"Makanan hasil pancingan itu memang lebih nikmat kan?" ayah Davie membuka obrolan ketika merasakan daging ikan itu terasa nikmat di lidahnya. "Kita harus sering-sering keluar buat mancing ya, Nak Arkan."
Arkan yang sedang menekuni nasinya mendongak. Lelaki itu tersenyum dan menyambut baik apa yang dikatakan oleh ayah Davie. "Saya siap sedia, Om." Jawabnya. Pasalnya, entah keberuntungan darimana, dua ikan besar yang didapatkan adalah sebenarnya hasil dari jerih payah seorang Arkan.
Padahal, lelaki itu sebelumnya tak memiliki kepandaian dalam memancing sama sekali. Inikah yang dinamakan kebetulan membawa berkah? Entah jampi-jampi apa yang digunakan oleh Arkan tadi sampai dia bisa memikat ayah Davie dengan ikan yang didapatkannya.
"Kakak Qiana nggak makan ikan?" melihat Qiana yang memakan daging ayam, Arkan kepo.
"Sorry, ya Arkan. Aku Cuma makan ikan laut." Sebenarnya tak enak mengatakan itu, tapi mau bagaimana lagi, Qiana benar-benar tak bisa melakukannya.