini duduk di pinggir ranjang.

"Kookie? Kau ingin sesuatu?" Tanya jimin pada jungkook yang kini berada duduk di sampingnya.

Jungkook tak menjawab, dia hanya menatap wajah cantik jimin. Tangan jungkook kini terulur membelai pipi jimin yang memerah akibat udara yang dingin malam ini. Jungkook mendekatkan wajahnya kearah telinga jimin dan berbisik.

"Jimin, hangatkan tubuhku." Ucap jungkook seduktif membuat tubuh jimin kini meremang. Jungkook mulai menyentuh tengkuk jimin mengarahkan bibir tipisnya ke bibir berisi milik jimin. Lidahnya mulai bergerak dalam ciuman itu. Menjilat bibir jimin dan mencoba menekan masuk. Jimin yang mulai mengerti kini membuka sedikit bibirnya memberi jalan agar lidah jungkook masuk. Gerakan lidah jungkook mulai liar didalam mulut jimin dan jimin mulai menikmatinya ia mengalungkan kedua tangannya di leher jungkook dan tangan jungkook pun mulai bergerak masuk ke dalam sweater berwarna baby blue milik jimin. Tangan jungkook mulai mengusap punggung jimin dengan lembut dan satu tangannya mulai mengarah ke depan dada jimin dan meremas dada jimin dengan lembut membuat jimin mengeluarkan desahan nikmat dari bibirnya.

"Eunghh.. Mhmm..." Jimin yang mulai ke habisan nafas mendorong dada jungkook perlahan dan jungkook yang mengerti melepas ciumannya dan turun ke arah leher jenjang milik jimin. Jungkook mulai mengecup menjilat dan menggigit menghasilkan karya pada leher putih jimin jungkook mulai menarik lepas sweater jimin dan kini terpampang tubuh atas jimin yang polos jungkook pun mulai memberikan kenikmatan-kenikmatan yang bertubi-tubi pada jimin.

Keduanya pun menikmati malam panjang itu dengan desahan-desahan kenikmatan dari bibir mereka. udara yang dingin berubah menjadi panas di kamar itu dengan jungkook yang menumbuk lubang nikmat jimin hingga 3 ronde dan jimin yang menikmati 5 kali pelepasannya dan berhenti saat menjelang pagi keduanya pun langsung terlelap akibat kelelahan dari kegiatan panas mereka semalam.

𝙏𝙗𝙘


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C24
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login