Setelah kejadian malam itu, Qiana tak lagi terlihat muncul di kantor. Ibunya menyarankan agar dia menenangkan diri terlebih dulu di rumah dan menghabiskan waktunya untuk melakukan hal lain. perempuan itu menurutinya.
Pikirannya berantakan dan dia harus memberesinya terlebih dulu sebelum menata kembali. "Boleh kita mulai bicara, Qi?" merasa sudah terlihat baik-baik saja, sang bunda lantas mengajaknya membahas sesuatu dengan serius.
"Aku rasa, aku udah lebih siap, Bunda." Senyumnya memang belum terlihat normal seperti sebelumnya, tapi tidak sekaku beberapa bulan ini.
"Tentang Davie dan Rado," ibu Qiana memberi jeda sedikit barulah kembali bersuara, "Kamu harus bisa kembali menentukan pilihan. Bunda nggak mau, karena ketidakpastian ini, akhirnya kamu menyakiti Rado." Hati-hati sekali beliau berbicara agar Qiana tidak tersinggung.