"Aura... sebenarnya aku ingin kau melupakan ku..." ujar Aldi dengan intonasi agak cepat, antara sanggup dan tidak untuk mengatakan kalimat penghancur hati seseorang. Kata 'lupakan aku ' mengandung arti sebuah akhir dari suatu hubungan, tapi dia tidak pernah mengikat suatu hubungan bersama Aura kecuali mereka sudah saling tahu perasaan masing-masing. Lalu membiarkan perasaan itu tetap berada ditempat nya, menjadi teman tapi cinta!
Namun waktu sudah merubah segalanya, waktu telah membawa seorang Aldi Rahdika pada dimensi ruang lain. Ruang dimana dia menyadari bahwa cinta yang selalu ia gaung kan dalam nurani telah berbalik arah pada gadis berwajah sendu. Dia yang dengan kelembutan dan penuh maaf telah membuat Aldi mengenal kata cinta yang lain selain cinta pada gadis yang ia kejar sejak masa SMA.
Sekarang sudah saatnya sang gadis ambisius menyadari bahwa ia tak perlu tetap bertahan pada cinta yang dulu pernah untuknya karena perasaan itu telah terbang layaknya layang-layang yang terlepas dari benang pengikatnya, layang-layang yang telah terbawa angin lalu jatuh pada tangan si pencuri hati.
Air mata itu menggenang di pelupuk mata, terlihat bibir ranum yang bergetar, bibir yang selalu terkatup rapat ketika Aldi selalu mengutarakan perasaannya, seperti layang-layang tadi sang gadis akan menarik ulur tanpa kepastian.
"kau bercanda...." suara halus itu terdengar parau
Akh! anggap lah dia yang sejak awal egois,, meski telah menikah tetap saja menunjukkan perhatian pada gadis yang masih ia cintai saat itu. Seandainya sejak awal dia menghindar mungkin sahabatnya tidak perlu merasa sakit yang lebih dalam lagi.
"Aura.. aku sudah menikah... aku ingin kau melupakan ku..." lirih Aldi meraih jemari lentik Aura. Tatapan nanar gadis itu siap membakar apapun dihadapannya. Rasa itu mungkin sangat sakit saat ini, tapi semua demi kebaikan Aura dan rumah tangga nya, ia tidak ingin Zara pergi lagi seperti waktu itu.
"ngga Al... kau sangat mencintai ku kan..."
Aldi menghela nafas.
"dengar.. kau sangat cantik... banyak pria diluar sana yang menunggu mu..."
"jawab Al... kau mencintaiku..?" desak Aura tidak menggubris apa yang baru diucapkan Aldi, dia hanya perlu mendengar kata 'cinta' dari mulut pria itu.
"maaf Aura... lupakan aku seperti aku juga telah melupakan perasaan ku padamu... kau pasti bisa..."
Terdengar suara tangisan tertahan, kali ini Aura yang menggenggam jemari Aldi,, tatapan nya mengiba pada laki-laki yang sering ia abaikan perasaannya demi ambisi menjadi seorang Desainer terkenal.
Aldi menyelip kan kotak cincin yang dulu pernah untuk gadis itu sebelum pergi ke Prancis ke sela jarinya. Tangis yang pecah memberi isyarat bertapa hati ini tidak ingin berpisah dari cinta yang telah terpaut.
"aku mohon Al.. aku ngga bisa kehilanganmu... sejak dulu kita selalu bersama kan..."
"kau tidak akan kehilangan ku Aura.. kita akan tetap menjadi teman..."
"ngga Al... kau tidak pernah suka dengan Zara bukan.. cuma aku yang kau suka..."
"Aura mengerti lah.. jangan sakiti dirimu seperti ini... aku yakin setelah hari ini semua akan baik-baik saja... aku akan disisimu sebagai sahabat terbaik mu... " pungkas Aldi mengelus pipi Aura.
.
Sepeninggalan Aldi dari halaman kediaman sang desainer ada tubuh yang melorot kelantai sambil meletakan kotak cincin di dadanya yang terasa sesak. Air mata luruh seperti air bah yang datang begitu deras.
"ALLDDIIIII..." raungnya menyebut sepenggal nama pemilik hatinya, begitu nelangsa dan teramat sangat sakit seperti ribuan jarum menusuk jantung.
"aku ngga akan biarkan Zara memiliki mu Al... ngga akan pernah...!!!" gumamnya penuh amarah dan kebencian meremas kuat cincin yang seharusnya ia terima dengan perasaan bahagia dan berbunga-bunga.
***
"kau sudah bicara sama Aura??" tanya Dimas menangkap mimik wajah Aldi yang tampak tak karuan. Dimas lah yang ada dibalik layar mengingat kan Aldi untuk menentukan pilihan saat Zara pergi meninggalkan bossnya itu. Lagipula cepat atau lambat Zara akan menjadi adik iparnya, jadi dia tidak mau melihat gadis itu terus bersedih. Shanum sendiri yang meminta Dimas bicara pada Aldi untuk segera menyelesaikan masalah rumah tangga mereka.
Meskipun harus ada hati yang terluka demi kebaikan dan kelangsungan pernikahan dua insan manusia yang jelas-jelas saling suka tapi tidak berani mengungkapkan, terlebih lagi si pria yang seperti patung Liberti diam membisu tak mampu mengucap kalimat singkat 'I love you' !!
"ya Dimas.. aku harap Aura bisa mengerti," desahnya
"semoga saja,, sudah saatnya kau berlayar dengan satu perahu saja..." Dimas menepuk-nepuk bahu teman sekaligus bossnya itu. "sekarang fokus lah hanya pada calon adik ipar ku..." Dimas nyengir kuda
Alis Aldi menyatu mendengar kata adik ipar keluar dari mulut si pengobral cinta satu ini.
"ciiihh!! sok-sok adik ipar..." protes Aldi
"hehhee... nanti kau akan panggil aku kakak juga..." Dimas berbangga diri.
"apa?? ngga Sudi!!"
Barisan gigi putih pria berwajah Arab itu menyempurnakan senyum ala-ala iklan pasta gigi.
"kita lihat saja nanti.." tantang si pria pencari cinta sejati yang akhirnya menjatuhkan pilihan pada sosok wanita mandiri yang nyaris tidak percaya pada cinta dan sebuah hubungan, cukup sulit meyakinkan gadis itu sampai ia luluh juga dengan kesungguhan dan kepiawaian sang pecinta wanita yang punya jam terbang tinggi untuk urusan hati. Tidak seperti Aldi yang jadi bucin pada satu wanita!!