Akhirnya acara pamitan itu selesai juga. Namun hampir dia melangkah, Tiana muncul dengan wajah yang dibuat sesedih mungkin.
"Davie, haruskan kamu melakukan ini?" tanyanya. Sekarang, bukan hanya Davie dan Arkan saja yang merasa geram dengan perempuan itu, tetapi para mahasiswa itu juga.
"Iya, dan ini semua gara-gara Ibu." Salah satu mahasiswa yang ada di sana berbicara dengan nada geram. Tatapan matanya juga terlihat tajam.
"Kenapa saya? Apa yang saya lakukan?"
"Ibu yang menyebarkan kebohongan di fakultas kami dan membuat nama baik Pak Davie tercemar. Dari sudut mana pun Ibulah yang bertanggung jawab dengan semua ini."
"Saya menyebarkan kebohongan? Itu adalah kebenaran." Tiana benar-benar mendapatkan tatapan tajam dari mereka semua seolah mereka ingin mengajak Tiana perang.