Calvin tidak percaya bahwa ia harus melihat pemandangan menyakitkan itu. Pemandangan nyata yang ia harap adalah sebuah mimpi.
Calvin mengakui bahwa ia bukanlah seseorang yang istimewa di hidup Emma. Ia hanyalah seorang teman kuliah. Ia tidak memiliki hak untuk merasa terpukul dengan melihat Emma bersama pria lain.
Namun Calvin pikir, selama ini Emma memiliki perasaan yang setidaknya hampir sama dengan yang ia rasakan kepada gadis itu. Mungkin ia adalah pria dewasa yang terlalu polos dan naif. Ia mengira, bahwa hanya dirinya seorang, pria yang mengorbit di dalam dunia percintaan Emma.
Semua pikiran Calvin selama ini salah. Ia tidak tau siapa pria yang tengah bermesraan dengan Emma itu. Namun ia yakin itu bukanlah saudara atau kerabatnya. Hingga detik terakhir pun, ia masih mengatakan di dalam hatinya, 'Semoga saja aku salah.'
Setelah mengumpulkan kewarasannya kembali, Calvin memaksa senyum yang hanya bisa merekah sangat tipis, "Emma,"